Turunnya Roh Kudus ke dunia adalah pemberian terbesar Allah bagi Gereja. Hidup kekal adalah janji terbesar Allah. Hidup kekal diberikan melalui Roh Kudus yang membawa kita untuk taat kepada Kristus. Inilah definisi orang Kristen sejati menurut 1 Petrus 1:2, yang mencakup karya Tiga Pribadi Allah Tritunggal: i) dipilih oleh Allah; ii) dikuduskan oleh Roh Kudus; dan iii) taat pada Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Satu ayat yang mengungkapkan doktrin Predestinasi, Tritunggal, Keselamatan, dan Karya Roh Kudus dengan begitu tepat, singkat, dan sempurna. Orang-orang dari segala bangsa, segala tempat, segala zaman yang dipilih oleh Allah Bapa dan digerakkan oleh Roh Kudus dari pasif menjadi aktif, dari tak mengerti menjadi mengerti, dari membangkang menjadi taat pada Yesus Kristus, menerima percikan darah-Nya, dan dikumpulkan menjadi Gereja yang kudus (sifat gereja) dan Am (universal).
Di segala zaman, selalu ada orang yang sulit untuk mengerti doktrin Allah Tritunggal, Kristologi, Soteriologi, terlebih lagi doktrin Roh Kudus. Juga terdapat banyak orang yang tidak mengerti dengan benar, tetapi berani untuk bersuara lantang dan berbicara seperti orang yang mengerti. Orang-orang yang tak mau mempelajari doktrin dengan sungguh-sungguh, secara sadar atau tidak sadar telah menanamkan benih salah-mengerti di dalam diri jemaat yang mengakibatkan perpecahan gereja yang tak pernah ada habisnya. Sejak 30 tahun silam, pernyataan: “Jangan ke Gereja Protestan, GRII, Katholik… karena di sana tidak ada Roh Kudus” terus menjalar, membuat orang tidak mau mendengar khotbah yang penting dan benar. Di tempat dan pada saat seseorang menyampaikan berita Injil yang murni, menelaah Alkitab secara akurat dan mendalam, membawa orang kembali pada firman Tuhan, ada suara yang mencegah orang Kristen untuk mendengar. Mungkinkah suara itu berasal dari Tuhan? Tentu tidak! Roh Kudus yang sudah mewahyukan kebenaran kepada nabi-nabi di Perjanjian Lama dan kepada rasul-rasul di Perjanjian Baru untuk menulis Alkitab, tentu ingin agar manusia mengerti kebenaran dan beriman. Suara seperti itu bertentangan dengan suara Roh Kudus.
Pekerjaan Roh Kudus terbesar adalah:
1. Roh Kudus Menurunkan Firman Tertulis
Firman harus menjadi dasar agar kita mengerti, beriman, dan beroleh hidup. Firman sebagai dasar karena melalui firman yang Allah wahyukan di Kitab Suci, kita dapat mengenal Allah dengan benar. Jadi, bentuk pertama dari firman yang diturunkan oleh Roh Kudus dari sorga ke dunia adalah Alkitab, dan iman datang dari mendengar firman Tuhan yang sejati. Firman itu tertanam di hati kita sebagai benih yang hidup, yang berakar ke bawah, dan berbuah ke atas. Jadi, iman bukan datang dari diri kita sendiri. Kalau ada seseorang yang sakit dan memerlukan banyak dana lalu mendengar ada orang mengatakan, “Ayo ikut kebaktian, kau akan sembuh,” dia akan pergi. Saat diminta untuk beriman, dia mengatakan, “Tuhan, aku beriman, sembuhkan aku.” Imannya adalah iman ingin sembuh, ini tidak sesuai dengan prinsip Alkitab bahwa iman datang dari mendengar Firman. Tentu bukan maksud saya untuk mengatakan bahwa manusia sendiri tak mungkin punya iman. Karena tertulis di Alkitab, orang datang pada Tuhan karena percaya ada Tuhan dan percaya Dia memberi pahala pada orang yang mencari Dia. Itu berarti bahwa manusia punya iman natural, yang oleh Theologi Reformed disebut anugerah umum. Anugerah umum berasal dari Tuhan namun anugerah umum harus disusul dengan anugerah keselamatan. Jadi, mengapa dikatakan “orang yang datang kepada Tuhan karena ingin sembuh tak sesuai dengan prinsip Alkitab?” Karena menuntut berkat, kaya, lancar, sukses, dan makmur terdapat di semua agama. Itu sebabnya orang pergi ke Gunung Kawi, Sam Po Kong, kelenteng, kuil-kuil, dan lain-lain. Mengapa orang menuntut semua itu? Karena sifat egois manusia. Itu sebabnya orang melakukan korupsi, berbisnis curang, dan menipu untuk memperkaya diri. Maka kata Yesus, “Jika engkau tidak menyangkal diri, engkau tidak layak mengikut Aku.” Jadi, orang yang percaya hanya berdasarkan iman natural tidak bisa menjadi orang Kristen yang baik. Dia perlu mendengar Firman kebenaran. Firman kebenaran akan menerangi dia untuk mengoreksi diri, melepaskannya dari egoisme, belajar mengikuti Tuhan dengan taat, memikul salib, dan menjadi orang yang berkenan pada Tuhan yang di sorga. Jadi, iman yang kau dapat melalui mendengar Firman adalah kekuatan yang akan mengarahkanmu untuk memuliakan Tuhan dan hidupmu menjadi mulia.
Pekerjaan Roh Kudus yang terbesar adalah menurunkan Firman dari sorga dalam bentuk tulisan, satu-satunya kitab yang diwahyukan oleh Allah. Mengapa Tuhan memberikan kita Alkitab? Karena Dia telah memberikan kita potensi untuk mengerti kebenaran. Jadi, Tuhan menciptakan manusia yang memiliki potensi untuk mengerti kebenaran, Tuhan juga menyatakan kebenaran pada manusia. Ini merupakan pengertian organik dan struktur epistemologi dalam iman Kristen. Jadi, di antara semua mahluk yang diciptakan oleh Tuhan, hanya manusia yang diciptakan seturut peta teladan-Nya, diberi potensi untuk menjalin hubungan dengan-Nya, mengerti kebenaran, dan diberikan kesempatan untuk mengerti kebenaran-Nya. Ada kebenaran yang tersimpan di dalam alam, ada juga kebenaran yang melampaui kebenaran alam – yang berkaitan dengan arti hidup, makna perjuangan, dan ke mana setelah kematian – yang tak mungkin kita dapatkan melalui penelitian ilmiah. Untuk itu Tuhan mewahyukan Kitab Suci untuk mengungkapkan rahasia-rahasia yang secara objektif berlaku di seluruh dunia; menggerakkan orang-orang untuk menerjemahkannya ke banyak bahasa supaya semua bangsa mengerti. Maka, selain memberi firman-Nya yang berbentuk tulisan di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Allah juga mendampingi, memberi pencerahan, memimpin orang yang membacanya, from literal to spiritual understanding, from written word to the truth of God. Jadi, biar kita renungkan dengan tenang, jangan terlalu percaya terhadap penilaian orang, “Ini ada Roh Kudus, itu tidak ada Roh Kudus.” Yang perlu kita ketahui adalah “What does the Bible say” dan biar Roh Kudus memimpin rasio kita untuk mengerti, bukan hanya isi tetapi juga metodenya agar kita tidak menjadi kacau.
2. Roh Kudus Menurunkan Kristus
Roh Kudus menurunkan Firman dari sorga dalam bentuk manusia. Yesus Kristus adalah satu-satunya orang yang menyatakan sifat ilahi dalam tubuh yang berdaging. Yesus Kristus hidup di sejarah. Itulah inkarnasi. Maka kedua hal ini: Firman yang tertulis dan Firman yang hidup dalam sejarah – sebagai Sang Kudus yang tidak berdosa, yang langsung memberitakan Firman dengan otoritas tertinggi – memimpin seluruh umat manusia melewati perjuangan dan tantangan filsafat di segala zaman; menjadi standar untuk memeriksa, mempertumbuhkan, dan melengkapi orang-orang beriman. Kita dapat membaca firman dan mengerti kebenaran yang diwahyukan Allah, juga dapat melihat teladan hidup yang Yesus berikan. Coba bandingkan Kitab Suci dengan semua buku lain, pasti kau akan menemukan wibawa yang tak ada pada buku lain. Di sana terdapat sekitar 7.800 kali pernyataan: “Beginilah Firman Allah….” Hal-hal dalam Alkitab sudah teruji ribuan tahun dan terbukti sebagai satu-satunya kebenaran yang tiada-taranya, yang kekal, dan tak mengenal kompromi. Jadi, pertama, bukan karena aku beragama Kristen maka kekristenan menjadi kebenaran. Kebenaran tak perlu melewati proses menjadi, kebenaran tak akan pernah berubah, dari sebelum dunia diciptakan sampai kesudahannya. Misalnya 2 + 2 = 4, tak perlu menunggu kau menyetujuinya baru menjadi kebenaran karena dari kekal sampai kekal 2 + 2 = 4. Saya percaya kebenaran Firman karena Firman diwahyukan oleh Allah dan tidak pernah berubah kebenarannya. Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah kebenaran, justru kebenaranlah yang mengubah kita. Hal kedua, bukan karena sejak kecil aku percaya kepada Yesus maka Yesuslah yang terbaik. Karena aku menemukan tidak ada orang yang hidupnya sesempurna, sesuci, seadil Kristus, maka aku percaya kepada Dia. Pengertian seperti ini bukan didasarkan atas emosi yang meluap-luap atau karena khotbah seseorang yang begitu mahir dalam mempengaruhi emosi massa. Oleh sebab itu, setiap hamba Tuhan harus menguraikan kebenaran dengan penuh tanggung jawab, memohon Tuhan untuk menaklukkan rasio pendengar yang Dia ciptakan untuk kembali kepada kebenaran. Iman adalah rasio yang terhilang, yang mau kembali dan tunduk pada kebenaran yang mencarinya. Karena bukan rasio yang mencari kebenaran, tetapi kebenaranlah yang mencari dan menaklukkan rasio. Inilah titik-tolak Alkitab yang begitu berbeda dari semua agama, “Bukan kau yang mencari Aku, Akulah yang mengirim Anak-Ku ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan orang yang tersesat.” Maka Yesus bukan lahir melalui hukum genetika melainkan melalui mujizat: Roh Kudus menaungi anak dara Maria. Mujizat yang tidak pernah dan tidak akan mungkin diulang: anak dara melahirkan anak laki-laki. Lalu, mengapa Alkitab mengatakan bahwa inkarnasi juga merupakan pekerjaan Roh Kudus? Karena Roh Kudus menaungi Maria yang masih perawan, meminjam kandungannya untuk menurunkan Firman dalam bentuk manusia. Jadi, karena Firman datang dengan bentuk literal yaitu Kitab Suci dan dalam bentuk manusia yaitu Kristus lahir dalam sejarah, maka dunia dapat mengenal kebenaran dari Alkitab dan menerima keselamatan dari Yesus Kristus yang merupakan pengharapan bagi dunia. Maka, salah satu tugas Gereja yang terpenting adalah mempelajari Firman dan mengerti Firman.
Orang mengatakan, “Gereja ini, pendeta ini tidak ada Roh Kudus, karena dia tidak bisa berbahasa roh, tertawa-tawa, melakukan mujizat.” Padahal mengenal Roh Kudus melalui fenomena yang dimutlakkan adalah suatu perkara yang mengerikan. Secara sadar ataupun tidak sadar, banyak orang telah tertipu oleh banyak pemimpin gereja yang tak bertanggungjawab sehingga mengalami kerugian seumur hidupnya.
Doktrin Roh Kudus sangat penting. Kita tidak boleh diselewengkan, ditipu, dan digeser dari kebenaran firman Tuhan tentang doktrin ini. Kita mengenal Allah melalui Kristus, mengenal Kristus melalui Roh Kudus, dan mengenal Roh Kudus melalui Kitab Suci. Jadi, Allah Bapa adalah Bapa yang suci, Allah Anak adalah Anak yang suci, Allah Roh Kudus adalah Roh yang suci, orang Kristen adalah kaum pilihan yang suci, dan Kitab Suci adalah kitab yang suci. Pusatnya adalah Roh Kudus yang mewahyukan Firman dan yang memuliakan Kristus; memperanakan orang Kristen dan membawanya kembali kepada Allah. Maka, salah mengartikan Roh Suci sama dengan salah menggunakan kunci yang akibatnya adalah salah mengartikan Kristus dan Kitab Suci. Itu sebabnya, Iblis senang mengganggu Gereja dengan cara mengacaukan pengertian orang Kristen terhadap doktrin Roh Kudus. Itu sebabnya, mungkin banyak orang tidak mengerti mengapa Stephen Tong terus menerus menyerang ajaran Kharismatik. Sebenarnya, kalau orang-orang Kharismatik mau rendah hati, dia akan menjadi berkat yang besar. Orang yang menerima urapan Roh Kudus, taat pada Firman, diperanakan pula, dan dipimpin oleh-Nya adalah orang yang berkarisma. Jadi, setiap orang Kristen sejati seturut sifatnya bisa disebut orang karismatik (orang-orang yang berkarisma). Sayangnya, orang-orang Kharismatik telah memutlakkan yang tak mutlak dan berubah menjadi ekstrim, menyimpang dari kharismatik yang asal lalu mulai menuding orang, “Kamu tidak punya Roh Kudus.” Tidak banyak gereja benar yang mereka serang, berani berbalik dan mendebat mereka. Maka Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) bangkit menjadi saksi Tuhan di antara kubu Liberal (yang secara sadar atau tidak sadar telah melawan Alkitab) dan kubu Kharismatik (yang begitu berapi-api tetapi salah menginterpretasikan Alkitab) untuk membawa mereka yang menyimpang agar kembali kepada ajaran yang sempurna dan sehat. Anda sendiri dapat membuktikan bahwa selama 20 tahun ini kami membahas Kitab Suci ayat per ayat, tidak satu pun yang dilewatkan, karena kita percaya bahwa kebenaran Alkitab adalah komprehensif dan dapat dimengerti. Juga tak ada satu pernyataan pun yang mengatakan bahwa ada satu ayat di Alkitab yang tak berkuasa. Rick Warren membandingkan puluhan jenis terjemahan Alkitab dan akhirnya memilih untuk memakai terjemahan yang lebih mudah diterima tanpa memedulikan ketetapan dan kesetiaan terjemahan itu pada naskah aslinya. Akhirnya, orang menjadi ambigu, tidak mengetahui yang benar atau salah.
Mengapa Roh Kudus diturunkan? Di Perjanjian Lama Tuhan berjanji dan janji itu digenapkan di Perjanjian Baru. Tuhan mengirim Yohanes Pembaptis untuk mempersiapkan kedatangan Kristus, Raja dari Kerajaan Allah. Dia berseru, “Bertobatlah kamu….” mengisyaratkan bahwa Kristus akan masuk ke dalam hatimu dan mendirikan Kerajaan-Nya yang mulia di bumi. Barangsiapa mau menjadi umat-Nya, ia harus bertobat. Berita ini bukan diserukan di Yerusalem atau di Bait Allah, tetapi di padang gurun. Alkitab mencatat bahwa Yohanes Pembaptis adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus sejak di dalam rahim ibunya. Dia menyampaikan berita Allah dengan sangat berkuasa. Berita tersebut menggetarkan tentara Romawi yang ikut mendengarkan sampai-sampai ia bertanya apa yang harus diperbuatnya. Yohanes Pembaptis memintanya untuk menanggalkan senjatanya kemudian memberikan pengertian sistem politik sepanjang zaman, yaitu: i) cukupkan dirimu dengan apa yang kamu miliki; dan ii) jangan merugikan orang dengan senjatamu. Jawaban ini menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis sunguh-sungguh mengerti akan prinsip dan teladan hidup orang Kristen sepanjang zaman.
Meski sebagai manusia, Yohanes Pembaptis pernah ragu “Yesus adalah Mesias atau bukan”. Yesus tidak menegur dia atau menarik kembali tugas yang dipercayakan kepadanya. Yesus hanya mengatakan kepada utusan Yohanes, “Beritahu padanya, orang buta melihat, orang timpang berjalan, orang mati dibangkitkan….” – memintanya untuk mempertimbangkan sendiri. Yohanes Pembaptis adalah tokoh yang besar, tetapi dia tidak pernah melakukan mujizat satu kali pun, tidak pernah berbahasa roh. Jadi, apakah dia mempunyai Roh Kudus atau tidak? Roh Kudus memenuhi dia sejak di rahim ibunya dan sampai mati tak meninggalkan dia. Jika demikian, siapakah yang memberikan hak kepada seseorang untuk memvonis seseorang tidak memiliki Roh Kudus karena tidak bisa berbahasa roh atau melakukan mujizat?
Kapankah terjadinya penyelewengan pemahaman seperti itu? Di tahun 1901, di sebuah rumah di Azusa Street, Los Angeles, seorang yang baru pindah dari Topeca mengatakan, “Gereja sudah tidak beres, tidak bertumbuh.” Pada tahun 1905, orang yang menyetujui konsepnya bertambah menjadi lima orang kemudian membentuk persekutuan dan mulai memisahkan diri dari gereja, karena menemukan apa yang kemudian disebut dan terkenal sebagai Iman Apostolik. Apa itu “Iman Apostolik” atau “Iman Rasuli”? Itu adalah iman yang ditandai dengan berglosolalia (berbahasa lidah), melakukan mujizat, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir setan. Ini disebut sebagai “Gejala Generasi ke-4”. Jemaat “disadarkan” bahwa selama 1.900 tahun, tak ada hal-hal itu di tengah-tengah orang Kristen. Maka, mereka berdoa, meminta Tuhan untuk mengembalikan gereja pada Iman Rasuli, tetapi tanpa pengakuan Iman Rasuli. Jadi, gereja terpecah menjadi dua, yaitu orang Liberal yang membuang Pengakuan Iman Rasuli: iman kepercayaan yang penting, yang diturunkan dari para rasul; dan membuang ketuhanan Kristus, hanya menerima moralitas Kristus saja. Maka, semua buku yang ditulis oleh orang Liberal tak ada sebutan “Tuhan Yesus”. Sementara orang Pentakosta dan Kharismatik menemukan Iman Rasuli yang dimengerti dari segi supranatural, terus menyebut “Yesus, Yesus” namun tidak menyebut Yesus sebagai Tuhan. Jika kita memperhatikan kunci di Alkitab, “Barangsiapa tak digerakkan oleh Roh Kudus, dia tak mungkin menyebut Yesus sebagai Tuhan”. Dan faktanya adalah baik Liberal maupun Kharismatik sama-sama tidak menyebut Yesus adalah Tuhan. Jadi, bolehkah Pengakuan Iman Rasuli diwakili dengan berbahasa roh, menyembuhkan, mengusir setan, dan melakukan mujizat? Perhatikan: Adakah Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa orang yang percaya kepada Dia harus bisa bahasa roh? Tidak. Alkitab justru memberikan kita satu peringatan: “Pada hari itu, bukan semua orang yang memanggil Aku ‘Tuhan, Tuhan’ boleh masuk sorga (Mat. 7:21-23). Lalu mengapa ada orang yang mengajarkan, “Sebutlah Yesus Tuhan, kau pasti diselamatkan.” Padahal kata Yesus, “Bukan semua orang yang menyebut-nyebut Aku: “Tuhan, Tuhan” masuk sorga. Hanya mereka yang melakukan kehendak Tuhan dapat masuk ke sorga?” Orang Liberal mengatakan, “Kami tidak percaya Yesus adalah Tuhan, tapi kami meneladani moral Yesus.” Orang yang belajar theologi tapi hatinya tak mau taat pada Tuhan, semakin belajar malah semakin jauh dari Tuhan. Sementara orang Kharismatik bukannya meneladani sifat moral Yesus, melainkan mendemonstrasikan kuasa dan menyatakan Roh Kudus ada di tengah-tengah mereka. Maka, tidak heran banyak pemimpin Kharismatik yang jatuh dalam perzinahan, menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk memperkaya diri, maupun merampas perpuluhan jemaat menjadi milik pribadi. Kebangunan rohani hanya menekankan percaya kepada Tuhan maka segala penyakitmu akan disembuhkan dan menjadi kaya. Ini adalah doktrin “undian” yang mereka ciptakan untuk menarik banyak orang. Dan setelah menjadi banyak lalu mengatakan, “Jumlah kami banyak maka kami adalah Kristen yang benar. Kami mempunyai Roh Kudus.” Tipuan setan ini telah berlangsung selama seratus tahunan ini dan membuat banyak orang semakin kabur dan bingung (blur), maka kita perlu sadar (blink). Rasul Petrus berkata, “Tuhan, aku tak pernah makan daging dari binatang yang haram.” Tuhan berkata, “Makan!” Itulah revolusi. Petrus menolak karena ia mengikuti rutinitas dan tidak mau berubah sehingga hidupnya jadi kabur (blur) dan disusul dengan kekosongan (blank). Itulah yang terjadi dengan gereja kalau membuang sifat ketuhanan Yesus.Hanya mau menerima sifat moral-Nya atau membuang sifat moral-Nya akan membuat gereja menjadi kosong ataupun bertumbuh pesat, tetapi moral pendetanya begitu bejat dan masih berani mengaku bahwa dirinya memiliki Roh Kudus karena bisa berglosolalia. Matius 7:21-23 memberikan gambaran yang jelas bahwa terhadap orang yang banyak bernubuat, mengusir setan, melakukan tanda ajaib dengan nama-Mu (nama Tuhan Yesus), Tuhan Yesus menjawab bahwa Ia tidak pernah mengenal mereka. Hanya mereka yang sungguh-sungguh menjalankan kehendak Allah saja yang berhak masuk ke dalam Kerajaan Allah. Firman Tuhan tidak bisa dimanipulasi.
Roh Kudus memenuhi Yohanes Pembaptis dan katanya, “Aku hanya membaptis kamu dengan air.” Mengapa? Karena dia mengakui bahwa dirinya adalah manusia yang dicipta. Tidak mungkin ia menggunakan air yang dicipta untuk membersihkan dosa sesamanya yang juga dicipta. Jadi, dia membaptis orang hanya untuk menandai pertobatan seseorang. Dan sebenarnya, kau bertobat bukan kepadaku, melainkan kepada Tuhan. Gerakan “Pria Sejati” (serial seminar yang banyak diadakan saat ini) membuat orang yang tadinya malu mengaku dosa kepada sesamanya namun setelah melihat banyak orang, bahkan pendeta, majelis di kelompok itu melakukan hal yang sama, menjadi berani mengaku dosa sambil menganggap bahwa mengaku dosa adalah sesuatu yang mulia. Dan karena semua orang di sana ternyata sama lalu saling menghibur. Lambat-laun hal itu justru menjadi bahan tertawaan dunia, “Ternyata orang Kristen juga sama, selingkuh, hidup moralnya rusak.” Tuhan menginginkan kita menjadi kelompok orang yang suci. Tuhan tidak menginginkan kita untuk selingkuh lalu mengaku dosa tanpa merasakan malu yang mendalam. Tentu bukan maksud saya untuk mengkritik orang yang mau mengaku salah, bertobat, dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Karena faktanya, setan akan membuatmu mengalami apa yang dikatakan pepatah Tionghoa “fan zui he qun gan, shou ku gu du gan”; waktu bersalah tak merasa tersendiri karena ada banyak orang yang senasib denganmu, sementara waktu menderita, merasa begitu tersendiri, orang yang paling susah di dunia. Itulah cara yang sejak dahulu dipakai oleh setan untuk merusak Gereja. Kiranya Tuhan memberikan saya kompas di hati, kepekaan yang luar biasa untuk menjadi pemimpin yang berdiri di atas menara pengawal untuk mengingatkan Gereja akan bahaya yang mengancam.
Kata Yohanes Pembaptis, “Aku hanya membaptismu dengan air (baptisan air tak menyelamatkan), tetapi Dia – yang datang sesudahku dan sebenarnya sudah ada sebelum aku – karena Dia adalah Sang Kekal maka Dia akan membaptismu dengan Roh Kudus. Jadi, baptisan Roh Kudus dilakukan oleh Allah yang menjelma menjadi manusia – yang kelihatannya sama seperti orang pada umumnya padahal Dia adalah Allah. Maka sejak tahun 1990, ketika GRII pertama kali membaptis, saya selalu mengatakan, “Aku membaptis engkau dengan air yang melambangkan Roh Kudus turun atasmu, membawamu bergabung ke dalam GRII, ke tubuh Kristus.” Air dicurahkan dari atas kepala sebagai lambang Roh Kudus yang turun dari atas. Maka saya percaya bahwa baptis percik lebih sesuai dengan Alkitab karena Roh Kudus dicurahkan dari atas dan kau harus dilahirkan dari atas. Maka, jangan ikut-ikutan atau ditakuti-takuti oleh orang yang mengkritik atau menyerang, “Jikalau engkau tidak dibaptis selam, engkau tidak diselamatkan.” Prinsip yang Alkitab berikan melampaui tafsiran manusia. Ketika Yohanes membaptis, adakah yang menyaksikannya? Ada banyak. Namun ketika Tuhan Yesus membaptis orang dengan Roh Kudus, adakah yang menyaksikannya? Tidak, karena Dia sudah naik ke sorga. Jadi, apakah bukti seseorang sudah menerima baptisan Roh Kudus? Ia akan menjadi semakin setia kepada Firman, semakin taat dan semakin menjalankan kebenaran firman Tuhan. Kiranya Tuhan memimpin setiap kita untuk hidup semakin dipenuhi oleh Roh Kudus, semakin mengerti Firman, semakin setia di dalam kebenaran Firman, dan hidup seturut kebenaran Firman.
Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/doktrin-roh-kudus-bagian-1#hal-1