Sebagai seorang profesor agama yang sudah senior, berusia, dan mahir, biasanya sulit untuk rendah hati. Pada umumnya, orang mau rendah hati karena terpaksa, karena ia tidak memiliki sesuatu yang bisa ia banggakan, atau sekadar karena tata krama tradisi yang harus ia ikuti. Tetapi pada hakekatnya, ia tidak sungguh-sungguh rendah hati. Tetapi saya berani mengatakan bahwa Nikodemus adalah seorang yang sungguh-sungguh rendah hati, karena di dalam empat Injil, selain Nikodemus, tidak ada orang Farisi lain yang datang bertemu dan berdialog dengan Tuhan Yesus. Mereka menganggap diri mereka cukup hebat.

Yesus, yang jauh lebih muda, telah menyambut Nikodemus dengan pernyataan yang sedemikian tegas di ayat 3 dan 5, karena “melihat” dan “masuk” adalah dua hal yang berbeda, yang telah diketahui oleh Nikodemus dengan jelas. Di dalam Perjanjian Lama, Allah pernah mengatakan kepada Musa: “Engkau tidak menguduskan Aku di hadapan umat-Ku, maka Aku memerintahkan engkau untuk naik ke puncak gunung Nebo. Dari sana engkau dapat melihat tanah Kanaan yang Kujanjikan kepada Israel, tetapi engkau tidak dapat masuk.” Banyak orang yang tidak mau masuk ke dalam Kerajaan Allah, karena mereka tidak pernah melihatnya. Masalahnya, apakah semua orang yang pernah mendengar firman Tuhan pasti masuk Kerajaan Allah? Belum tentu. Yesus pernah mengatakan kepada seorang pemuda: “Engkau sudah dekat dengan Kerajaan Allah.” Dekat, berarti belum masuk.

Sebenarnya, orang Israel sudah lama menanti-nantikan Mesias untuk datang membangun kembali negaranya. Persepsi Kerajaan Allah tentang kedatangan Mesias yang salah adalah mengidentikkan kerajaan Israel dengan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah bukanlah kerajaan dunia. Itulah yang Yesus katakan kepada Pilatus: “Kerajaan-Ku bukanlah dari dunia.” Maka Yesus berkata kepada Nikodemus: “Apakah sebagai orang Farisi, pemeluk agama Yahudi yang mahir akan Taurat Musa, guru orang Israel, pasti dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah?” Tidak. Ada satu syarat utama yang perlu, yaitu: Engkau harus dilahirkan kembali.

Apa itu Lahir kembali?

Nikodemus sudah sedemikian terbiasa menelaah Alkitab secara harfiah, mempelajari tata bahasanya, latar belakangnya, retorikanya, maka dia berusaha untuk menanggapi pernyataan Tuhan Yesus dengan pengertian dunia: “Bagaimana aku dapat masuk ke dalam rahim ibuku untuk bisa dilahirkan kembali?” Ini mengindikasikan orang yang mempelajari Alkitab dengan pengertian dunia tidak dapat memahami Alkitab dengan benar, karena Kitab Suci adalah satu-satunya kitab yang paradoks. Jadi mungkin saja, orang yang sangat pandai semakin baca semakin bingung dan semakin salah mengerti. Sementara seorang sederhana yang dipimpin oleh Roh Kudus bisa langsung mengerti dengan benar.

Pada tahun 1969, saya bertemu dengan seorang pendeta dari Swiss. Dia percaya bahwa Yesus adalah orang baik, tetapi bukan Juru Selamat yang mencurahkan darah-Nya, mati menebus orang berdosa. Maka dia mengajak orang agar membaca Alkitab untuk meneladani moral Tuhan Yesus yang amat sempurna. Dia hanya memandang Yesus sebagai seorang moralis. Itu karena dia belum dilahirkan kembali. Ketika saya melihat Alkitabnya, ada banyak warna-warni di sana, ada catatan bahasa Yunani, Ibrani, yang menunjukkan dia rajin membaca Kitab Suci.

Setengah tahun kemudian, Bob Pierce, pendiri World Vision International, memberitahukan saya bahwa pendeta tersebut dirawat di rumah sakit jiwa, karena menderita schizophrenia. Jika Tuhan tidak mencelikkan mata rohani seseorang, maka meskipun ia menyandang gelar Doktor, ia tidak dapat mengerti rahasia Alkitab yang terdalam, bahkan mungkin semakin membaca semakin bingung seperti ketika Nikodemus yang menanggapi kelahiran baru dengan kelahiran biologis. Sebenarnya yang dimaksud oleh Yesus adalah kelahiran rohani, yaitu menerima hidup baru dari Roh Kudus, bukan hidup jasmani yang diterima dari orang tua.

Kerohanian dan Akademis
Tuhan Yesus memberikan pengertian yang baru, yang membebaskan Nikodemus dari belenggu pengertian agamanya tentang Perjanjian Lama yang salah. “Jika engkau tidak dilahirkan kembali, engkau tidak akan dapat melihat Kerajaan Allah.” Tetapi Nikodemus menjawab: “Bagaimana orang setua aku bisa masuk kembali ke rahim ibuku untuk bisa dilahirkan kembali?” Ia seolah mengkritik atau mencemooh apa yang Yesus katakan. Ini menunjukkan khotbah yang rohani mungkin tidak dimengerti oleh orang yang terpelajar, karena mereka menilai segala sesuatu dari pengetahuan akademis. Tetapi Yesus tidak peduli. Ia melanjutkan dengan pernyataan yang lebih tegas lagi: “Kecuali engkau dilahirkan dari air dan Roh Kudus, engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Itu berarti, jika tidak dilahirkan kembali, sekalipun seorang Farisi tidak ada harapan, karena ia berada di luar Kerajaan Allah.

Apa itu Injil?
Di dalam ayat ini ada empat istilah yang digunakan: 1) dilahirkan dari Roh; 2) dilahirkan dari firman Allah; 3) dilahirkan dari Injil; dan 4) dilahirkan dari Allah. Keempat istilah ini sebenarnya menunjuk kepada satu hal, karena Roh Kudus adalah Allah, yang dapat memberikan kepada kita hidup yang baru melalui firman, yaitu Injil, yang berisi kehidupan kekal yang dari Allah. Maka, “lahir baru” adalah suatu pengalaman baru. Di dalam bahasa aslinya juga dapat diartikan: dilahirkan dari atas. Roh Kudus memberikan kepada kita hidup baru, yang tersimpan di dalam Injil Yesus Kristus, yang mati dan bangkit menebus kita. Itulah janji Allah yang tertulis di dalam firman-Nya.

Injil (bahasa Yunani: euangelion) berarti kabar baik di dalam Yesus Kristus. Kristus mati bagi kita, dan Ia bangkit dari kematian bagi kita. Karena dosa kita, Kristus telah mati menggantikan kita, dengan menerima kutukan dan hukuman Allah Bapa. Maka hidup baru diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang yang percaya bahwa Kristus sudah mengalahkan kuasa maut dan kuasa setan dan menyatakan bahwa Diri-Nya memiliki hidup kekal. Kita mengetahui Injil dari Alkitab yang Roh Kudus wahyukan. Roh Kudus sendiri adalah Allah. Maka, dilahirkan dari Allah juga berarti dilahirkan dari Roh Kudus, di mana kita dilahirkan dari firman Allah, dan itu juga berarti dilahirkan oleh Injil. Roh Kudus memberi hidup baru kepada orang-orang yang mendengar pemberitaan Injil Kristus, yang mati menggantikan orang berdosa, menerima murka Allah, untuk membebaskannya dari kutukan Taurat, dan hatinya digerakkan untuk meninggalkan dosa dan menerima Kristus untuk masuk dan memerintah di dalam hatinya. Hidup yang Roh Kudus berikan ini bukanlah hidup jasmani, melainkan hidup rohani, yang kita terima melalui firman, yaitu Injil. Pengalaman rohani ini jauh lebih tinggi dari semua pengajaran agama, karena pengalaman ini membuat kita memiliki dua jenis hidup, yaitu: 1) hidup jasmani, hidup yang lama secara fisik; dan 2) hidup rohani, hidup yang baru. Hal ini sekaligus membuat kita penuh dengan konflik, karena ketika kita ingin berdosa, Roh Kudus akan menegur dan melarang kita dengan keras. Tetapi ketika kita ingin mencintai Tuhan, ada suatu kekuatan yang menghalang-halangi kita. Ini akibat adanya hidup baru dan hidup lama, di mana ada dua hukum yang bekerja di dalam hidup kita.

Itulah yang Paulus ungkapkan dalam Galatia 5, di mana nafsu kedagingan bertarung dengan pimpinan Roh Kudus. Maka tidaklah heran, setelah kita menjadi orang Kristen, hidup kita tidak semulus sebelumnya, yaitu pada saat kita masih berstatus orang berdosa. Sebelumnya, kita tidak mengalami perseteruan di dalam diri kita, karena pada saat kita mau berbuat dosa, tidak ada halangan dan tidak ada peringatan bagi kita. Bahkan hati nurani yang mengingatkan kita, telah berani kita tekan hingga ia tidak bersuara lagi. Tetapi setelah kita lahir baru, kita tidak bisa sebebas dulu lagi. Itu sebabnya, banyak orang tidak mau menjadi Kristen, karena menjalani hidup Kristen memang tidak mudah. Fakta ini tidak sama dengan yang sering kali diteriakkan dari mimbar banyak gereja, bahwa menjadi orang Kristen itu enak, banyak berkat, selalu untung. Itu tidak benar, karena setelah menjadi orang Kristen, kita akan mendapat teguran Roh Kudus ketika akan berbuat dosa. Roh Kudus akan berkata: “Akulah Allahmu, yang telah memberikan hidup baru, maka Aku akan menghardik engkau dan memperingatkan engkau untuk tidak berbuat dosa.” Manakah yang engkau pilih? Dihajar Tuhan atau dimanja setan? Setelah Daud berbuat dosa, Allah menawarkan tiga pilihan hukuman kepada Daud. Dan Daud mengatakan: “Karena Engkau adalah Tuhan-ku, maka lebih baik aku dihajar oleh-Mu daripada jatuh ke tangan musuh dan dipermalukan olehnya.

Apa itu Daging?
Yang disebut “daging” atau “kedagingan” adalah menyukai hal-hal yang nyaman, sementara roh menyukai kedisiplinan. Oleh karena itu, ada orang Kristen yang bersifat daging dan ada orang Kristen yang bersifat roh. Keduanya bukan mengacu kepada orang kafir atau yang belum percaya. Paulus pernah menyinggung tiga jenis manusia, yaitu: pneumatikos (manusia rohani), psikhikos (manusia moralis), dan sarkikos (manusia daging). Secara umum, orang kafir adalah psikhikos, tetapi setelah dia percaya Kristus, dia bisa menjadi pneumatikos atau sarkikos. Watchman Nee salah mengerti tiga kelompok orang ini. Di usia 26 tahun, ia menulis buku Spiritual Man (Manusia Rohani), dan mengembangkan sejenis Psiko-analisa Cina. Dia menolak Theologi Reformed dan memberikan pengaruh bagi banyak orang Kristen dan pendeta di Tiongkok sekitar tahun 1940-an hingga 1960-an. Yang lebih celaka, di kemudian hari, pandangan ini lebih diselewengkan lagi oleh penerusnya, yaitu Witness Lee.

Yang Paulus ingin utarakan melalui ketiga istilah di atas sebenarnya adalah: 1) Orang-orang non Kristen yang dikuasai oleh jiwanya, yaitu nafsunya yang menilai segala sesuatu dengan intelektualitasnya, pencapaian akademisnya, membentuk suatu kemampuan subjektif pribadi, yang digolongkan sebagai psikhikos. Setelah menjadi Kristen, mendengarkan firman Tuhan yang disampaikan dengan benar dan jujur, dia mau taat atau tidak. Jika ia tidak mau taat, 2) ia akan tergolong sebagai sarkikos, yaitu orang yang hanya mau menyenangkan daging. 3) Sementara yang mau taat tergolong sebagai pneumatikos, yaitu orang-orang yang mau menyenangkan Roh Kudus. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus di dalam ayat 6, yaitu adanya dua jenis orang Kristen, yaitu: a) yang selalu mengikuti nafsu dagingnya, dan b) yang selalu taat pada pimpinan Roh Kudus.

Maka ketiga istilah tadi bukan mengacu pada ajaran Trikotomi, yang menyatakan bahwa manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu: roh, jiwa, dan tubuh. Ajaran Watchman Nee dan The Brethren ini kemudian diadopsi oleh orang-orang Pantekosta dan Karismatik. Ajaran demikian bukanlah ajaran Paulus, karena yang ingin Paulus tegaskan adalah manusia memiliki bagian yang tampak, yaitu jasmani; dan bagian yang tidak nampak yaitu jiwa yang bersifat roh.

Di dalam Yakobus 2 dinyatakan bahwa tubuh tanpa jiwa mati adanya, tidak dikatakan tubuh tanpa roh. Padahal dalam ajaran Watchman Nee, ia memisahkan roh dan jiwa: “Jiwa itu perasaan, pikiran, dan kemauan; roh itu naluri dan hati nurani.” Ini adalah ajaran yang salah. Allah itu Roh adanya. Jika menurut ajaran Watchman Nee, maka Allah yang adalah Roh, pasti tidak memiliki perasaan, pikiran dan kemauan. Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa Allah memiliki perasaan, pikiran, dan kemauan. Maka kita tidak dapat mengatakan bahwa pikiran, perasaan, dan keinginan berasal dari jiwa dan bukan dari roh. Allah adalah Kebenaran itu sendiri, Ia adalah dirinya Kasih, dan memiliki kehendak-Nya yang kekal. Maka, siapakah yang dimaksudkan oleh Yesus sebagai “yang dari daging” dan “yang dari Roh”? Orang Kristen yang sudah lahir baru.

Maka ada dua jenis orang Kristen, yang sekalipun sama-sama orang Kristen, ada yang sangat duniawi, di mana apa pun yang dia katakan, dia tetapkan dan lakukan hanya untuk menyukakan dagingnya dan nafsunya semata. Orang seperti ini bahkan terlihat lebih jahat daripada orang non-Kristen. Itulah sebabnya, kecuali engkau memahami Theologi Reformed dengan tuntas, engkau tidak dapat memahami mengapa ada orang non-Kristen yang terlihat begitu baik, dan sebaliknya ada orang Kristen yang bejat. Itu terjadi karena ada orang-orang yang setelah menjadi Kristen, ia bukannya taat kepada Roh Kudus, malah menjadi sombong dan menghina orang non-Kristen. Orang-orang Kristen kedagingan inilah yang sangat mencoreng kesaksian tubuh Kristus. Tetapi ada orang Kristen yang senantiasa taat akan pimpinan Roh Kudus, memperkenan Tuhan, berbagian dalam rencana-Nya. Itu sebabnya, Paulus mengingatkan orang Kristen: Jangan mendukakan Roh Kudus. Sebab, di dalam diri orang Kristen masih ada pertarungan antara Roh Kudus dan nafsu, sifat kita yang lama. Orang yang dulunya suka berbohong, ia tetap masih tergoda untuk berbohong. Kalau dia tidak mau taat pada pimpinan Roh Kudus, tetap saja mengikuti kemauan dagingnya, maka dia menjadi sarkikos (manusia daging). Sementara yang mau mengikuti gerakan Roh Kudus akan menjadi pneumatikos (manusia rohani).

Apa Tanda-Tanda Kedagingan?
Orang kedagingan akan: 1) Memilah-milah antara orang miskin dan orang kaya, sehingga kalau bertemu orang miskin ia akan menjadi begitu galak, sementara kalau bertemu orang kaya, ia bisa menjadi budak. Atau memilah antara orang berkulit putih atau berkulit hitam, kalau ketemu orang kulit hitam langsung menghina, sementara menjilat orang kulit putih. Maka orang kedagingan akan memilah-milah manusia berdasarkan warna kulit, lapisan masyarakat, tingkat kecerdasan, dan lain-lain. 2) Menyukai kenyamanan, di mana mereka selalu mencari hidup yang nyaman dan tidak mau berjuang. Celakalah anak orang kaya yang dimanja dan tidak bisa hidup susah karena hidup terlalu nyaman. Di Jakarta ada sekolah biasa dan ada sekolah khusus untuk anak-anak orang kaya, di mana mereka bersaing mobil, sampai-sampai ada yang orang tuanya harus mengalah naik Kijang, sementara anaknya naik BMW 750.

Itu bukan mendidik anak, tetapi merusak anak. Saya bukan anti atau memusuhi orang kaya. Saya hanya ingin mengingatkan bahaya yang sedang mereka ciptakan. Ketika saya membuat retreat untuk remaja, sengaja kami tidak memberikan semua fasilitas dan kenyamanan buat mereka. Tetapi anak-anak orang kaya tidak tahan, langsung mengeluh ke orang tuanya, dan orang tuanya segera memindahkan anaknya ke hotel bintang lima. Anak-anak remaja perlu mengetahui bagaimana rasanya hidup miskin. Itu penting bagi hidup mereka, tetapi tidak banyak orang tua yang mengerti hal seperti itu. Mereka tidak sadar bahwa anak raja pun perlu menerima latihan militer. Kalau tidak, meskipun ayahnya presiden cukup lama, tetap pendidikan anaknya gagal hingga akhirnya masuk rutan Nusakambangan. Orang yang lupa diri ketika memiliki kedudukan dan uang akan menghancurkan diri. Inilah sarkikos. Di usia tua ini, saya mulai diserang penyakit rematik. Sering sepanjang malam saya tidak bisa tidur karena sakit sekali. Suatu ketika setelah berkhotbah sebanyak 25 sesi selama 8 hari, saya harus pulang membawa barang-barang yang luar biasa beratnya untuk museum. Saya harus terus berjuang, mendisiplin diri, dan rela berkorban demi pekerjaan Tuhan. Berapa banyak hal yang dapat seorang kerjakan dalam hidupnya bergantung pada sejauh mana ia mau menyangkal diri dan berkorban. Itulah sebabnya, Yesus berkata: “Barangsiapa mau mengikut Aku, ia harus menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Aku.” Maka ajarlah anak cucumu untuk berjuang, bukan hanya mau menikmati hidup mewah. Saya telah berusaha menjadi teladan dalam hal memeras hidup, waktu, uang, talenta saya agar bisa menjadi berkat bagi orang lain.

Ingat, yang dilahirkan dari daging adalah daging, yang dilahirkan dari Roh adalah roh. Setelah kita memperoleh hidup baru dari Roh Kudus, memang ada yang kembali mengikuti kedagingannya. Ada juga yang mau taat pada Roh Kudus, jadi orang rohani yang sungguh-sungguh. Maka, sama-sama orang Kristen bahkan sama-sama pendeta, ada yang beres, ada yang tidak beres. Bagaimana denganmu, ingin jadi orang Kristen seperti apa? Maukah kau berkata pada Tuhan: Pimpinlah aku taat pada Roh-Mu, berikan aku kekuatan seumur hidup berjalan menurut pimpinan-Mu? Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/nikodemus-menemui-yesus-bagian-5#hal-1