Dua minggu yang lalu kita sudah membahas, definisi dari kebebasan sejati bukanlah: aku ingin melakukan apa, aku bisa melakukannya. Karena kalau kebebasan diidentikkan dengan hal itu, maka kebebasan tak beda dengan barbar, melakukan apa saja yang dia inginkan, tanpa ada yang dapat mencegahnya. Padahal bebas bukan barbar dan barbar bukan bebas. Jadi, apa itu bebas? Menurut Immanuel Kant, filsuf Jerman, bebas adalah: tatkala aku tak ingin melakukan sesuatu, aku mampu untuk tidak melakukannya. Kali pertama saya membaca bukunya, saya sangat terkejut dan salut padanya. Karena faktanya, saat seorang ingin mulai merokok atau menghisap narkoba, dia bisa memulainya — sepertinya bebas. Tetapi saat dia ingin berhenti merokok atau menghisap narkoba, dia tak mampu stop. Begitu juga orang yang ingin pergi ke tempat pelacuran; berzinah, dia bisa melakukannya. Tapi waktu dia ingin stop, dia tak mampu stop. Mengapa? Karena orang berdosa hanya punya kebebasan untuk berdosa, tidak punya kebebasan untuk tidak berdosa. Itu artinya, dia tak bebas. Maka kata Tuhan Yesus Kristus: “dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata padamu, semua orang berdosa adalah hamba dosa”: penjudi adalah hamba dari perjudian, penzinah adalah hamba dari perzinahan, pemabuk adalah hamba dari minuman keras… Sudah puluhan tahun kita menjadi hamba dosa, siapa yang sanggup membebaskan kita dari belenggu dosa? Kata Yesus Kristus: “dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata padamu, jika Anak Allah membebaskanmu, barulah kau beroleh kebebasan yang sejati”. Dan Puji Tuhan, karena di dunia, ada banyak orang yang telah diselamatkan; dibebaskan oleh Tuhan Yesus Kristus!
Padahal Pemerintah Singapore ataupun Amerika menyadari, Pusat Rehabilitasi tak mampu merehabilitasi seorang dengan sungguh-sungguh. Karena meski seorang berdosa digertak; diancam, dihukum seberat apapun, dia akan tetap berbuat dosa. Mengapa? Mereka tak punya kekuatan; tak mampu keluar dari dosa. Sampai orang Kristen memberitakan kasih Allah, keselamatan di dalam darah Yesus Kristus, dan Roh Kudus bekerja di dalam dirinya, barulah dia dapat berpaling pada Tuhan dan menikmati kebebasan sejati. Setiap hari Minggu malam, petugas kolektan di Mimbar Pemahaman Alkitab dengan bahasa Mandarin di Singapore adalah orang-orang yang sudah terbebas dari narkoba. Meski dari wajah mereka masih terlihat sebagai orang yang kurang sehat, tapi sebenarnya, mereka sudah dibebaskan; dimerdekakan dari belenggu dosa, hidup mereka juga berubah. Karena hanya kasih Yesus Kristus yang sanggup mengubah manusia. Sementara manusia sendiri, tak berdaya memperbaiki hidupnya. Kita hanya bisa berjanji dan berjanji untuk tidak berbuat dosa lagi. Tapi faktanya tidak klop dengan keinginan kita; apa yang kita inginkan dan apa yang kita lakukan adalah dua hal yang berbeda. Seratus lima puuh tahun silam, di Propinsi jiang xi, China, ada seorang yang sangat pandai. Setiap ujian selalu mendapat ranking satu. Bahkan saat menempuh ujian di tingkat nasional, juga mendapat ranking. Di satu segi, dia adalah orang yang otaknya sangat cemerlang, tapi di segi lain, dia adalah seorang pecandu opium. Suatu hari, saat dia kehabisan uang untuk membeli opium, sangat menderita, bahkan seperti hampir mati. Dia melihat satu pengumuman sayembara mengarang di atas pintu kota: barangsiapa dapat menulis karangan, menganjurkan rakyat tak lagi menghisap opium. Maka juara pertama akan menerima hadiah sekian, juara kedua menerima hadiah sekian, juara ketiga menerima hadiah sekian, juara keempat…. hatinyapun tergoda, pikirnya: mana tahu aku bisa memenangkan hadiah itu. Lumayan besar jumlahnya. Maka dia pulang, memeras otak, menulis karangan: negara yang kuat adalah negara yang rakyatnya sehat. Dan rakyat yang sehat adalah rakyat yang tak menghisap opium. Bangsa yang tidak menggunakan opium adalah bangsa yang tinggi moralnya. Diapun menulis satu, dua, tiga, empat karangan, menyoroti pentingnya kesehatan dari sudut yang berbeda-beda, dan dikirimkan ke pemerintah. Beberapa minggu kemudian, nama pemenang sayembara diumumkan di tembok kota, dia pergi ke sana. Dan apa yang dilihatnya? Juara pertama: dia, juara kedua: dia, juara ketiga: dia, juara keempat: dia. Mengapa satu orang bisa memborong semua hadiah? Karena orang Chinese punya beberapa nama, dia menggunakan nama yang berbeda-beda untuk keempat buah karangan yang ditulisnya, dan empat-empatnya menang. Acara pemberian hadiah, disaksikan oleh banyak orang, maka saat nama dari juara pertama: Mr. Xi dipanggil, dia maju dan menerima hadiah yang jumlahnya cukup besar. Saat nama juara dua: Mr. Sheng mo dipanggil, dia lagi yang muncul. Saat nama juara ketiga: Mr. Sheng mo xi dipanggil, dia juga yang maju…. Semua orang tercengang, ternyata semua hadiah sayembara diborong habis oleh dia; seorang. Tapi dia mendapatkan semuanya secara sah, dan sempat membuat banyak orang iri sekali dengannya. Lalu apa yang dia lakukan setelah menerima hadiah? Segera membeli opium. Karena tujuan dia menulis karangan memang bukan murni mengajak orang untuk stop menggunakan opium, melainkan mencari uang untuk membeli opium. Setiap kali saya ingat akan kisah ini, saya disadarkan akan sifat orang berdosa yang betul-betul bobrok.
Maka semua orang tahu: mana yang baik – mana yang tidak baik. Tapi faktanya, orang lebih cenderung pada yang tidak baik, bukan cenderung pada yang baik. Banyak orang mengatakan pada saya: “pak Tong, sebenarnya, kami tak terlalu suka dengan bapak. Karena bapak begitu ketat, begitu galak. Tetapi setelah kami amati, bapak sendiri menjalankan apa yang bapak katakan, tak munafik, tak berbicara sembarangan. Maka akhirnya kami memutuskan untuk tetap di GRII. Karena di zaman ini, ada banyak pemimpin yang hanya pandai berbicara, tapi tidak menjalankan apa yang mereka katakan. Hari ini, apakah kau sudah menjadikan agamamu sebagai motivator dari moralmu? Sudahkah kau menjadikan pengetahuan Alkitabmu sebagai hakim yang menghakimi dirimu sendiri? Saat kau bercermin, melihat wajahmu begitu kotor, apa kau jadi kesal dan menghancurkan cermin itu? Seharusnya tidak kau lakukan hal itu. Karena hanya cermin yang jernih, yang dapat memantulkan dengan jelas akan semua noda yang ada di wajahmu. Jadi, kalau firman yang kau dengar membuat kau menemukan kelemahan diri, jangan kau membenci firman. Alkitab mengingatkan: orang yang mendengar firman tapi tidak menjalankan, sama dengan orang yang bercermin, melihat noda di wajahnya, lalu pergi; tak membersihkan wajahnya. Waktu Yesus Kristus di dunia, hidupNya bagai cermin, memantulkan semua kebobrokan manusia. Maka ada orang yang setelah mendengar khotbahNya, mengakui dosanya dengan menangis dan bertobat. Tapi ada juga orang yang setelah mendengar khotbahNya malah membenci Dia, bahkan ingin membunuh Dia. Yoh.8 mencatat hal ini dengan sangat jelas. Kata Yesus pada mereka: kalau bukan Anak Bapa di sorga memerdekakanmu, kamu tak akan memperoleh kemerdekaan sejati. Hai, orang Yahudi, kau kira: dirimu bebas, dirimu berjalan di dalam kebenaran? Aku memberitahumu, tidak! Meski kamu adalah keturunan Abraham, tetapi niat yang ada di hatimu hanya satu: membunuh Aku. Jadi, orang yang ingin membunuh Yesus bukan Yudas, bukan tentara Romawi, bukan penyamun, melainkan orang Yahudi yang mengaku diri sebagai keturunan Abraham. Mengapa mereka ingin membunuh Yesus? Karena keberadaan Yesus telah menjadi ancaman buat mereka, perkataanNya telah membongkar segala kemunafikan mereka. Maka kata Yesus: “Aku tahu, kamu adalah keturunan Abraham. Tapi mengapa di hatimu ada niat untuk membunuhKu, niat yang tak ada di dalam diri Abraham. Karena Abraham merindukan kedatanganKu, menantikan dengan tekun. Itulah iman dari leluhurmu, tapi imanmu, tak sama dengan iman leluhurmu. Leluhurmu mencintaiKu, tapi kamu, malah ingin membunuhKu. Dan masih berani mengaku diri sebagai keturunan Abraham? Ketahuilah, bahwa kata-kataKu bukan berasal dariKu, melainkan firman yang BapaKu serahkan untuk Ku sampaikan padaMu. Jadi, BapaKu menyuruh Aku menyampaikan kebenaran, tapi kamu, ingin membunuh sumber dari kebenaran. Dengan dasar itulah, Yesus mengatakan satu statemen: “BapaKu bukanlah bapamu. Karena Aku melakukan hal yang sesuai dengan maksud BapaKu. Andai BapaKu adalah juga Bapamu, kamu pasti menghargai apa yang Ku lakukan, kamu pasti menerima firman yang Ku sampaikan dan menyambut akan perkara yang Ku genapkan bagimu. Masalahnya, Aku melakukan hal yang Bapa ingin Aku lakukan, kalian malah ingin membunuhKu — menjalankan perintah dari bapamu. Mendengar itu, orang Yahudi marah besar: “jadi, menurut Kau, kami ini siapa?” “Aku tahu, kalian adalah keturunan Abraham. Tapi apa yang kalian lakukan tak sama dengan apa yang Bapamu lakukan: Bapamu menyukai kebenaran, kamu malah ingin membunuh kebenaran. Ini menandakan, bapamu bukanlah Penghulu hidup, melainkan kepala pembunuh”. Mereka menyangkal: “tidak, bapa kami adalah Abraham” “kalau bapamu adalah Abraham, kamu pasti melakukan apa yang dia lakukan”. Inilah prinsipnya. Hai orang Kristen, kalau kau mengaku Bapamu adalah Allah yang melakukan kebenaran, kebajikan, keadilan, kesucian. Tapi kau, melakukan hal yang najis, yang jahat, yang tak adil, itu menandakan bahwa kau bukan anak Allah. Bapamu bukan Allah, bapamu adalah iblis. Mungkin kau mengatakan: mana mungkin begitu, aku ini orang Kristen yang sudah dibaptis, mana mungkin bapaku adalah iblis? Ingat: Yudas adalah murid Yesus, tapi dia adalah anak iblis. Itulah yang Yesus sendiri katakan: “seorang diantara kalian adalah iblis”. Kalau ditinjau: tubuhnya ada dimana? di tengah-tengah anak-anak Allah. Keanggotaannya di mana? Di gereja. Peterus, Yakobus, Yohanes…. adalah murid Yesus yang Dia pilih, Yudas juga murid Yesus yang Dia pilih. Yesus mengajak murid-murid. memberitakan injil, Yudas juga diajak. Apa beda Yudas dengan murid-murid lain? Hati Yudas tidak di Kerajaan Allah atau di pengajaran Yesus, tapi di kas bendahara; ambisinya mendapatkan uang.
Ada sebagian orang yang suka jadi bendahara gereja. Saya pernah menyaksikan beberapa bendahara gereja, yang hatinya tidak mengarah pada Tuhan, tapi pada uang. Syukur pada Tuhan, karena di tahun pertama, di GRII pusat ada seorang bendahara, yang menyetor uang persembahan gereja ke akun pribadinya. Baru bulan berikutnya dia transfer ke akun gereja. Jadi, kalau jumlah dana dicocokkan dengan catatan pembukuan, memang tak ada yang salah. Tapi kalau diperiksa tanggalnya, terlambat satu bulan. Itu artinya, dia mengambil dulu bunga dari bulan pertama untuk dirinya. Apakah perbuatan seperti ini bisa dibenarkan? Tidak, kami langsung memecatnya. Dan dua puluh tahun ini, ekonomi gereja kita sangat diberkati Tuhan. Karena kita sudah menemukan seorang bendahara yang sungguh-sungguh jujur dan mutlak setia. Itu sebab, badan IMF (International Monetery Fund) tak pernah memilih bendahara secara bebas. Karena saat orang memilih, selalu memilih orang yang dia kenal atau orang yang kelihatannya baik. Akibatnya, jabatan bendahara mungkin dikuasai oleh orang yang berambisi liar dan itu sangat berbahaya. Puji Tuhan! Karena berkatNya, kita dapat membangun Concert Hall hanya dengan dana tujuh puluh sekian milyar. Padahal Concert Hall di Shen zen dibangun dengan dana lima belas sekian kali lipat dari dana yang kita pakai. Concert Hall di Singapore dibangun dengan dana seratus sekian kali lipat dari dana yang kita pakai. Concert Hall di Bei jing yang sangat besar itu dibangun dengan dana seratus sepuluh kali lipat dari dana yang kita pakai. Karena kita tidak mengkorupsi ataupun memboroskan uang persembahan barang satu peser. Maka kita dapat menggunakan dana yang paling minim guna melakukan pekerjaan yang paling besar. Jumat malam, saat pianis Rusia mementaskan Piano Concerto no.1, karya Chopin, panitia minta bantuan dari perusahaan piano terbesar di Jakarta. Nama perusahaan itu dicantumkan sebagai sponsor dari acara konser itu. Berapa harga piano yang mereka pinjamkan untuk konser itu? 1.8 milyar — piano yang agak kecil, tapi bagus sekali. Waktu saya menonton konser itu, merasa sayang sekali: pianis Rusia itu dapat memainkan piano dengan sangat bagus, tapi karena pianonya baru seratus persen, suaranya tak keluar. Hati saya terketuk, memberi izin mereka kali ini menggunakan piano kita pada pementasan malam kedua secara free, sebagai tanda persahabatan Indonesia dan Kroasia. Dan memang, kemarin malam, saat pianis itu memainkan Piano Concerto no.2 dari Chopin, suara piano terdengar begitu indah. Sang pianis senang luar biasa, terus menerus mengucapkan terima kasih, terima kasih pada saya. Konduktornya juga mengatakan: “saya sedang mencari piano yang bagus, tapi sampai sekarang belum mendapatkannya. Bagaimana bapak bisa menemukan piano yang sebagus ini; jangan-jangan piano ini pernah digunakan oleh Horowitz” “saya mendapatkannya di New York” “kalau begitu, saya juga ingin mencarinya di sana”. Padahal piano piano kita itu bukan piano baru, piano yang sudah berusia 86 tahun tapi setelah diperbaiki ternyata suaranya bagus sekali. Untuk apa saya menceritakan semua itu? Memberitahu kalian, orang bisa saja menggunakan dana segudang untuk melakukan perkara-perkara yang biasa. Contohnya ukuran dari piano yang dipinjamkan oleh perusahaan piano itu 212 cm, harganya 1.8 milyar. Tapi ukuran piano kita 274 cm, harganya + lima ratus dua puluh juta, hanya seperempat dari harga piano baru, tapi suaranya tiga kali lebih bagus dari piano baru. Mengapa begitu? Karena Tuhan memberkati orang-orang yang melayani Dia dengan sepenuh hati, dapat mewujudkan pekerjaanNya yang terindah. Puji Tuhan! Bukan seperti Yudas, yang secara lahiriah berada di lingkaran murid-murid Yesus, tapi niat hatinya yang sungguh-sungguh bukan Yesus atau kebenaranNya, melainkan uang. Karena itu, di matanya tak ada sesamanya, di hatinya juga tak ada Allah; hanya ada uang. Kalau seorang hanya memikirkan uang dan uang, semua hal yang dia lakukan dalam hidupnya salah kaparah. Bahkan demi uang, dia tega menghancurkan interpersonal relationship-nya dengan sesamanya. Begitu juga orang yang melakukan segalanya demi diri sendiri, semua yang dia lakukan dalam hidupnya akan salah kaprah. Karena dia hanya sibuk memperhatikan adakah dirinya dirugikan, dilecehkan, diejek atau…. Dan akibatnya, tak paranoid overshadow akan semua kebenaran yang dia dengar dan kewajiban yang seharusnya dia tunaikan. Begitu juga orang yang melakukan segalanya hanya untuk menyenangkan orang lain, semua yang dia lakukan juga salah. Kalau kau tanyakan pada Yudas: “dimanakah kau?” jawabnya: “tubuhku ada di gereja, namaku ada di deretan nama murid-murid Yesus”. Tapi kalau kau tanyakan lebih lanjut: “Yudas, dimanakah kau yang sesungguhnya?” “di tangan iblis”. Karena titik fokus yang dia pandang adalah uang, dirinya, maka yang dia terus pikiran hanyalah: bagaimana memperalat Yesus untuk meraup uang kas. Itu sebab, hari ini, saya ingin bertanya pada saudara: “dimanakah kau?”
Pertanyaan pertama yang Allah ajukan pada orang berdosa yang pertama: Adam. Setelah dia berdosa, pertanyaan yang tanyakan padanya bukan: apa yang telah kau makan atau apa yang sudah kau perbuat, melainkan dimanakah kau? Pertanyaan yang menyangkut posisinya, keberdaannya; statusnya dan hatinya. Karena saat seorang tak membawa serta hatinya, dimanapun dia berada, keberadaannya tak berarti apa-apa. Puji Tuhan, Allah begitu memberkati gerakan ini, karena hati saya seratus persen saya curahkan di gerakan ini. Saya tak peduli akan sehat-sakit, mati-hidup diri sendiri, tapi sepenuh hati berjuang untuk gerakan ini. Mengapa? Karena saya tahu dengan jelas: Allah mau memakai gerakan Reformed Injili untuk mengubah seisi dunia. Puji Tuhan! Dari mana kita memulainya? Membenahi iman, kebenaran, teologi, doktrin. Karena semua itu adalah poros. Setelah poros itu mantap, baru melebarkan sayap ke bidang pedagogik, politik, ekonomi, etika moral, sosiologi…. dan menggerakkan seluruh roda untuk berputar. Tapi kalau porosnya bergeser, roda akan ambruk. Permisi tanya, dimanakah hatimu: di dalam Yesus Kristus, di dalam iman kepercayaan yang benar? Itu sebab, tak ada teguran Yesus pada orang Yahudi yang lebih pedas; tajam dari teguran di Yoh.8. “Aku tahu, kalian adalah keturunan Abraham, tapi mengapa kalian ingin membunuhKu — perkara yang tak mungkin diperbuat oleh bapamu? Karena Abraham mendambakanKu, menantikan kedatanganKu dan berharap padaKu, tapi kalian, justru membenciKu, bahkan ingin membunuhKu. Bukankah hal ini membuktikan, bahwa kalian bukan keturunan Abraham? Statemen Yesus ini lebih menyakitkan dari mencaci-maki orang tua mereka. Saya yakin, kalau ada orang mencerca papamu, tentu kau akan marah. Apalagi kalau papamu adalah orang yang baik, tentu kau tak akan mengizinkan siapapun menghinanya dengan sembarangan. Apa jadinya kalau orang berani mencerca dia yang kau sembah? Itulah yang membuat orang Yahudi tak bisa tahan lagi: “kami ini keturunan Abraham” “bukan! Bapamu bukan Abraham. Kalau bapamu adalah Abraham, kamu pasti melakukan apa yang dia lakukan”. Hari ini, ada banyak anak yang tak mau meneruskan pekerjaan papanya. Karena mereka sama sekali tak mengerti hati papa mereka. Pepatah orang Tionghoa mengatakan: qi shun zi xiao fu xin kuan; kalau isteri taat dan anak-anak hormat padamu, tentu hatimu jadi lapang. Tapi kalau mereka memberontak padamu, tentu hatimu susah setengah mati. Begitu juga hati Bapa kita. Pertanyaannya: sudahkah kita taat padaNya, mengasihi Dia, sungguh-sungguh melakukan apa yang Dia ingin kita lakukan? Allah bersaksi tentang Yesus: “inilah AnakKu yang Ku kasihi, dengarlah akan Dia”. Jadi, mungkinkah anak-anak Bapa berniat membunuh Dia yang Bapa kasihi? tidak mungkin! Tapi orang Israel? Allah menyuruh mereka mengasihi Yesus, mereka malah ingin membunuh Dia. Bukan hal ini membuktikan, bahwa mereka bukan anak-anak Allah. Tapi teguran Yesus yang jujur itu justru mereka pandang sebagai penghinaan yang terbesar. Maka setelah mereka mendengar statemen itu, bukan saja hati mereka tak tergerak, tak bertobat, malah membenci Yesus dan semakin berniat membunuhNya. Memang di Alkitab tertulis, jangan menegur orang bodoh. Karena mereka akan semakin hari semakin bodoh dan bahkan membencimu. Tapi Yesus tetap harus mengatakan statemen itu. Karena Dia tahu, tak lama lagi, kebudayaan Yahudi akan dibuang. Sementara orang Yahudi sendiri masih mengira kami adalah anak-anak Allah, tak sadar bahwa Allah tak lagi memakai bahasa mereka, tapi memakai bahasa Yunani untuk menuliskan wahyuNya di P.B. Maka mereka tak dapat menerima statemen Yesus.
Kata Yesus: “Bapamu bukan Abraham. Kalau bapamu adalah Abraham, kamu pasti melakukan apa yang dia lakukan: datang padaKu. Biar hari ini setiap kita kembali pada Tuhan dan mengatakan padaNya: “Tuhan, aku mau membuka hatiku menerima firmanMu sebagai tuan di hatiku, dan aku, siap jadi hamba yang mentaati semua perintahMu, melakukan hal-hal yang berkenan padaMu, bukan malah memperalat atau mengubah-ngubah firmanMu”. Maukah kau? Kiranya Tuhan menolong kita, mau menerima firman kebenaranNya dengan sungguh, dan menjalankan kehendakNya dengan jujur. Dua minggu lagi, kita akan membahas, mengapa Tuhan Yesus terpaksa harus mengucapkan statemen “bapamu bukan Abraham, juga bukan Allah, melainkan adalah iblis” — statemen yang sangat tajam dan mengerikan, yang membuat Dia tak mungkin rekonsiliasi dengan orang Yahudi. Bukankah mereka adalah orang yang beragama, mengapa mereka disebut anak iblis? Karena agama hanyalah mereka pakai sebagai tameng, guna menutupi segala keegoisan dan kejahatan yang mereka perbuat. Statemen Yesus itulah membuat mereka tak punya pilihan lain, kecuali membunuh Dia. Jadi, orang mengaku diri mengerti Taurat ini ternyata adalah orang yang melanggar Taurat. Taurat mengajarkan: jangan bersaksi dusta, jangan membunuh…., mereka malah bersaksi dusta, berniat membunuh, bahkan membunuh Allah — sangat mengerikan, bukan? Kiranya Tuhan menolong, menata ulang hidup kita, agar kita mau taat padaNya dengan sungguh dan selalu memperkenan hatiNya.
(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)
Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/jakarta/MRI1103.pdf