Adalah mujizat terbesar yang Yesus Kristus lakukan, yang ada kaitan dengan hidup manusia. Waktu Yesus Kristus di dunia, Dia pernah membangkitkan:
- Anak perempuan Yairus; penjaga rumah ibadah , yang berumur 12 tahun dengan mengatakan: “Talitakum”. Menyatakan kata-kataNya mengandung kuasa, bahkan membangkitkan orang mati.
- Anak dari janda di kota Nain, yang jasadnya sedang diusung ke kuburan. Yesus yang adalah hidup, menghentikan langkah mereka dan membangkitkannya. Menghentikan adalah satu interupsi yang membuat seorang merasa dihambat; diganggu. Ada orang yang mengeluh: Tuhan, aku sibuk sekali, tapi mengapa orang Kristen yang satu ini terus menerus menginjiliku, mengajakku ke gereja!!! Padahal yang dia temui adalah God’s interruption, that is a blesseing for him, God stops his step from going to hell.
- Lazarus. Kali ini memang sangat berbeda, karena yang Yesus hadapi adalah seorang yang sudah dikubur empat hari. Membuktikan semua hal yang Tuhan lakukan bukanlah kebetulan atau terpaksa, melainkan seturut rencanaNya.
Itu sebab, saat Lazarus sakit, Dia tidak segera mengunjunginya. Masalahnya, saat kita mengalami penderitaan yang besar, justru sering bertanya-tanya: Tuhan, mengapa Kau mengulur-ngulur waktu; tak segera menyatakan pertolonganMu, bahkan terkesan tak peduli? Sampai akhirnya kita merasa kecewa terhadap Tuhan. Semua itu terjadi, karena kita tak memahami sifat Ilahi dan strategiNya dalam melatih kita bersabar, menanti dan berharap dalam iman. Maka pendeta-pendeta yang suka menggumbar janji: “Tuhan pasti memberkatimu, Dia tak akan memberimu kesusahan” adalah penipu. Karena mereka menipumu; tak mengajarkan prinsip Alkitab yang benar padamu: ada kalanya Tuhan memang tak menyembuhkan penyakitmu, dan kau harus tetap taat. Ada kalanya, Dia mengizinkanmu merugi sampai ratusan juta rupiah, atau memakai musuh orang Kristen memukulmu dengan pukulan yang berat, membuat hidupmu susah…, guna Dia ingin melatih kesabaranmu. Kalau orang Kristen juga hanya mencari untung, lancar, menang, kaya….. bagaimana kita dapat membuktikan iman yang sejati pada dunia? Kalau kita hanya mau menerima; tak mau berkorban, bagaimana kita dapat membuktikan diri taat pada firmanNya? Ada kalanya memang Tuhan membuat kita miskin, sakit, patah hati…, membiarkan kita resah, tak tahu harus berbuat apa. Itulah keluhan yang Soren A. Kierkegaard, filsuf Denmark abad ke-19 cetuskan dalam kesulitan yang amat berat: what shoud I do now? what decision sould I make? why my situation is so cruel? Waktu saya membacanya, saya merasa sangat iba padanya. Tapi sebenarnya, orang yang tak pernah mengalami kesusahan, krisis besar dalam hidupnya, tak akan dapat simpati dan bermurah-hati pada orang lain. Kalau kau jatuh cinta begitu rupa pada seseorang, sampai rasanya kalau tak menikah kalau tidak dengannya, lebih baik tak menikah. Tapi ternyata cintamu ditolak oleh orang itu, tentu serasa kiamat, bukan? Bahkan imanmupun goncang, karena Tuhan tak memberikan orang yang kau cinta padamu. Tapi sesungguhnya, semua pengalaman pahit sangat berguna bagimu. Karena your life starts from all kinds of tribulation, difficulty and suffering. Tanpa itu, kau akan terus menyia-nyiakan hidupmu: memakai uang, kesehatan, kesempatan dan parasmu yang rupawan untuk berfoya-foya, main cinta dengan pelacur… sampai kesulitan, kepicikan mengurungmu, baru kau menjerit dari kedalaman hatimu, tapi tak tahu harus berseru pada siapa. Karena kau belum sungguh-sungguh mengenal Tuhan, maka kau hanya dapat berseru pada sesuatu yang selama ini kau sanjung tinggi: jika kau mengabulkan permintaanku, aku mau mengikutmu — konsep allah yang sia-sia. Sampai saat kau bertemu dengan Allah yang sejati, Penguasa hidupmu, sadar bahwa Dialah yang mengizinkanmu mengalami semua hal yang pahit bahkan tak menolongmu.
Kau akan mendengar Dia bertanya: masihkah kau percaya dan taat padaKu? Dan karena kau tak dapat menyangkali keberadaanNya, bahkan harus mengakui: God is working on you. He permits all the sufferings surround you maka jawabmu:: “yes, My God, I will totally surrender to You”, barulah kau mulai sungguh-sungguh beriman padaNya. Jadi, iman bukan sekedar berseru: aku percaya dan boleh masuk sorga! Iman yang sejati, yang bernilai diawali dengan pergumulan, sampai kau betul-betul mengakui akan kedaulatanNya atas hidupmu dan meski saat kau ditimpa kesulitan-kesulitan, Dia tak segera mengulurkan tangan menolongmu, kau tetap mau menjalankan rencanaNya, taat pada pimpinanNya. Sama seperti pengalaman yang dialami keluarga Lazarus, sudah menyuruh orang mengabari Yesus: “orang yang Kau kasihi sakit”, tapi kataNya: “penyakit itu tak akan membuatnya mati” dan menunda dua hari. Sampai setelah Lazarus mati, baru Dia berangkat. Maka waktu Dia tiba di Betania, Lazarus sudah dikubur empat hari. Tak heran kalau kakak-kakak Lazarus mengomel: “mengapa Kau tidak datang lebih cepat?” Dia tak menjawab, karena Dia tahu: My time is not your time , Aku akan mencurahkan berkat seturut dengan waktuKu bukan waktumu. Berbeda sekali dengan ajaran para pemimpin Karismatik: berserulah, Tuhan pasti menyembuhkanmu – bukan ajaran Alkitab. Karena Tuhan yang menetapkan waktu untuk semua perkara, tak seorangpun dapat mempercepat atau memperlambat waktuNya. Sama dengan seekor ulat sutera, dia akan jadi kupu-kupu. Tapi perlu melewati proses, dimana dia akan berubah bentuk: kakinya, kepalanya, ekornya…. hilang, jadi mirip dengan sebutir kacang, yang disebut kepompong. Kepompong itu bukan mati melainkan tidur sampai satu jangka waktu tertentu. Orang harus menunggu dengan sabar, tak bisa membantunya dengan menggunting kepompong itu. Karena hal itu justru akan membuat si kepompong mati. Tunggu sampai hari si kepompong kembali punya kepala, mata, hidung, gigi bahkan sayap, seturut dengan dalil yang Allah tetapkan. Dia akan merobek kulit kepompong dengan giginya dan keluar dalam keadaan yang berbeda: bukan ulat yang merangkak tapi kupu-kupu yang terbang . Jadi, jangan percaya akan janji palsu dan mempercepat masa ujian dari Tuhan.
Kalau anakmu kurang ajar, mungkin Tuhan akan menguji dia lima, sepuluh tahun. Biarkan dia belajar sampai Tuhan membentuknya jadi orang Kristen yang baik. Dua ribu lima ratus tahun silam, di zaman Waring Period di Tiongkok terdapat satu buku yang berjudul: zhan guo ci. Dimana terdapat satu cerita: seorang petani menanam padi dengan susah payah, ingin sekali padinya tumbuh dengan cepat. Tapi hari lepas hari, dia melihat seperti padinya masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Dia tak sabar, lalu menarik tiap-tiap padi setengah inchi dan senang. Tapi keesokan paginya, dia menemukan, semua padinya mati. Mengapa? Karena tak tumbuh secara natural, tapi dipaksakan. Maka kalau waktu Tuhan belum tiba, jangan percepat, agar tak merusak bahkan mungkin menghancurkan rencanaNya. Begitu juga dengan kupu-kupu di dalam kepompong, tak perlu dibantu. Agar jangan dia keluar tapi hanya dapat berjalan, tak pernah bisa terbang untuk selamanya. Biar kita menemukan bijaksana yang Tuhan simpan di alam semesta, lalu renungkan dan patuhi dengan benar. Karena orang Kristen yang tak mematuhi dalil pertumbuhan rohani yang lazim: melewati ujian, kesusahan, penderitaan…. hidupnya sama dengan apa yang Socrates katakan: an unexamine life is not worth living. Dan faktanya, orang-orang yang agung, yang sukses sering kali adalah mereka yang pernah melewati kesusahan, melintasi lembah air mata, dan menang atas cobaan dan ujian yang berat — dalil yang Allah tetapkan. Itu sebab, keluarga Marta, Maria dan Lazarus adalah Tuhan Yesus kasihi juga tak terkecuali, Dia mengizinkan kesulitan besar menimpa hidup mereka dan sepertinya Dia tak peduli. Mengapa Dia tak memperlakukan Lazarus sama seperti anak Yairus, saat dia sakit, Yesus langsung datang. Begitu juga saat remaja di kota Nain itu diusung ke kuburan, Yesus mencegah iring-iringan itu sebelum tiba di pekuburan? Karena My time is not yet up. You should wait patiently , agar setelah menerima ujian, iman mereka jadi semakin mantap. Sayang, Marta dan Maria; kedua saudara itu kompak dalam hal mengomel: “Tuhan, jika saja Kau di sini, tentu saudaraku tak akan mati”. Mendengar itu, apakah Yesus meminta-maaf akan keterlambatanNya? Tidak! Dia tak menjawab. Karena Dia adalah Tuhan. kita lah yang harus patuh padaNya; Pemimpin kita, yang pimpinanNya tak pernah bersalah. Jadi, kalau seorang pemimpin memimpin dengan jujur, tidak egois, mau bekerja keras, jadi teladan dalam hal menyangkal diri; berkorban, dan mengarahkan kita pada kehendakNya, mari kita taati pimpinannya. Tapi kalau pemimpin memimpin dengan tidak jujur; main taktik, egois, self-centered, kita tak perlu menaati pimpinannya. Saat Yesus Kristus mengajak murid-murid pergi ke tempat Lazarus, ada murid yang kurang percaya padaNya, tapi Yesus tetap memandang dia sebagai muridNya. Jadi, Tuhan Yesus menerima murid yang punya keyakinan penuh, juga murid yang selalu ragu, seperti: Thomas. Waktu Yesus mengajak mereka ke Betania, karena kawanKu telah tertidur, mereka tak mengerti, kalau Lazarus tidur, tentu dia akan bangun, jadi untuk apa kita ke sana? Maka Tuhan Yesus berkata dengan terus terang: “dia sudah mati” dan kata Tomas pada teman-temannya: “mari kita pergi untuk mati bersamaNya” —menyindir. Perkataan yang kurang ajar itu Tomas lontarkan berdasarkan rasio manusia yang created, limited, poluted, tak dapat memahami rencana Allah yang lebih tinggi darinya. Apalagi Tomas memang adalah orang yang selalu ragu, selalu salah menafsirkan semua hal yang dia dengar dan masih mengira dirinya pintar. Maka pikirnya: mana mungkin aku percaya akan supranatural, itu tidak praktis dan tidak mendarat. Yesus juga tak menanggapinya, tetap meneruskan rencanaNya. Mendengar Yesus datang, Marta menyambut Dia, tapi Maria. tinggal di rumah. Saat itu, ada banyak orang Yahudi yang datang menghibur. Menandakan bahwa hidup sosial mereka baik, sehingga saat mereka berkabung, banyak orang di kota itu datang menyatakan simpati mereka. Karena mereka mengenal orang-orang di keluarga itu ramah, suka menjamu tamu, menolong orang. Bagaimana dengan orang yang hidup sosialnya tidak baik? Menurut pengamatan saya, ada orang yang saat menikah dihadiri ratusan orang, ada juga yang hanya dihadiri dua puluh orang. Mengapa? Karena mereka tak pernah bersosialisasi dengan orang lain: datang ke gereja hanya mau mendengar khotbah, selesai khotbah langsung kabur. Kalau kau tak pernah mau berjabat-tangan; berkenalan dengan orang, hanya merasa bangga sebab telah jadi anggota gereja besar, dan sangkamu, saat anakmu menikah nanti, pasti ada ratusan bahkan ribuan orang yang hadir. Itu mimpi! Ingat: kalau hidup sosialmu tidak baik. Meski kau tinggal di kota besar, tak ada orang yang mau tahu akan kau. Saat seorang meninggal dunia, dari banyaknya orang yang datang melayat, kita tahu bagaimana hidup sosialnya. Karena jumlah orang yang hadir di pernikahanmu atau keluargamu, belum tentu dapat kita pakai untuk menilai hidup sosialnya beres atau tidak. Jadi, barometer yang lebih tepat untuk kita pakai menilai hidup sosial seorang adalah saat duka bukan saat suka. Sebab orang-orang yang datang berkabung atas kematianmu, tentu bukan datang untuk stor muka, bukan? Jadi sesungguhnya, ada banyak dalil umum di dunia yang sudah kita lupakan. Seperti: bila seorang minoritas rela berjuang mati-matian buat mayoritas, saat itu juga, dia sudah tidak berstatus minoritas lagi. Maria dan Marta pasti punya nama dan pelayanan yang baik di Betania. Sehingga meski mayoritas orang Yahudi tak percaya Yesus Kristus, tapi mereka tak berani menghina akan Maria dan Marta, karena mereka Kristen. Maka sebagai orang Kristen, selain kita harus menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan, juga dengan umat beragama lain. Terlebih di masyarakat Pluralisme. Kita tak perlu mengkompromikan iman, tapi harus dapat toleransi, menghargai orang yang berbeda iman dengan kita, menghargai kebebasan mereka. Tentu kita tidak lupa memberitakan injil pada mereka atas dasar saling menghormati, membawa mereka kembali pada kebenaran. Dan sebaliknya, dia juga mungkin memperkenalkan agamanya, mengharapkan kita juga menganut agama mereka: Budha, Hindu, Islam….. itu sah, sah saja. Dan tetap harus menghargai sesama yang Tuhan cipta dan yang Dia beri kebebasan. Tentu yang dimaksud dengan “bebas”, bukan menganat agama sesuka hati kita. Kita harus tetap memelihara iman, juga menghargai kebebasan orang lain, menjaga keharmonisan di tengah masyarakat yang Pluralis. Jadi, Marta dan Maria memang sangat mencintai Tuhan Yesus. Terlebih Maria, setiap kali Dia datang, Maria selalu mendengarkan firman Nya. Maka meski di zamannya, ada banyak orang yang datang pada Yesus untuk mendapatkan kesembuhan dan berkatNya. Tapi Maria tahu, Yesus bukan Santa Clause, Dia adalah Mesias. Maka saat Yesus di dunia, tak seorangpun (termasuk imam) yang mengurapi Dia. Tapi Maria, mengurapi Yesus dengan minyak Narwastu. Membuktikan bahwa iman-nya terhadap Kristus; doktrin Kristologi-nya benar. Juga menyatakan bahwa mereka berdua betul-betul cinta Yesus, rela berkorban, memberi persembahan dari sedalam-dalam hati mereka. Dua ribu tahun silam, harga satu botol minyak Narwastu sama dengan upah seorang pekerja selama satu tahun; tiga ratus enam puluh lima hari — sangat mahal, bukan? Tapi dia rela menabung hasil kerjanya selama satu tahun, tanpa memakainya barang sepeser; seluruhnya dia pakai untuk membeli minyak Narwastu dan dia pecahkan di hadapanNya. Banyak orang suka menyimpan botol minyak wangi, agar orang melihat dirinya pernah beli atau pakai minyak wangi yang sangat mahal. Sebenarnya, Maria punya alasan yang cukup untuk membanggakan diri: karena dia; seorang gadis yang masih muda, mampu membeli minyak Narwastu yang begitu mahal. Apalagi untuk mengurapi Yesus. Tapi dia menyerahkan semuanya pada Tuhan tanpa disisakan sedikit untuk diri sendiri. Saya percaya, uang yang Marta habiskan untuk belanja, menjamu Tuhan Yesus pasti tak sedikit jumlahnya. Dan Maria, bukan hanya mendengar khotbah, dia juga memberi persembahan yang sangat mahal. Alkitab memang tak menyinggung soal persembahan Lazarus, hanya menyinggung kematiannya. Dan setelah dia mati, ada banyak orang yang datang menghibur. Saya pernah menyaksikan salah seorang jemaat saya di Surabaya yang sangat kaya, tak sampai lima puluh orang yang hadir di pemakamannya. Juga pernah menyaksikan seorang majelis yang betul-betul cinta Tuhan, ada + tujuh ratus orang (dua kali lipat dari jumlah orang yang hadir di kebaktian Minggu) menghadiri pemakamannya. Dan lebih dari empat puluh lima menit, orang-orang bersaksi: bagaimana Tuhan memakai dia jadi saluran berkat buat saya dengan air mata yang berlinang-linang. Membuat pemakanan kali itu lebih indah dari banyak kebaktian di hari Minggu, karena Tuhan dimuliakan. Saat Yesus tiba di Betania, Marta menyambut Dia sambil mengomel: “Tuhan, kalau saja ada Kau, Lazarus pasti tak mati”. Tapi Yesus malah bertanya: “dimanakah dia?” “sudah dikubur empat hari, sudah berbau busuk”. Memang, setelah seorang mati, dua, tiga jam kemudian, sel-sel di tubuhnya mulai rusak. Hari kedua. bakteri berubah jadi seperti kupu-kupu kecil, keluar dari jasadnya. Setelah tiga hari, jasad mulai digerayangi oleh ulat-ulat — menakutkan sekali. Mulai keluar cairan, daging mulai hancur. Beberapa bulan kemudian, sisa seonggok tulang dan seonggok tanah. Karena tubuh kita terbuat dari tanah itu akan kembali jadi tanah — tak ada yang dapat kita sombongkan. Maka meski kita punya tanah ribuan hektar tanah, terakhir kita hanya menempati tanah 1 x 2 meter. Jadi, kalau kau diberi kekayaan, dan tak memakainya untuk memuliakan Tuhan, menolong sesama, sebenarnya semakin kau kaya justru semakin malu. Setelah Lazarus mati, baru Yesus menyatakan niatnya ke Betania dengan alasan: Lazarus tidur. Yesus sengaja menggunakan istilah “tidur”, karena di mataNya, orang yang mati di dalam Dia hanyalah tidur: jasmaninya saja yang mati, rohaninya tidak mati. Maka saat Marta mengatakan: “Lazarus sudah mati empat hari, sudah berbau busuk”. Yesus justru mendeklarasikan: “I am the life, I am the resurrection” — deklarasi yang terbesar. Mendengar itu, sahut Marta: Lazarus akan bangkit? Tuhan, aku tahu, Alkitab memang mengajarkan pada saat kiamat nanti, semua orang; tentu Lazarus juga akan bangkit” “no, I did not mean it. I say that he will risen now; dia akan dibangkitkan, sekarang”. Marta tetap tidak mengerti akan apa yang Yesus katakan, karena dia memang sama sekali tak bisa membayangkan, orang yang sudah dikubur empat hari bisa bangkit. Maka katanya: “jasadnya sudah membusuk”. Menandakan bahwa dia tahu secara pasti, orang yang sudah mati empat hari mengalami corruption pada tubuhnya yang mortal. Padahal yang Yesus maksudkan dengan I am the life adalah immortal life. Sama yang tertulis di I Kor. 15, waktu Yesus datang kedua kalinya, orang mati akan bangkit, saat itu, tubuh yang fana jadi tubuh yang tidak fana, tubuh yang lemah jadi tubuh yang kuat, tubuh duniawi jadi tubuh rohani, tubuh yang hina jadi tubuh yang mulia — lima sifat dari the ressurected body: glorious, strong, immortal, spirit and everlasting. Dan saat Yesus mengatakan: “I am the ressurection”, Marta menyahut: “dia sudah mati empat hari, sudah berbau busuk” “if you have faith, you will see the glory of God” — dasar dari teologi Reformed. Persis terbalik dengan konsep orang pada umumnya, yang selalu mengatakan: nyatakan dulu akan kuasa Tuhan, baru aku mau percaya Dia. Tapi kata Tuhan: “you think, that after you see the glory of God, you will have faith in Me? I do not want that kind of faith. Because faith that produced after seeing the glory of God is not a true faith . Tuhan tak mau kita melihat mujizat dulu baru percaya, karena iman yang sejati justru mendahului penglihatan, bukti… Seperti yang Yesus katakan di sini: jika kau beriman, maka kau akan melihat kemuliaan Allah. Jadi, iman bukan melihat atau mengalami dulu baru percaya, melainkan percaya sebelum melihat. Apa yang ku percaya? Janji Tuhan. Karena the word of God is transcending our experience, is more supreme than our senses, firman Tuhan lebih tinggi dari penglihatan ataupun pengalaman manusia. Dan justru karena kita tak dapat melihat, maka kita beriman. Mengapa kita beriman pada sesuatu yang tidak kita lihat, buktikan dan alami? Karena Tuhan tak mungkin menipu kita, amin? Apa yang Dia Janjikan itu benar, maka kita percaya. Waktu kau mau menikah, tentu tak akan mengatakan pada pacarmu: aku mau buktikan dulu, bahwa kau seumur hidup tak berpenyakit kusta baru aku mau menikah denganmu, bukan? Kau berani menikah dengan seorang yang belum kau buktikan berapa baiknya, berapa setianya, berapa konsisten cintanya padamu. Karena faith is prior to our experiance, faith is transcend all the evidances. Maka statemen Tuhan Yesus pada Marta: “jika kau beriman, kau akan melihat kemuliaan Allah” ini adalah prisaposisi dari motodologi iman orang Kristen Reformed. Memang, ada banyak orang yang mengaku diri Kristen, tapi tak mengerti Alkitab. Dan yang lebih celaka lagi adalah: banyak pendeta yang berkhotbah tapi tak mengerti Alkitab, tak mau mempelajari prinsip Alkitab yang akurat dan yang konsistens. Kata Yesus, if you have faith, you will see the glory of God. Mari kita hidup di dalam iman yang sejati, sebelum kita menerima apa yang Tuhan janjikan, sebelum kita mengalami pimpinanNya, biar kita beriman dulu: Dia adalah Tuhan yang sejati, yang tak pernah salah, yang jujur. Sama dengan Abraham, saat mendengar Tuhan memanggilnya untuk “come out from your family, your nation…, I will bring you there”. “Where is it?” “I do not tell you” “God, I believe in You. Because I know, whom I believe, and I believe that everything you say is true, honest, sincere. Although what you say is beyond my experiance, my sensation, my vision, but I will follow You” — itulah iman. Di sini Yesus mengoreksi metode iman Marta dan Maria, bukan minta Tuhan menyatakan kemuliaan dulu baru mau beriman. Melainkan beriman dulu, baru dapat melihat kemuliaanNya. Ujian, pelatihan, yang Tuhan berikan pada mereka memang berat sekali. Karena mereka adalah keluarga yang Tuhan cintai, tapi Tuhan justru mendisiplin mereka dengan disiplin yang lebih ketat. Itu sebab, saya; Pendetamu tak akan memanjakan, melainkan melatih semua orang di GRII dengan ketat, agar setiap kita jadi laskar Kristus yang tangguh; yang tahan uji. Maukah saudara?
(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL
Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/jakarta/MRI1121.pdf