Senin, tanggal 7 Juni 2021 Pukul 10:00 WIB, kepalaku sakit sekali otomatis hari itu kerja menjadi tidak efesien. Dengan kepala yang masih perih saya dan teman-teman pun berangkat mencari sekedar makan siang. Dan sepulang makan, kepala pun tetap sakit dan tidak kunjung reda. Sepanjang perjalanan pulang kantor sakitnya bukan kepalang, lalu sesampainya dirumah saya meminta tolong seorang kawan untuk melakukan pijat dan kerok, karena perasaan seperti pegal-pegal akibat masuk angin.
Keesokan hari, tiba-tiba teman saya, yang setiap kekantor selalu bersama (satu mobil) dengan saya menelepon dan berujar lirih sambil mengatakan maaf, bahwa dia ternyata positif Covid 19 dengan tanpa gejala. Hal itu diketahui setelah tes Swab Antigen dan PCR yang menyatakan positif. Saya sangat terpukul, dan segera melakukan isolasi mandiri secara ketat. Namun, sayang semua terlambat kami semua (istri dan ketiga anakku) kena gejala yang sama.
Adapun, penyakit ini dimulai dengan diare, lalu seperti diceritakan di atas lebih seperti flu biasa yang diiringi dengan demam, mual, batuk, seperti radang tenggorokan dan nafsu makan hilang sama sekali. Setelah dua hari berikutnya diikuti dengan kehilangan penciuman. Hal tersebut semua dirasakan oleh istri dan ketiga anakku.
Hal yang memilukan, ketika saya coba menghubungi teman yang melakukan pijat dan kerokan, dia pun mengalami gejala yang sama. Ya, kami semua telah terkena covid 19. Demikian juga dengan salah seorang teman yang bareng makan siang, memang luar biasa virus ini dalam hal penularan.
Setelah saya renungi, dalam perjalanan ke kantor minggu sebelumnya, teman saya ini pernah cerita jika istrinya memiliki gejala covid dan sedang isolasi mandiri. Namun, tidak terpikir jika itu memang benar covid, karena ceritanyapun sambilan dan tidak fokus. Dan, semua menjadi jelas hari Rabu (9 Juni) setelah teman saya itu selesai Swab Antigen (Selasa) dan PCR yang dinyatakan positid dengan tingkat CT 19.
Saya tidak langsung memberitahu ke Kantor, namun mengambil Cuti serta melakukan Isolasi Mandiri. Hari Jumat tanggal 11 Juni, saya sudah melewati badai sakit kepala, meriang, dll. Sehingga bisa fokus merawat anak-anak dan istri. Selama sakit kami membeli makanan melalui Gofood dengan tetap memperhatikan prokes secara ketat. Saya memberitahukan kondisi ini kepada Abang yang berada di Jakarta, yang serta merta esoknya datang membawa perbekalan yang lumayan mantap, termasuk rebusan Jahe, Kayumanis, sapulaga, sere dll serta makanan siap santap yang tahan beberapa hari.
Saya, memang meminta kepada anak-anak dan istri untuk merahasiakan agar tidak perlu banyak yang tahu, cukup dengan isolasi mandiri dan jangan berhubungan dengan dunia luar terlebih dahulu. Namun, penciuman pihak gereja ternyata cukup tajam, kami kembali mendapat perbekalan yang sangat cukup untuk bisa bertahan dengan isolasi mandiri. Ternyata, di luar sana, banyak sekali orang-orang yang ingin membantu dan menginginkan kesembuhan kami. Hal ini, juga membesarkan hati kami.
Senin, tanggal 14 Juni, saya melakukan test Swab Antigen dan dinyatakan Negatif, dan langsung mengikuti PCR namun sampai tulisan ini tayang belum tahu hasilnya. Sementara anak-anak dan istri sudah melewati masa krisis tinggal menunggu penciuman pulih, dan masih lemas karena asupan yang sedikit.
Adapun yang menjadi pesan saya kepada pembaca setia nusahati.com, jika merasakan gejala di atas, segera lakukan isolasi mandiri. Dan untuk mengkonsumsi obat vitamin c 1000mg sehari 2 kali (saya pakai Natrol Easy-C), vitamin E, serta obat anti virus, saya menggunaskan Azithromyciu (1x sehari), Isprinol (1x sehari) dan Tuzalos (3 x sehari kalau nyeri saja). Dan jangan lupa untuk tetap menggunakan masker, jaga jarak, mencuci tangan. Perlu diketahui bahwa saya sudah mengikuti program vaksin, jadi tetap semua melakukan prokes dengan ketat. Doa saya bagi yang masih atau sedang dirawat, tetap semangat.
…