Siapa yang tidak khawatir, ketika wabah covid 19 masih merajai namun kita diharuskan bekerja di kantor (WFO). Bagaimana jika kita tertular dan tubuh sedang tidak fit lalu kita harus mati. Perasaan seperti itu adalah perasaan normal bagi kita manusia ciptaan.
Kita tidak boleh memungkiri nasihat bijaksana, bahwasanya karena khawatir maka hidup kita akan menjadi lebih baik bahkan dalam buku suci dikatakan bahwa kita harus beriman dan jangan khawatir.
Psikolog pernah mengatakan, kekhawatiran terbesar akan berubah menjadi kecemasan total, yang berarti kekhawatiran membuat eksistensi kita menjadi tidak ada. Di dalam teori psikologi, ini disebut sebagai khawatir hilangnya eksistensi akibat ditelan oleh non-eksistensi. Eksistensi akan berubah menjadi tidak ada. “Aku tahu dan aku punya perasaan karena aku sekarang ada. Tetapi, jika suatu saat tiba-tiba aku berubah menjadi tidak ada, aku tidak tahu apa itu tidak ada, karena aku yang bisa khawatir sekarang sedang ada. Aku yang ada belum pernah tahu dan belum pernah mengalami apa itu tidak ada.” Jika kematian datang, ia akan menelan eksistensi hidup, sehingga hidup menjadi mati; ada menjadi tidak ada; sesuatu yang sama sekali belum pernah aku alami. Pada saat aku sekarang sedang berpikir dan bisa khawatir, itu menandakan aku masih ada.
Seorang filsuf bernama Epikuros bahkan pernah mengatakan, “Tidak usah takut mati, karena mati belum datang. Jika mati sudah datang, tidak usah takut mati juga, karena mati sudah lewat.” Cara berpikir paradoks Epikuros ini secara dangkal menghindarkan kita dari kekhawatiran akan kematian.
Namun, sebagai orang yang mengenal Tuhan kita mesti menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Tuhan. Artinya kita menyerahkan segala kekhawatiran kita berupa takut tertular covid 19 kepada Tuhan karena melampaui kesanggupan kita untuk menanggungnya, dan kewajiban kita tetap harus kita lakukan dengan baik yaitu bekerja di kantor seperti biasa kita lakukan.
Ada sebuah cerita :
Ada seorang muda tukang kayu sedang memikul kayu yang sangat berat tampak kelelahan, lalu kamu sedang mengendarai mobil pick up dan berniat menolongnya. Tukang kayu tersebut naik dibelakang dengan perasaan sangat berterima kasih. Setelah setengah jam, kamu mendengar dibelakang ada suara orang yang sedang keletihan, lalu kamu menengok, ternyata tukang kayu tersebut masih memikul kayu yang berat itu. Kalau tadi memikul sambil berjalan, dalam mobil dia memikul sambil duduk. Ketika kamu menanyakan, kenapa masih memikul kayu diatas mobil? ternyata tukang kayu sangat berterima kasih naik mobil gratis, dan agar tidak membebani mobil, maka dia memikul kayu yang lumayan berat itu.
Kisah ini persis seperti kita, ketika kita sudah diselamatkan tetapi tetap memikul beban kita. Ketika kita menyerahkan dalam doa, permohonan, dan ucapan syukur maka marilah kita menjalani dengan penuh ketenangan. Rejoice in the Lord, pray before Him, tell Him what you need, ask His Grace, and give thanks to Him for His help.
Hari Selasa tanggal 2 Juni 2020 nanti, adalah hari ketika kita semua mulai menjalani kehidupan kembali dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan. Bagi kita yang sering bekerja dikantor karena keperluan mengharuskan bekerja dikantor mungkin sudah kuat dan terbiasa, bagi yang selama ini bekerja dirumah mungkin sedikit gentar. Namun apapun itu, kita harus menjalankan bagian kita dan ketika kita sudah menyerahkan semua kekhawatiran kita maka janganlah kita tetap memikul kekhwatiran itu sebagaimana yang dilakukan tukang kayu tadi.
Selamat bekerja, Sehat selalu dan Tuhan memberkati kita.