Banyak orang tua berkeinginan menyekolahkan anaknya ke sekolah yang dianggap tinggi mutunya. Mereka tidak percaya bahwa tanpa melewati sekolah semacam itu si anak pun bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, atau menemukan pekerjaan. Seolah-olah hanya sekolah macam itu yang pantas dihargai dan mampu memberikan kepandaian yang menentukan karier besar di kemudian hari.
Tetapi, sejarah, baik sejarah tanah air maupun dunia, menunjukkan bahwa banyak pemimpin terkemuka yang asalnya dari sekolah biasa saja. Juga terlihat bahwa anak yang prestasi belajamya biasa saja, tidak menonjol, kerap kali mampu memegang tampuk pimpinan negara, bahkan sering yang tertinggi.
Kadang kala asalnya pun dari pedesaan.
Di sini akan diceritakan sedikit riwayat presiden Amerika Serikat yang memegang tampuk pimpinan dari tahun 1869 – 1877. Ia adalah Jenderal U.S. Grant.
Lahir dari keluarga pedesaan
Nenek moyangnya berasal dari Connecticut (New England) yang mulai menetap di sana sekitar tahun 1630. Keluarga itu menderita sekali. Lalu pada sekitar tahun 1780 pindah ke Barat, ke Point Pleasant di Ohio, kira-kira 25 mil dari Cincinnati. Di daerah itu, keluarga Grant termasuk keluarga miskin, tetapi suka bekerja keras, jujur, meskipun kurang cerdas dan bicaranya kasar. Ayah tokoh ini ialah Jesse Root Grant. la dikenal sebagai penyamak dan pedagang kulit yang memiliki sebidang tanah kecil.
Pada tahun 1821, Jesse menikah dengan Hannah Simpson dari Pennsylvania, yang berasal dari keluarga petani kaya dengan rumah tembok yang bagus. Setelah menikah pindahlah Hannah ke rumah Jesse yang sederhana, yang dindingnya terbuat dari papan dengan ruangan besar.
Satu ruangan dipakai sebagai dapur dan ruang makan, satu ruangan lagi dipakai sebagai ruang tamu sekaligus ruang tidur. Udara dingin mudah masuk dan tiupan angin dapat membawa salju masuk rumah pada musim dingin. Demikian juga debu pada musim panas. Untunglah Hannah bukan tipe wanita manja. la, meskipun berasal dari keluarga kaya, suka bekerja keras, berbadan sehat, sedikit bicara, dan hampir tidak pernah tersenyum.
Hatinya kuat laksana baja, sehingga tak pernah ia menangis. la sangat taat kepada agama dan penuh kepercayaan kepada kasih Tuhan. Karena itu, ia tak pernah merasa khawatir, juga dalam membesarkan anak.
Asal usul nama U.S. Grant
Di rumah yang sederhana itulah lahir U.S. Grant pada tanggal 27 April 1822. Grant adalah nama keluarga. Mana nama yang membedakannya dari nama orang lain? Menurut W.E. Woodrow, penulis Meet General Grant (di samping biografi George Washington), pemberian nama U.S. Grant terjadi secara kebetulan.
Bukan ayahnya saja yang ingin memberi nama, tetapi sanak saudaranya juga, bahkan kawan-kawan ayahnya. Karena itu, tiap orang yang hendak memberi nama disuruh menuliskannya di atas secarik kertas, lalu digulung, dan dimasukkan ke dalam kotak, baru dikocok.
Nama yang keluar adalah Ulysses, nama pahlawan Yunani, yang diusulkan oleh neneknya, Ny. Simpson! Nama kedua adalah Hiram, lambang kekuatan fisik, yang diusulkan oleh kawan ayahnya. Dengan demikian nama lengkapnya adalah Hiram Ulysses Grant. Namun biasanya nama panggilan ditentukan oleh kebiasaan ibu memanggil anaknya.
Hannah biasa memanggil anak sulungnya Ulysses yang disingkat Lyss. Dari akte kelahirannya, anak ini bemama H.U. Grant. Namun, nama U.S. Grant yang kelak terkenal, biarpun baru dipakai setelah berumur 17 tahun, yakni pada saat ia masuk Akademi Militer West Point.
Semasa kanak-kanak, Ulysses dikenal sebagai anak kumal, yang lebih suka bermain-main atau bekerja daripada belajar, meskipun ia bukannya tidak mau sekolah. Padahal, ayahnya sudah berhasil menjadi penyamak dan pedagang kulit yang cukup kaya di tempatnya yang baru, Georgetown, sehingga sempat pula ikut dalam politik.
Ulysses mempunyai perawakan yang kecil dibandingkan dengan kawan sebayanya, tetapi berparas baik, hidung lurus, dan mata biru. Meski badannya kecil, ia kuat, berani, dan percaya akan kekuatan serta kemampuan fisiknya. Hanya dalam berpikir nampaknya ia kurang cekatan, meski di West Point nyatanya ia pandai matematika dan teknik. Karena kekumalan, kelambatan berpikir, kemalasannya belajar, dan kesukaannya bermain-main, orang-orang di sekitarnya menyebutnya bukan Ulysses Grant, Useless Grant (Grant tak Berguna).
Sejak kecil, Grant cinta dan senang sekali bermain dengan kuda. Tak seorang anak pun mempunyai keberanian dan kecekatanan berkuda melebihi dirinya.
Pada suatu saat, ketika ia masih kanak-kanak, datanglah ke kota kediamannya rombongan sirkus yang membawa kuda poni. Bulu leher kuda itu dipotong pendek, badannya montok bulat, punggungnya halus dan licin.
Pemilik sirkus itu bergurau dengan anak-anak yang datang melihat dan menantang siapa yang bisa berada di atas punggung poni akan diberi AS $ 5. Anak-anak tertarik untuk mencobanya, tetapi tak seorang pun berhasil kecuali seorang yang terakhir, yakni Grant. Anak itu dengan yakin meloncat ke punggung kuda sambil melingkarkan kedua tangannya di leher kuda dan kedua kakinya kuat-kuat menjepit perut binatang tersebut.
Keberanian lain ditunjukkannya pula pada suatu hari, ketika ia harus mengendarai buggy (kereta beroda dua) dari Kentucky. Kudanya lari cepat melalui jalan yang kanan-kirinya tebing curam. Ia tidak kehilangan akal dan sanggup menghentikan kereta itu hanya selangkah sebelum masuk jurang. Sebelumnya ia mendengar bahwa kuda buta tak bisa lari kencang. Lalu, diambilnyalah sehelai sapu tangan yang kemudian ditutupkan ke mata kuda. Terbukti, kuda itu tidak lari lagi.
Grant di West Point
Grant muda ternyata tidak suka menjadi penyamak atau pedagang kulit seperti ayahnya. Ia juga tidak ingin menjadi petani. Karena itu ayahnya ingin memperolok dirinya dengan memasukkannya ke Akademi Militer West Point. Ia berharap, anaknya tidak diterima sehingga bersedia mengikuti jejaknya. Olok-olok itu ternyata menjadi kenyataan yang menyenangkan.
Bagaimana Grant muda bisa masuk West Point? Menurut peraturan yang berlaku, taruna-taruna West Point disaring oleh para anggota kongres. Kebetulan sekali anggota kongres dari daerahnya adalah Thomas L. Hamer, anggota Partai Demokrat, partai yang tidak disukai Jesse.
Bahkan Jesse sebenarnya menentang keanggotaan Hamer. Karena itu ia pasti akan menjadi batu karang masuknya Grant ke West Point. Tetapi, dugaannya meleset. Justru Jesse, yang boleh disebut lawan politik Hamer, secara politis diperhitungkan oleh lawannya. Kalau Grant diterima di West Point, demikian gagasan Hamer, paling tidak satu penentangnya berkurang karena jasanya memasukkan Grant ke West Point. Usaha tersebut berhasil dilaksanakan Hamer.
Namun, ketika hendak mendaftarkan nama Grant, ia tidak tahu nama lengkapnya. Karena biasanya nama orang Amerika terdiri atas tiga kata, maka ditambahkanlah nama neneknya yang ia kenal, Simpson, sehingga menjadi Ulysses Simpson Grant yang disingkat menjadi U.S. Grant.
Di dalam daftar presensi West Point nama U.S. ternyata menarik banyak perhatian. Sherman, kawan sekolah yang kelak menjadi bawahannya, ketika membaca U.S. Grant mencoba mengartikan singkatan itu sebagai United States Grant.
Sedang kawannya yang lain mengira itu singkatan dari Uncle Sam. Tidak jelas apakah itu pengertian yang serius atau hanya olok-olok. Sebenamya Grant tidak sepenuhnya berbahagia di West Point. Yang paling menyusahkannya ialah aturan disiplin yang begitu keras, yang tidak sesuai dengan keadaan serba bebas yang ia hadapi sebeIum masuk akademi. Tetapi, bagaimanapun ia bisa menyesuaikan diri. Di West Point, kecakapan dan keberaniannya berkuda telah membangkitkan simpati kawan-kawannya.
Dalam suatu perayaan yang dihadiri banyak tamu, ia mendemonstrasikan kecakapan dan-keberaniannya itu dengan mengendarai kuda sambil melompati galah yang dipasang melintang yang makin lama makin ditinggikan.
Ketangkasan dan keberaniannya berkuda adalah suatu keunggulan yang dimilikinya.
Sebagai taruna, ia tidak termasuk yang pandai, meskipun prestasinya dalam matematika dan teknik baik. Ia juga menyenangi sejarah. Kekumalan tetap menghinggapi dirinya meski sudah jauh berkurang dibandingkan dengan saat ketika ia masuk.
Waktu pendidikannya berakhir, ia menduduki urutan-ke-156 dari 223 lulusan seangkatannya. Jelas kalau Ulysses bukan perwira muda teladan ketika dilantik menjadi letnan II pada tahun 1843.
Jenderal Lee yang menjadi lawan dan dikalahkannya dalam Perang Saudara (1861- – 1865) mempunyai prestasi belajar yang lebih baik. Ternyata prestasi belajarnya yang tidak menonjol itu tidak mengalanginya untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi.
Buktinya, 20 tahun kemudian, ia terpilih menjadi panglima angkatan darat, dan pada tahun 1866 menjadi perwira pertama yang mencapai pangkat jenderal penuh sesudah George Washington.
Ia pun pahlawan, pujaan bangsa Amerika karena keberhasilahnya dalam memimpin pasukan federal menghadapi pemberontakan negara-negara bagian selatan Amerika Serikat yang mempertahankan perbudakan yang dalam sejarah sering disebut Perang Budak ataur Perang Sesesi (pemisahan diri).
Semua itu memberi jalan kepadanya untuk memenangkan jabatan presiden Amerika Serikat dalam pemilihan tahun 1868 dan 1872. (Sejarawan dan penulis buku a.l. The Concept of Power in Javanese Culture)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1993)
…
Sumber : https://intisari.grid.id/Inspiration/Figure/Bengal-Kumal-Dan-Sering-Dicemooh-Siapa-Sangka-Jika-Kelak-Us-Grant-Jadi-Presiden-Negara-Adidaya?page=all