Pada suatu hari, dalam sebuah kunjungan kerja, sambil menunggu dalam antrean untuk naik taksi di bandara Dubai. Ketika sebuah taksi berhenti, hal pertama yang saya perhatikan adalah bahwa taksi itu begitu bersih dan mengkilap. Sang sopir yang berpakaian kemeja putih, dasi hitam, dan celana panjang hitam melompat keluar dan mengitari mobil untuk membuka pintu penumpang bagi saya.
Dia menyerahkan kartu laminasi sambil berkata, “Saya Abdul. Sementara saya menaruh tas Anda di bagasi, saya ingin Anda untuk membaca pernyataan misi saya.”
Saya terkejut saat membaca kartu tersebut. Tertulis di situ, Pernyataan Misi: Untuk mengantarkan pelanggan ke tujuan mereka dengan tercepat, teraman dan termurah serta menciptakan lingkungan yang ramah.
Saat saya duduk di belakang, Abdul mengatakan, “Apakah Anda ingin secangkir kopi? Saya memiliki termos kopi tanpa kafein.”
Saya menjawab sambil bergurau, “Tidak, saya lebih memilih minuman ringan.”
Abdul dengan cepat berkata, “Tidak ada masalah. Saya memiliki kotak pendingin yang berisi cola, lassi (minuman yoghurt tradisional), air mineral, dan jus jeruk. “
Dengan sedikit gugup, saya berkata, “Saya akan mengambil lassi.”
Sambil menyodorkan minuman saya, Abdul mengatakan, “Jka Anda ingin sesuatu untuk dibaca, saya menyediakan The Straits Times, The Star dan Sun Today.”
Kemudian Abdul menanyakan apakah saya ingin mendengarkan radio dan musik.
Seakan-akan belum cukup, dalam perjalanan, Abdul bahkan bertanya apakah suhu AC-nya nyaman bagi saya.
Tak lama, ia menyarankan rute terbaik ke tujuan saya untuk hari itu. Dia juga memberitahu bahwa ia akan senang untuk mengobrol, juga memberi info beberapa pemandangan atau tempat menarik untuk tamu yang berkunjung dari luar negeri.
Saya berkata penuh kekaguman kepadanya, “Apakah Anda selalu melayani pelanggan seperti ini?”
Abdul tersenyum dan menjawab ramah sambil melirik ke kaca spion. “Tidak, tidak selalu. Bahkan, sejujurnya hal ini baru saya lakukan dalam 2 tahun terakhir. Selama 5 tahun pertama saya bekerja sebagai sopir, saya menghabiskan sebagian besar waktu saya untuk mengeluh seperti kebanyakan rekan di sekitar saya. Lalu suatu hari, saya mendengar sebuah cerita tentang Kekuatan Pilihan.”
“Kita bisa memilih menjadi ‘bebek’ atau ‘elang’. Jika Kita bangun di pagi hari dan berpikir akan memiliki hari yang buruk, Kita akan mengecewakan diri sendiri. Berhenti mengeluh! Jangan jadi ‘bebek’ yang hanya mengeluh. Jadilah ‘elang’ yang terbang tinggi di atas kerumunan,” paparnya. “Kalimat itu membuka pikiran saya.”
“Ini adalah tentang diri sendiri. Selama ini saya selalu mengeluh, jadi saya segera memutuskan untuk mengubah sikap saya dan menjadi ‘elang’. Saya melihat sekeliling, banyak taksi yang kotor, driver yang tidak ramah, dan pelanggan yang tidak bahagia. Saya memutuskan untuk membuat beberapa perubahan, perlahan-lahan, bertahap namun pasti. Ketika pelanggan saya merespon dengan baik, saya mengulanginya lagi,” lanjutnya.
“Tahun pertama sebagai ‘elang’, saya mendapatkan penghasilan dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Tahun ini penghasilan saya naik empat kali lipat. Penumpang saya selalu menelepon saya untuk menjemputnya kembali.”
Abdul membuat pilihan yang berbeda. Dia memutuskan untuk berhenti menjadi bebek dan mulai terbang seperti elang. “Kita tidak mati jika terjatuh dalam air, Kita mati hanya jika Kita tidak berenang.”
Siapkah kita menjadi elang?
…
Sumber : https://www.andriewongso.com/kisahtaksidubai/