Setiap tahun memiliki 365 hari lebih seperempat, waktu satu tahun berlalu selalu menggeser kita menjadi lebih tua, lebih dekat dengan saat masuk ke liang kubur. Bagaimana cara kita menghitung waktu hidup kita? Ada empat (pernah kita bahas di awal th. 1990, dalam seri khotbah “Waktu Dan Hikmat“) :
1. [Tambah]. Cara anak-anak menghitung hari: usiaku tambah satu, aku tambah besar.
2. [Kurang]. Setelah kita berumur, kita malah takut dengan istilah [tambah] (kecuali uangnya bertambah) lebih menyukai istilah [kurang]: setiap tahun baru berarti umur kita berkurang satu tahun. Ini menandakan kita mulai bijaksana.
Di manakah th.2003? Di memori kita, karena sudah berlalu dan digantikan dengan tahun 2004 yang baru, tapi 365 hari kemudian tahun 2004 juga akan berlalu. Berapa kali di dalam hidup kita ini kita mengganti kalender, mungkin sampai seratus kalikah? Selain petugas cleaning service di kantor yang bertugas mengganti kalender lama di setiap ruangan, jarang orang melakukannya sampai seratus kali. Karena sedikit sekali orang yang bisa mencapai usia itu. Setiap kau mengganti kalendermu di tahun baru, berkatalah kepada dirimu: umurku kurang satu tahun lagi. Selain umur, apalagi yang berkurang? Kesempatan bersaksi; memuliakan Tuhan, melayani Tuhan, menjadi berkat bagi orang juga berkurang. Biarlah di setiap akhir tahun kita merenungkan: apa yang sudah ku kerjakan di tahun ini, berapa banyak gerakan Tuhan yang sudah ku patuhi, bukan malah menghitung-hitung berapa banyak keuntungan yang telah ku dapat di tahun ini?
Di tahun 2003 yang lalu, paling sedikit ada dua perkara yang sangat menghibur hati saya, karena begitu Tuhan menggerakkan, saya langsung mengerjakannya:
a. Di akhir KKR Jakarta 2003, saya merasakan satu gerakan: jangan bubarkan paduan suara besar ini, maka saya mengajak mereka menyanyi di konser Natal di Balai Sidang, mereka langsung menyambut dengan tepuk tangan, masalahnya: di mana mereka bisa berlatih? Perlu menyewa aula besar seperti Kampus Emas, Graha Gepembri. Dari mana uangnya? Saya tidak mengambil serupiahpun dari gereja. Pimpinan Tuhan memang ajaib, konser itupun berlangsung. Padahal awalnya orang kuatir “berapa banyak orang yang akan menghadiri konser itu?” “Yang menyanyi seribu orang, kalau papa mamanya, pacarnya, mantan pacarnya hadir, sudah ada 4000 orang, belum lagi yang lain. Tak perlu takut!”
Dengan iman kita lakukan, ternyata konser hari itu dihadiri 4.000 orang. Puji Tuhan! Acara konser disiarkan di Metro TV, saya yakin di seluruh Indonesia, paling sedikit ada lima juta orang menyaksikan pementasan lagu-lagu agung itu. Sebelum acara konser itu, saya minta Ndaru Darsono melatih beberapa lagu. Memang susah, apalagi lagu For unto us, sayapun sempat kuatir, karena bila lagu itu tidak dinyanyikan dengan tepat, bisa terdengar seperti suara bayi menangis. Jadi hari itu memang membutuhkan iman yang besar sekali. Bahkan sampai kali terakhir latihan, waktu Vincent datang dari Taiwan merekam, dia geleng-geleng kepala, tapi di malam konser itu terjadi mujizat, lagu itu dinyanyikan dengan sehati, tidak salah barang satu ketukpun. Puji Tuhan!
b. Mengapa KKR Natal hanya diadakan di Jakarta tidak diadakan di kota-kota lain? Saya segera menelepon ke Hong Kong, Singapura, Kuala Lumpur…. minta mereka menyewa gedung yang terbesar. Karena di masa Natal memang lebih gampang mengajak orang datang mendengar firman Tuhan. Meski jadwal saya jadi acak-acakan: Taipei, Surabaya, Singapura, Hong Kong, Kucing…., biaya penyewaan gedung juga mahal luar biasa. Tapi setelah selesai, saya bersyukur pada Tuhan, karena jumlah hadir di KKR Natal dari tgl. 13 sampai 28 Desember adalah 38.400 orang. Banyak orang baru menerima Tuhan Yesus. Di akhir tahun, saya berkata: Tuhan di tahun 2003, saya sudah menjalankan kehendakMu, maka untuk kebaktian tahun baru 2004, saya memilih tema, “Meskipun Lelah Tetap Mengejar”. Karena lelah plus senang lebih baik dari santai plus susah. Puji Tuhan! Inilah rahasia hidup: hidup hanya satu kali, mengapa tidak mau berjerih lelah untuk Tuhan? Orang yang berjerih lelah untuk Tuhan, waktu di sorga nanti, Tuhan sendiri akan membelainya. Orang yang menangis untuk Tuhan, Tuhanlah yang akan menghapus air matanya dengan tangan yang pernah Dia pakai untuk menciptakan langit dan bumi.
Di th.2004 ini, saya berkata pada Tuhan: Tuhan, aku bersyukur padaMu masih mengizinkanku memasuki tahun ini, padahal dulu, waktu studi di sekolah teologi, saya harus kuliah dengan membawa bantal karena sakit. Saat itu saya pernah terlintas pikiran, kalau saya bisa mencapai usia 40 tahun sudah puji Tuhan, nyatanya saya masih bisa mencapai usia 41 tahun, maka saya melayani dengan lebih giat, juga sempat berpikir: kalau saya mati di usia 45 tahun, itupun lebih panjang dua tahun dari umur John Sung. Memang, di saat berusia 44 tahun, dokter pernah menvonis saya akan mati karena penyakit lever, sehingga pikir saya, inilah waktunya, maka jadwal khotbah saya justru saya buat lebih padat dari sebelumnya, tapi sampai usia 60 tahun belum mati. Puji Tuhan! Tahun ini, saya memasuki usia 64 tahun, orang yang seusia saya dan masih begitu banyak berkhotbah sudah jarang bukan? Bahkan kalau anda hanya mendengar suara khotbah saya, mungkin anda pikir saya baru berusia 30-an. Padahal waktu saya berusia 30-an, seorang yang berusia 70-an di Singkawang berkata, kalau saya hanya mendengar suara khotbahmu, dari kalimatmu, bahan khotbahmu, pengalamanmu, saya kira kau ini orang tua, nyatanya kau baru berusia 30-an; masih muda. Jadi, waktu saya masih muda, orang yang hanya mendengar suara khotbah saya mengira saya adalah orang tua, tapi sekarang, saat saya sudah berusia 60 sekian tahun, orang yang hanya mendengar suara khotbah saya mengira saya adalah anak muda. Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang ajaib. Puji Tuhan!
Bagaimana cara kita menghitung hari-hari, seperti cara anak-anak:tambah atau justru cara orang dewasa: kurang? Musa berkata ajarlah kami bagaimana menghitung waktu, agar kami memperoleh hati yang bijaksana, bukan beroleh otak yang berpengetahuan. Knowledge is not wisdom, wisdom is not knowledge. Knowledge can be gained by memories book, study and learn from others, but wisdom should be given from God with the fear of the Lord.
3. [Kali] ; Cara yang paling efisien, melakukan beberapa pekerjaan secara bersamaan. Jangan hanya melakukan satu perkara dalam satu waktu, tapi biasakan diri untuk melakukan dua atau tiga pekerjaan bersamaan. Orang yang suka menonton TV adalah orang yang paling bodoh. Karena waktu dia menonton TV, matanya, telinganya, otaknya disita oleh TV, berbeda dengan orang yang mendengar musik, dia bisa sambil mendengar sambil mengerjakan perkara lain. bagaimana caranya menghemat waktu? Cara saya adalah: membeli banyak buku heavy duty yang berisi teori, prinsip, dalil yang penting. Dari sanalah kita mengkristalkan bijaksana: 2000 tahun yang lalu si A mengucapkan kalimat ini, kalimat yang mirip juga pernah dikatakan oleh si B dari negara lain pada 2200 tahun yang lalu, coba bandingkan, dengan begitu prinsip-prinsip penting di sepanjang sejarah kita kristalisasikan. Hanya sedikit sekali orang yang tahu akan cara ini, maka ada orang yang dalam tiga tahun sudah menambah pengetahuan segudang, ada juga yang tidak menambah pengetahuan apa-apa. Memang, ada banyak orang yang tidak menyadari waktu adalah aset induk yang bisa diisi dengan lebih banyak aset; waktu adalah modal sekaligus kontener yang sangat penting. Cobalah catch your time, utilize your time, occupy your time. Kalau waktumu sudah berlalu tak ada yang bisa kau lakukan lagi. Bayangkan, kalau di bulan Desember lalu saya hanya mempersiapkan KKR Natal di Balai Sidang dengan santai, maka kesempatan berkhotbah kepada 38.400 orang itupun hilang. Tahun depan, kalau mungkin, KKR Natal akan diadakan di lebih banyak kota, Manila, Tokyo.., biayanya tentu akan membengkak, tapi tetaplah beriman sampai kehendak Tuhan nyata. Saya harap semangat seperti ini menular merangsang anda merencanakan hidupmu semaksimal mungkin.
4.[Bagi] ; Inilah satu prinsip yang luar biasa : anugerah Tuhan yang tak terhingga itu dibagikan kepada berapa banyak orangpun tetap tidak terhingga. Kalau seorang pria yang sudah beristeri mempunyai perempuan lain, isterinya tentu akan marah, tapi bila seorang ibu yang sudah mempunyai sepuluh orang anak melahirkan seorang anak lagi, anak-anak lain tetap bisa menerima. Karena cinta ibu itu satu, kalau dia hanya mempunyai seorang anak, si anak mendapatkan cintanya secara utuh, bila dia mempunyai sepuluh orang anak, masing-masing anak juga mendapatkan cintanya secara utuh, karena cintanya bisa dia bagikan pada mereka. Berbeda dengan cinta antar suami dan isteri, hanya difokuskan pada pasangan hidupnya. Sama seperti sebuah lilin yang bersinar di dalam ruangan yang berisi lima orang, kelima orang itu mendapatkan cahaya darinya, kalau tambah satu orang lagi, sinar yang didapat lima orang tadi tdak mungkin menjadi berkurang, karena lilin sanggup membagikan sinarnya pada banyak orang. Begitu juga hidup. Biarlah hidup kita, bakat kita, waktu kita, pengalaman kita, kristalisasi bijaksana yang kita kumpulkan kita bagi-bagikan. Hidup yang kita bagikan pada orang adalah hidup yang berlimpah, tapi hidup yang tidak dibagikan pada orang adalah hidup yang egois. Tuhan Yesus berkata, Aku datang untuk memberi hidup bahkan hidup yang berkelimpahan. Satu orang bisa menjadi berkat bagi berapa orang? Tak seorangpun bisa merumuskan atau membatasi. Selama 2.600 tahun, Kongfuzu, seorang, memberi pengaruh pada orang-orang di Vietnam, Korea, Jepang, Tiongkok, Asia Tenggara, juga para scholar di Barat. Mahatma Gandhi, seorang, memberi pengaruh pada satu milyar orang di India, bahkan mungkin milyaran orang di luar India. Satu orang yang bajik, yang bermoral, berkeadilan, berkesucian, berjiwa rela berkorban akan terus menerus membagikan hidupnya pada orang. Berulang kali saya sampaikan lewat mimbar ini: di dunia ini hanya ada dua macam hidup:
A. Hidup untuk diri sendiri, memandang orang yang memperlakukanku dengan baik sebagai kawan dan memandang orang yang memperlakukanku tidak baik sebagai lawan. Dia terus menerus memperkaya diri dan tidak segan-segan merugikan orang. Dia adalah pengemis yang tidak menyadari dirinya adalah pengemis.
B. Hidup yang terus menerus dibagikan pada orang, yang bersumber pada anugerah Tuhan yang tak kunjung habis. Kalau kau tidak bisa membagikan apa-apa, paling tidak kau bisa membagikan senyummu, memberi orang spirit, pemikiran yang bersifat konstruktif sehingga kemanapun kau pergi orang dikuatkan, perkataanmu membangun, membentuk, memberi pengharapan pada orang. Semakin banyak kau membagi semakin limpah anugerah Tuhan atas dirimu: the more you share yourself to others the more abundant life you will obtain. Itulah rahasianya. Tangan kiri kita adalah bangsawan: cincin, arloji dikenakan padanya, sementara tangan kanan adalah tangan kuli, terus menerus bekerja: menulis, berjabat tangan….. Adakah tangan kanan yang terus menerus bekerja menjadi semakin lemah, semakin kecil? Tidak , justru menjadi semakin kuat. Di gerejapun begitu, orang yang lebih banyak melayani lebih kuat dan lebih sehat, hidupnyapun lebih berlimpah, amin? Contohnya: Pendetamu yang terus menerus membagikan hidupnya pada orang. Pernah ada orang berkata, pak Tong, jangan terus menerus pergi, nanti anak-anakmu jadi rusak. Buktinya mereka bisa memelihara moral dengan baik, takut pada Tuhan, studi dengan baik. Apa sebabnya? Nyonya saya sehati. Mengizinkan, menyetujui, mendoakan, mendukung, agar keluarga kami bisa membagikan hidup pada orang.
Biarlah khotbah ini menjadi berita utama di tahun baru ini:
How to count your days?
Dengan tambah? Itu cara yang dipakai anak-anak. Dengan kurang? Itu cara orang dewasa menghitung, menandakan pikirannya sudah lebih matang. Dengan kali? Mulai menandakan kau berbijaksana. Dengan bagi? Menandakan kau lebih bijaksana. How to count our days? Kalau iman, rohani, kesabaran, kasih, pengharapan….. kita bertambah-tambah terus memang bagus. Namun setelah semua itu bertambah-tambah, kau gunakan untuk siapa? Untuk dirimu sendiri? Kalau itu yang kau pilih, berarti kesempatanmu mulai hilang dan hilang. Orang yang hanya mementingkan profit tanpa menyadari hal yang lebih berharga lenyap darinya adalah orang bodoh. Di Amerika, ada orang yang setiap hari kerjanya hanya mencari tempat-tempat yang mengadakan sale (obral), memberi diskon di surat kabar, lalu pergi berbelanja, dia hanya tahu menikmati sedikit profit yang dia peroleh dari diskon, sementara dia lupa bahwa dia telah menghamburkan waktu, bensin, energi….. hal-hal yang lebih berharga. Itu adalah perbuatan bodoh. Mari kita menghitung hidup kita dengan baik.
Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://yun-tonce.blogspot.com/2011/01/how-to-count-your-days.html