… Sebelumnya

Firman : 1 Korintus 13 ayat (5) “tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.”

Dalam bahasa Mandarin, terjemahan bagian ini lebih tepat, di mana diterjemahkan sebagai, “Ia tidak melakukan hal yang memalukan; tidak mencari dan mementingkan keuntungan diri.” Ia tidak mudah marah dan tidak selalu mengingat kesalahan orang lain. Terjemahan bahasa Indonesia, tidak pemarah sebenarnya kurang tepat. Bahasa aslinya menggambarkan sifat Ilahi yang dikutip di ayat ini. Allah tidak mudah marah. Kasih harus mengerti toleransi, rela sabar dan menunggu waktu yang tepat.   

Terlalu banyak saat di mana kita mudah marah, yang membuat situasi menjadi salah dan tidak dapat dikembalikan lagi. Lalu terjadilah kecelakaan yang tidak habis-habis merongrong kita, hanya karena kita tidak sabar dan terlalu cepat marah. Maka jika diterjemahkan “ia bukan pemarah” tidak cukup. Apakah orang yang marah berdosa? Jika marah berdosa, berarti Allah berdosa, karena Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus pernah marah.

Tuhan pernah berkata kepada bangsa Israel, “Janganlah membuat marah utusan-Ku yang menyertai engkau.” Dalam ayat ini berarti Roh Kudus yang diutus menjadi pendamping, penghibur, penegur, dan pendidik kita, tidak boleh dibuat marah. Dalam Perjanjian Baru, kata “jangan membuat marah” diganti menjadi “jangan membuat sedih”. Jika seseorang diberikan Roh Kudus untuk menyertainya, dan orang tersebut membuat Roh Kudus marah dan sedih, yang rugi bukan Tuhan atau Roh Kudus; yang rugi adalah dirinya sendiri, karena Roh Kudus adalah penghibur, pembimbing (parakletos), yang mendampingimu. Roh Kudus dari atas dicurahkan kepadamu, dari bawah untuk menopangmu, di depan untuk memimpin, di belakang untuk mendorong, dan di samping untuk mendampingi. Inilah pekerjaan Roh Kudus yang begitu limpah dan agung. Tuhan mengasihi kita. Ia dengan toleran mengampuni, dan panjang sabar, kasih-Nya menanti kita berubah. Tuhan begitu sabar menanti kita, membentuk kita, mengubah kita, hingga karakter kita makin matang dan berkenan di mata Tuhan.

Allah Tritunggal adalah Allah yang sanggup marah dan dapat marah besar pada kita. Yang berkata bahwa marah berdosa, orang ini bukan saja tidak mengerti Alkitab, orang ini secara tidak sadar telah mencela Tuhan. Martin Luther berkata, “Aku tidak pernah bekerja lebih baik daripada saat aku digerakkan oleh kemarahan yang suci dari Allah.” Alkitab berkata, Allah marah pada bangsa Israel, Allah marah pada Musa, Allah marah pada Harun, Allah marah pada banyak nabi, rasul, dan Bapa Gereja yang pernah dipakai Tuhan, karena mereka tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan Tuhan. Ketika Allah marah pada mereka, bukan saatnya kita marah kembali kepada Allah, tetapi saatnya melakukan introspeksi diri dan minta pengampunan Allah.

Dalam Alkitab dicatat Allah dimarahi manusia dan Allah menuntut kembali orang itu, apakah benar ia boleh marah kepada Allah? Ini hanya terjadi satu kali. Bukan Allah yang marah kepada hamba-Nya, melainkan hamba-Nya yang marah kepada Allah. Dan hamba tersebut adalah Yunus. Ketika Allah marah kepada manusia, kemarahan Allah tidak pernah salah. Tetapi ketika manusia marah pada Allah, tidak pernah kemarahan kita kepada Allah itu benar. Ketika Allah bertanya apakah benar Yunus marah pada Allah, Yunus menjawab, bahwa ia marah sampai mati. Allah terlalu sabar. Jika Allah tidak sabar, satu saja jentikan jari Allah memijat Yunus, Yunus dapat langsung mati. Allah sedemikian penuh toleransi dan panjang sabar karena kasih itu panjang sabar dan penuh belas kasihan.

Yang mempunyai kesabaran tetapi tidak mempunyai belas kasihan, itu bukan kasih. Yang penuh kasih dan belas kasihan tetapi tidak sabar, itu bukan kasih. Terjemahan kasih tidak pemarah lebih tepat jika diterjemahkan kasih tidak mudah marah. Inilah sifat Ilahi. Allah yang berhak marah, Allah yang sering marah, adalah Allah yang tidak mudah marah. Allah tidak pernah marah tanpa alasan. Allah tidak pernah marah sebelum waktunya. Allah mempunyai kemarahan, tetapi kemarahan Allah adalah kemarahan yang suci. Manusia yang tidak pernah marah, bukan manusia yang beres. Semua manusia dapat marah. Tetapi amarahmu adalah amarah macam apa? Marah yang bersifat Ilahi atau marah karena provokasi setan? Marah yang belajar dari Kristus atau marah yang melawan kehendak Tuhan? Jangan mudah marah. Jika engkau mudah marah dan selalu marah, engkau akan dipakai Iblis. Tetapi jika pada saat yang perlu engkau berani marah, engkau akan menjadi hamba Tuhan yang baik.

Di dunia ini ketika Tuhan mau manusia menyatakan cinta-Nya, mungkin semua manusia akan bersedia. Tetapi ketika Tuhan mau manusia menyatakan kemarahan-Nya, tidak ada manusia yang bersedia. Karena jika memberitakan kemarahan Tuhan, akan ditolak dan dibenci manusia. Mengapa John Sung, Martin Luther, dan Jonathan Edwards dipakai Tuhan? Karena mereka rela menjadi perwakilan kemarahan Tuhan. Allah tidak dapat mencapai orang yang hanya bicara enak-enak, baik-baik, hanya bicara anugerah Tuhan saja. Banyak orang Kristen zaman ini maunya berkat tetapi tidak bertanggung jawab, maunya anugerah tetapi tidak bekerja berat, maunya berkat dan karunia dari Tuhan tanpa bayar harga, maunya pahala tanpa pikul salib, maunya kebangkitan tanpa mau mati bagi Kristus.

Mengapa Yesus masuk ke dalam Bait Allah, mengusir orang yang menjual kambing, domba, dan ternak lainnya serta menjual yang lain-lain? Yesus marah dan mengusir mereka, karena ini Bait Allah dan dijadikan sarang penyamun. Apakah Yesus berdosa? Tidak. Yesus sedang melakukan kehendak Allah, Yesus sedang memarahi yang salah. Yohanes menulis hal ini dengan jelas sekali. Gereja sekarang kekurangan pendeta yang berani mempunyai kemarahan yang suci dari Tuhan. Jika gereja mau diberkati Tuhan, hanya satu jalan, menyenangkan Tuhan dan memarahi Iblis. Jika mendukakan Tuhan dan menyenangkan Iblis, kita pasti dibuang oleh Tuhan, menjadi gereja yang suam dan tidak mati, atau gereja yang kelihatannya berkobar-kobar tetapi sesat. Marah dan berperang dengan Iblis, serta menyenangkan Tuhan, maka gereja akan diberkati Tuhan.

Kiranya Tuhan memimpin kita, menjadikan GRII gereja yang menjaga kesucian, menyenangkan Tuhan, dan gereja yang berani berperang melawan Iblis, berani marah terhadap yang salah. Demikianlah kesucian Tuhan berada di sini. Jika mau tahu kebenaran Tuhan, mau tahu keadilan Tuhan, belajarlah dari kemarahan Tuhan. Jika mau mengerti kesucian Tuhan, mengertilah teguran Tuhan. Melalui kemarahan-Nya, Tuhan menyatakan kebenaran dan keadilan-Nya. Allah yang suci menyatakan kesucian-Nya melalui teguran. John Sung, Yohanes Pembaptis, George Whitefield, Jonathan Edwards dipakai Tuhan karena mereka berani menegur dosa. Kasih bukan pemarah dan marah belum tentu berdosa. Kasih tidak mudah marah.

Apa artinya mudah marah? Mudah marah berarti terlalu cepat dikuasai emosi. Jika tidak ada emosi, kita bukan manusia. Melihat sesuatu yang tidak beres dapat menyebabkan marah, tetapi jangan cepat marah. Ketika engkau cepat marah, Iblis akan langsung bekerja, merusak segala kemungkinan terindah yang Tuhan sisakan bagimu. Alkitab berkata, Tuhan tidak pernah tidak menyisihkan hal yang terbaik untuk orang yang mencintai dan takut akan Tuhan. Alkitab berkata, Tuhan tidak pernah meninggalkan bagian yang terbaik untuk diberikan kepada orang yang jujur. Jika engkau jujur, lurus, adil, dan mencintai Tuhan, Tuhan mengingatnya.

Jika engkau belajar di sekolah theologi di sini, kemampuan akademismu kuat dan dapat angka tinggi, tetapi tidak belajar perjuangan saya, silakan keluar dari sekolah sini. Saya tidak perlu murid yang demikian. Saya mau mendidik murid yang mencintai Tuhan, yang berharap kepada Tuhan, bukan hanya minta-minta pada manusia. Kita adalah murid Tuhan yang anggun, yang bernilai tinggi, dan tidak boleh dipermainkan oleh setan. Jangan mudah marah. Jika engkau marah, engkau dipancing oleh Iblis dan engkau menanam benih yang tidak beres. Jangan main-main dengan emosi yang salah. Semua orang mempunyai emosi, tetapi emosi perlu dikontrol, dipelihara, dan minta Roh Kudus untuk memimpin dan mengarahkan emosi kita. Tuhan sanggup mengerjakannya.

Saya bersyukur memiliki kesempatan membawa sekitar 190 orang untuk konser musik di Taiwan, Hong Kong, dan Kaohsiung. Ketika sampai di Kaohsiung ada angin topan dari Lautan Pasifik yang bertiup ke Pulau Taiwan. Ketika itu tiket pesawat sudah dibeli, hotel sudah disewa, concert hall sudah dibayar. Jika ada angin topan, maka konser akan dibatalkan oleh pemerintah, ratusan ribu dolar atau miliaran rupiah akan hangus. Saya berdoa minta Tuhan menolong. Siapa yang dapat mengubah arah angin? Siapa yang dapat mengubah alam ciptaan Tuhan? Pada hari kedua tiba-tiba ada berita dari radio, bahwa angin sudah berpindah arah dari Taiwan ke Pasifik. Ini semua anugerah Tuhan. Lalu di Hong Kong juga demikian, kurang sedikit lagi angin akan datang ke Hong Kong, tetapi Tuhan memutar arah angin.

Setelah masalah angin, timbul masalah demo di Hong Kong. Orang yang khusus datang ke Hong Kong untuk melihat konser, akhirnya terkurung di hotel, tidak dapat keluar karena ada demo. Kami tidak masuk ke kota Hong Kong karena konsernya diadakan di Airport Exhibition Hall; kami menginap di airport hotel, sehingga tidak terganggu. Beberapa hari setelah kami pulang ke Jakarta, demonstrasinya sudah sampai di dalam airport, dan airport ditutup. Tetapi kami sudah kembali ke Jakarta. Ini semua anugerah Tuhan. Saya terus pikir, selama hidup hanya bersandar anugerah Tuhan, dan anugerah Tuhan, dan anugerah Tuhan. Saya akan memuji haleluya tidak habis-habis.

Saya mungkin tidak lama lagi di dunia ini, tetapi orang tua ini boleh bersaksi tidak habis-habis akan anugerah Tuhan. Karena apa? Karena Tuhan sangat memberkati orang yang takut akan Dia, orang yang cinta Dia, dan orang yang tidak sembarangan marah. Jangan mudah marah. Jangan sembarangan marah. Itu baru menandakan ada kasih yang sungguh-sungguh. Mengapa Habel mati? Karena Kain marah. Mengapa Kain marah? Karena tidak tahan nafsu. Mengapa tidak tahan nafsu? Ia tidak mencintai saudaranya, ia membenci adiknya. Mengapa benci? Karena persembahan adiknya diterima oleh Tuhan, sedangkan persembahan Kain tidak diterima. Iri hati menimbulkan kebencian. Kebencian menimbulkan kemarahan. Dan kemarahan menimbulkan pembunuhan. Setelah Kain membunuh Habel, ia pikir masalahnya selesai, ia cuci tangan, menutupi darah Habel dengan tanah. Tetapi Tuhan berkata, “Hai Kain, di manakah saudaramu?” Ini pertanyaan kedua dalam Alkitab.

Pertanyaan pertama adalah, “Adam, Adam, di manakah engkau?” Dan Adam menjawab, “Aku takut maka aku menutup tubuhku yang telanjang dengan dedaunan yang aku petik.” Kerusakan lingkungan dimulai dari saat itu. Setelah beribu tahun, sekarang manusia baru gembar-gembor untuk menjaga lingkungan, untuk jangan sembarangan merusak pohon. Pertama kali merusak lingkungan, dimulai dari Adam. Adam takut dan malu pada Tuhan, maka ia menutup tubuhnya dengan daun-daun. Mengapa malu? Jika tidak bersalah mengapa malu? Mengapa takut? Jika tidak berdosa mengapa takut? Jika mengendarai sepeda motor punya SIM, mengapa takut jika melihat polisi? Jika tidak salah, mengapa takut? Jika tidak berdosa, mengapa merasa malu? Ini semua ajaran Alkitab yang memberi tahu kita, hanya dalam kesucian ada kemuliaan, hanya dalam ketaatan ada kesejahteraan, hanya dalam iman yang sungguh-sungguh pada Tuhan ada pimpinan.

Adam hilang; Adam hilang dari anugerah. Lalu Tuhan mencarinya, “Di manakah engkau, Adam?” Pertanyaan kedua dalam Alkitab, Tuhan bertanya kepada Kain, “Kain, di manakah saudaramu?” Lalu Kain menjawab, “Apakah aku berkewajiban menjaga adikku?” Kain mengira teorinya bagus, akademisnya pintar, dengan pintar bicara dapat meloloskan dirinya dari dosa. Tuhan yang seperti pedang bermata dua, berkata kepada Kain, “Engkau kira engkau dapat menyangkal? Dapat mengelabui Aku? Darah adikmu berteriak pada-Ku dari tanah. Engkau bunuh dia. Engkau melarikan diri.” Mengapa Kain membunuh? Karena ia terlalu mudah marah. Sesudah marah, ia memukul adiknya sampai mati. Kemarahan akan mendatangkan pembunuhan. Kemarahan selalu mendatangkan musibah yang tidak dapat diperbaiki lagi. Hanya menyesal, menyesal, dan menyesal.  

Ketika Kain membunuh Habel, itulah peperangan yang pertama kali terjadi di dunia yang membunuh seperempat penduduk dunia. Di antara empat orang, satu mati. Di seluruh dunia ketika itu, manusia berkurang 25% karena Kain membunuh Habel. Kemudian di abad ke 20 ada Perang Dunia I dan Perang Dunia II, ini semua secara skala atau persentase tidak lebih besar dari pembunuhan Kain terhadap Habel. Kita melihat kebencian antara bangsa dan bangsa, kebencian antara tentara dan tentara, mengakibatkan pembunuhan tidak habis-habis di benua, di negara, di kota, dan di seluruh dunia. Bukan saja demikian, kita melihat kebencian dan kemarahan yang tidak bertanggung jawab, yang mengakibatkan fatalitas yang menakutkan.

Ketika Musa berumur 120 tahun, Tuhan berkata, “Musa, sekarang naik gunung.” Orang berumur 120 tahun disuruh naik gunung oleh Tuhan. Sekarang saya di usia 80 tahun ketika naik panggung saja harus dituntun oleh dua orang. Tetapi Musa taat. Saya umur 80 sudah lemah, Musa umur 120 naik gunung seorang diri. Musa disuruh Tuhan naik gunung untuk melihat keindahan Kanaan, tanah perjanjian yang dijanjikan Tuhan. Tetapi saat melihat Kanaan dari gunung, Tuhan memberi tahu Musa bahwa ia tidak boleh masuk Kanaan. Mengapa Musa tidak boleh masuk Kanaan? Karena Musa pernah tidak menguduskan Tuhan di Meriba, tidak menaati perintah Tuhan. Musa memukul dua kali batu yang besar untuk mengeluarkan air, seharusnya Musa tidak boleh melakukan itu. Orang Israel pernah kekurangan air, menangis, dan berteriak di hadapan Musa, “Tolong beri kami air, kami haus dan mau mati.” Maka Musa memukul batu itu. Airnya keluar lalu mereka meminumnya, dan tidak jadi mati. Musa pikir itu cara yang benar karena sebelumnya Tuhan juga pernah menyuruhnya memukul batu. Tetapi kali kedua ini ia tidak disuruh Tuhan. Ini namanya ditipu oleh pengalaman.

Jika Tuhan pernah memimpin engkau dengan pengalaman yang indah, jangan kira yang memimpin engkau itu pengalamanmu bukan Tuhan. Berapa banyak orang tua yang gagal karena terlalu percaya pada pengalaman. Berapa banyak hamba Tuhan yang gagal karena setelah mempunyai kesuksesan, bersandar pada pengalaman, tidak lagi bersandar pada pimpinan Tuhan. Ketika mengandalkan sesuatu yang pernah dialami, saat itulah mulai gagal. Walaupun kita yang tua, mempunyai banyak pengalaman, jangan bersandar pada pengalaman, karena pengalaman membuat engkau putar arah, tidak lagi bersandar pada Tuhan, tetapi bersandar pada pengalamanmu sendiri. Ini bahaya sekali. Israel yang pernah mengalahkan orang kafir di Yerikho, berpikir Yerikho kota besar saja tidak takut, apalagi kota Ai yang kecil, tidak perlu digubris. Tetapi Ai yang merontokkan mereka. Ai kota kecil, tetapi mengalahkan Israel. Karena apa? Pernah melawan kota besar, pengalaman besar, kemenangan besar, tidak menjamin kemenangan Israel. Dan itu semua jangan diandalkan, tetapi kita harus percaya kepada Tuhan.

Alkitab memberikan pengajaran yang tidak habis-habisnya kepada kita. Seorang tua seperti saya tidak berani bersandar pada apa yang pernah saya lakukan. Kita tidak dapat hanya jika dahulu lakukan sesuatu, maka kemudian kita ulang lagi dan ulang lagi. Setiap saat harus mengingat kembali bagaimana kehendak Tuhan. Ada seseorang yang memberikan uang dan mengirimkan ke rekening saya dan minta saya membuat tanda terima, lalu saya berikan. Kemarin ia mengirim uang lagi dan mau mengirimkannya ke rekening saya lagi dan kembali meminta saya tanda tangan tanda terima. Saya bilang, tidak bisa, kali ini uang itu harus masuk ke rekening gereja, bukan ke rekening saya, bukan pakai nama saya. Ia mengatakan kalau dahulu begini maka sekarang begini lagi. Dahulu begini, itu dahulu, dan yang dahulu adalah satu keteledoran, meskipun tidak menimbulkan apa-apa, tetapi hati-hati, karena dapat menjadi pengalaman yang kurang baik, membuat engkau jatuh, dan ditipu oleh Iblis.

Kedua kali, ketika orang Israel berkata bahwa mereka dahaga, mereka haus, lalu sekali lagi Musa memakai tongkatnya untuk memukul batu. Ketika dipukul dua kali, batunya pecah, air keluar, dan orang Israel minum sepuasnya. Tetapi Tuhan berkata kepada Musa, “Celakalah engkau, engkau bersandar pada pengalaman. Batu itu melambangkan Kristus, Kristus hanya mati satu kali. Engkau pukul dua kali, apakah engkau ingin Kristus disalibkan dua kali?” Karena itu Tuhan berkata kepada Musa untuk naik ke atas Gunung Nebo. Sudah naik, lihat Kanaan. Sudah lihat? Bagus tidak? Bagus. Tetapi Musa tidak boleh masuk Kanaan. Musa dihukum. Karena apa? Karena terlalu mudah marah. Banyak orang Kristen yang terlalu cepat dan terlalu mudah marah, akhirnya ia menjadikan segala sesuatu rusak dan tidak dapat kembali lagi.   

Ada orang yang terlalu marah kepada istrinya, lalu ia membawa pistol dan menembak mati istrinya. Setelah mati, baru sadar, “Ini istriku yang dahulu mati-matian aku kejar sampai mau nikah sama aku. Aku tidak pernah mencintai orang lain, aku tidak mungkin menikah dengan orang lain, mengapa sekarang mati di tanganku.” Dia peluk mayat istrinya. Tetap cantik, tetapi sudah tidak bernapas. Lalu ia menangis dan merasa menyesal. Sudah marah, menyesal, apakah ada gunanya? Tidak ada gunanya. Apakah istrinya dapat hidup lagi? Tidak. Apakah ia dapat mengembalikan waktu? Tidak mungkin. Dia gendong istrinya, menangis tidak habis-habis. Lalu polisi datang dan menangkapnya, memasukkan dia ke penjara seumur hidup. Karena apa? Terlalu mudah marah. Mari belajar bahwa kasih itu tidak mudah marah.

Saya mempunyai seorang dosen. Ia berkata, “Kalau mau marah, siapkan tiga langkah.” Langkah pertama, telan ludah dua kali. Sudah telan ludah dua kali, pikir tiga kali. Setelah saya marah, dapatkah mengubah segala sesuatu? Tidak dapat. Setelah saya marah, apakah lebih damai dengan orang lain? Tidak. Setelah saya marah, apakah dapat kembali ke asal? Tidak dapat. Sudah telan ludah dua kali, pikir tiga kali. Ketiga, ambil kaca, lihat mukamu, modelmu itu apa. Jika engkau memang tidak ganteng, tidak apa-apa, asal senyum pasti jadi lebih ganteng sedikit. Kalau ganteng tetapi marah-marah, jadi jelek. Jangan main-main. Jika mengetahui bagaimana tersenyum, jika tidak ganteng, masih dapat laku. Tetapi jika selalu marah-marah, walaupun cantik, orang akan takut, semua akan lari darimu. Jika suka marah dan mudah marah, akan fatal sekali akibatnya.

Alkitab berkata, kasih tidak mudah marah. Tuhan adalah contoh terbaik. Tuhan toleran, Tuhan sabar, Tuhan terus mendidik kita, terus menanti kita. Apakah engkau tidak tahu, jika panjang sabar Tuhan akan menuntun engkau kepada pertobatan? Ini tertulis dalam Roma 2:4. Sangatlah penting untuk memiliki tahan uji dan kesabaran, karena itu tujuan Tuhan untuk memimpin engkau ke dalam pertobatan. Kiranya Tuhan memberkati kita untuk belajar menjadi orang yang penuh kemurahan, penuh kesabaran, sampai kehendak Tuhan terjadi. Amin.

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-29-kasih-9