Sebelumnya…

Firman : 1 Korintus 13:4-5

Dalam ayat 1-3, Paulus berkata kasih itu bukan apa, dan dalam ayat ke-4, kasih adalah apa. Mengapa memakai cara menjelaskan kasih bukan apa terlebih dahulu, baru kasih apa? Hal ini disebabkan karena terlalu banyak orang yang salah mengerti kasih dan menganggap dirinya sudah mengerti kasih. Tuhan berkata, “Engkau belum tahu.” Jika menurut apa yang seharusnya engkau tahu, sebenarnya engkau belum tahu. Kita menganggap diri kita sudah tahu padahal tidak tahu. Banyak orang yang mengira dirinya sudah Kristen, padahal belum Kristen; sudah beriman, sebenarnya belum beriman. Banyak orang yang mengira dirinya sehat, padahal tidak sehat. Engkau kira engkau akan berumur panjang? Belum tentu.  

Semua ini berarti mengerti sesuatu yang kurang benar, tidak sesuai dengan fakta, adalah hal yang berbahaya sekali. Paulus mau katakan, engkau kira engkau penuh kasih? Tidak. Engkau kira engkau sudah mengerti cinta? Belum. Banyak orang yang mengira dirinya sudah tahu cinta, mengapa harus diberi tahu lagi, bukankah sudah tahu? Itu karena engkau kurang belajar, kurang rendah hati, tidak mau mendengar orang lain bicara, tidak mau baik-baik mendengar firman, akhirnya gagal total dan tidak sadar. Ketika ia sadar, sudah terlambat.

Setiap hari jutaan orang menikah. Mereka menikah karena cinta; melihat yang cantik lalu jatuh cinta. Mengapa tidak menikah dengan yang jelek? Kalau jelek tidak bisa jatuh cinta, bisa cinta hanya pada yang cantik. Dengan mencintai yang cantik, engkau kira engkau sudah mengerti cinta. Cintamu tergantung pada kondisi keelokan pacarmu. Mengapa gereja perlu pembinaan pranikah? Untuk mendidik apa arti pernikahan, apa arti cinta. Engkau bilang, tidak perlu pembinaan pranikah, menikah itu rasa cocok lalu menikah, bersetubuh, selesai. Itu bukan manusia, itu anjing. Anjing ketemu anjing langsung seks, sesudah itu besok ganti anjing yang lain. Kita adalah manusia, dicipta menurut peta teladan Tuhan Allah, dan Tuhan Allah adalah Sumber kasih yang suci dan adil. Di dalam cinta yang bersangkut paut dengan Allah, harus bicara tentang kesucian, keadilan, dan ketekunan.

Maka jika saya berkata-kata tetapi tidak ada cinta, berarti bicara cinta saja belum tentu cinta. Banyak orang ketika sudah cinta akan terus bicara tidak habis-habis, tetapi sulitnya hanya dia yang bicara, orang lain tidak boleh bicara. Ini adalah orang yang tidak mengerti cinta. Dalam pergaulan lebih banyak dengar, jangan lebih banyak bicara. Jika engkau pandai berkata-kata, bahkan kata-kata malaikat, kata-kata dari segala bangsa, tetap saja itu bukan cinta. Jika aku mempunyai karunia untuk bernubuat, dan mengetahui segala rahasia, memiliki seluruh pengetahuan, tetapi kurang cinta, tidak ada artinya. Cinta bukan pengetahuan, bukan kalimat, bukan fasih lidah, bukan bahasa.

Dalam ayat 3, “Jika aku menyerahkan semua milikku untuk orang miskin, itu tetap bukan cinta.” Paulus berkata tentang apa itu yang bukan cinta. Banyak orang beranggapan yang uangnya diberikan kepada orang miskin, mana boleh dianggap masih kurang cinta? Tetapi lihatlah, Tuhan ketat seperti ini. Apakah engkau menganggap dirimu sudah Kristen? Sudah mengerti firman? Menuruti semua prinsip Alkitab? Mungkin engkau belum mengerti firman. Orang pikir dia sudah masuk gereja, sudah mengerti, padahal masih tidak mengerti. Lalu celakanya, ia yang tidak mengerti mengajar yang tidak mengerti juga, yang salah mengajar yang salah, seperti orang buta pimpin yang buta, sama-sama masuk ke dalam jurang.

Kalimat “kasih itu bukan…” Bukan apa? Bukan fasih bicara, bukan banyak kata-kata, bukan banyak memberi, bahkan bukan banyak berkorban. Kasih itu bukan pandai berbahasa roh atau bisa mengerti rahasia. Semua yang dianggap cinta, ditolak oleh Paulus. Apa itu cinta? Pertama, cinta adalah panjang sabar dan penuh kemurahan. Mengapa bercerai? Karena kurang sabar. Pada saat jatuh cinta, cinta sekali dan mengejar mati-matian. Setelah dapat, nikah, dua tahun cerai karena tidak panjang sabar. Paulus berkata cinta adalah panjang sabar. Ada dua macam pernikahan. Pernikahan yang pendek, cerai, ganti, cerai, ganti lagi. Atau, ada yang menikah tidak cerai, tetapi ada simpanan. Pernikahan seperti ini ada panjang sabar, tidak cerai, tetapi tidak ada kesetiaan. Tuhan mengetahui semua problem manusia, maka Kitab Suci penting.

Kita mempelajari Kitab Suci bukan untuk memperalat, menghafal, atau sembarangan membiarkan apa yang kita pelajari. Kita harus menerapkan setiap kalimat firman Tuhan. Semua yang dikhotbahkan mudah, semua yang dijalankan tidak mudah. Asal ada pendidikan sudah cukup, mengerti secara kognitif mudah; mengerti secara rohani, tidak mudah; mengerti secara praktik, lebih tidak mudah. Paulus berkata apa itu bukan cinta sebanyak tiga ayat, apa itu cinta lebih dari sepuluh ayat. Cinta adalah panjang sabar. Jika satu pihak setia, pihak kedua tidak setia, maka satu pihak menunggu sampai pihak lain bertobat. Jika tunggu, bertahun-tahun tidak bertobat, akhirnya mau cerai, ini harus dimengerti walaupun tidak tentu setuju. Banyak hal yang tidak tentu kita harus setuju, tetapi harus mengerti kesulitan orang lain. Setiap orang harus bertanggung jawab dan urus baik-baik hidupmu di hadapan Tuhan.

Dalam ayat ke-4 ditulis kasih itu sabar. Di dalam bahasa aslinya artinya sabar, tekun, tahan lama, dan toleran. Apakah mudah untuk sabar? Tidak mudah. Ada satu biksu yang memasang plang di atas kelenteng dengan tulisan 100 kali sabar. Seorang anak kecil bertanya padanya, “Biksu, biksu, apa artinya tulisan itu?” Biksu menjawab, “Sabar perlu 100 kali.” Anak itu pergi bermain-main lalu balik lagi, “Biksu, biksu, aku lupa apa artinya itu?” “Harus sabar 100 kali.” “Terima kasih, biksu.” Anak itu lari-lari, balik lagi. “Biksu, aku lupa, apa artinya?” “Harus sabar 100 kali.” Anak itu pergi, balik lagi. Nada suara biksu makin berubah menjadi tidak sabar. Anak itu pergi sambil mengomel, baru tujuh kali sudah tidak sabar. Biksu itu sampai sungkan sekali, dia jadi biksu mengajar orang lain, sendiri tidak bisa menjalankan apa yang diajarkan. Kita semua banyak mendengar khotbah, ada yang lulus sekolah theologi, tetapi tidak lulus ujian dari Tuhan, yaitu kasih itu sabar. Mudah tidak? Tidak.

Suatu hari saya mendengar khotbah mengapa Tuhan Yesus datang ke dunia menjadi manusia? Agar mengerti hidup manusia bagaimana susahnya. Orang tersebut berkhotbah dengan suara keras. Untuk mengerti engkau dan saya yang pernah hidup di dalam dunia, maka Yesus harus turun menjadi manusia. Saya pikir lagi, betul tidak. Kalau tidak ada pengalaman, tidak bisa tolong orang lain? Sepertinya betul. Tetapi saya putar balik. Kalau tidak pernah mengalami kesulitan, Tuhan tidak bisa menghibur orang dalam kesulitan. Betul tidak? Tidak betul. Pendeta-pendeta, apakah engkau pernah ke neraka? Tidak ada yang menjawab, karena semua belum pernah ke neraka. Kalau sudah pergi tidak mungkin keluar. Kita semua belum pernah ke sorga, belum pernah ke neraka, berani berkhotbah tentang neraka dan sorga tidak? Bukan berani atau tidak, bukan boleh atau tidak, harus berani dan harus khotbahkan, karena ini perintah Tuhan. Jika bicara sesuatu, bukan karena kita sudah mengalami baru berani mengajar; bukan karena kita sendiri telah melewati baru menasihati orang; bukan karena pernah merasakan sendiri, melainkan karena Kitab Suci mengajar, kita harus berani mengajar. Engkau mengajar orang lain, engkau memberikan penghiburan pada orang lain, tidak boleh berdasarkan engkau sendiri sudah mengalami atau tidak. Ini sangat bahaya.

Saya pria, bagaimana menghibur seorang janda kecuali saya sendiri janda? Apakah saya harus jadi janda dahulu baru mengajar? Jika seperti itu berarti kekristenan dibatasi oleh pengalaman. Firman Tuhan lebih besar dari pengalaman, firman Tuhan mengadili pengalaman. Firman Tuhan mutlak, pengalaman tidak. Mereka yang tidak pernah menjadi janda tetap dapat memberikan penghiburan pada orang yang menjadi janda berdasarkan Kitab Suci. Yesus harus menjadi manusia dahulu, baru mengerti kesulitan manusia. Yesus jadi laki-laki, bukan perempuan. Apakah berarti Yesus tidak mengerti kesulitan perempuan? Yesus tidak perlu pernah menjadi manusia baru dapat mengerti kesulitan manusia. Itu bukan ajaran Alkitab. Firman Tuhan lebih besar dari pengalaman, firman Tuhan lebih penting dari pengalaman. Firman Tuhan mengadili pengalaman, bukan pengalaman yang mengiyakan firman Tuhan. Inilah bedanya Reformed dan Karismatik. Orang Karismatik mementingkan pengalaman. Mereka memakai pengalaman untuk menafsirkan Alkitab. Ini sama sekali bukan prinsip firman Tuhan.

Kasih adalah panjang sabar. Kasih adalah kemurahan. Prinsip ini melampaui pengalaman. Dari prinsip Alkitab kita belajar dan mengoreksi diri sendiri. Jika pengalaman kurang, minta Tuhan memberikan pengertian pada kita yang melampaui pengalaman kita. Dan kita mengalami apa yang kita dengar, apa yang kita pelajari dari firman. Firman memberi pengetahuan dan pengetahuan kebenaran memimpin kita melewati pengalaman. Bukan pengalaman yang membuat kita berhak mendidik, mengajar, atau berkhotbah pada orang lain. Banyak orang mencintai anak yatim piatu, tetapi belum pernah menjadi yatim piatu. Walaupun di luar pengalaman, tetapi jika berpegang teguh pada firman Tuhan, kita dapat menjadi penghibur yang baik. Panjang sabar bisa diteguhkan melalui pengalaman. Belajar dan minta Tuhan beri kekuatan.

Banyak orang yang menikah terlalu cepat, belum mengerti apa-apa sudah sombong. Jangan Anda pikir setelah menikah semua menjadi beres. Yang beres hanya satu yaitu kesepian seks atau kebutuhan jasmani yang dibereskan. Tetapi yang lain sama sekali belum beres. Kita perlu belajar banyak, perlu mengerti firman Tuhan, dan perlu janji mau setia, mau sungguh-sungguh menjalankan apa yang diajarkan Alkitab. Belajar firman Tuhan dengan baik, renungkan dengan setia, dan melaksanakan dengan tekun, maka hidup kita akan mencapai kebahagiaan.

Engkau mengatakan, “Saya sudah panjang sabar.” Tetapi sabar saja masih kurang, harus ada kemurahan. Panjang sabar dapat diuji dengan waktu, tetapi ketekunan diuji dengan penderitaan dan sengsara. Dalam pernikahan, engkau bukan saja perlu panjang sabar, tetapi juga perlu hati yang toleran, menerima, mengerti, mengampuni, dan tekun. Jika istrimu, suamimu sifatnya keras, engkau harus belajar menunggu dan sabar, akhirnya akan melihat buah yang indah terjadi setelah berjuang bersama-sama, beradaptasi dengan susah, setelah puluhan tahun akhirnya jadi.

Menunggu puluhan tahun, beradaptasi dengan kesabaran, toleransi kesulitan dan perbedaan, tidaklah mudah. Jika engkau sudah menunggu sepuluh tahun, tetapi dia tidak berubah, lalu cerai, berarti kesabaranmu hanya tahan sepuluh tahun. Siapa tahu dua tahun lagi dia berubah. Agustinus menulis buku yang bercerita, papanya seorang pemabuk, sifatnya keras, suka marah-marah, tetapi mamanya taat, bijaksana, sabar, lembut, dan penuh ketekunan menunggu papanya berubah. Akhirnya ketika papanya makin tua, ia makin mencintai dan menghormati mamanya. Agustinus adalah bapa gereja yang pertama menggabungkan filsafat dan iman, menggabungkan rasio dan kepercayaan, menjadi seorang apologet terbesar. Ketika membaca buku Agustinus, saya berjanji kepada Tuhan bahwa saya mau menggabungkan kepercayaan orang Kristen yang susah diterima oleh kaum intelektual dengan logika yang lebih dan susah diterima oleh banyak pendeta yang bodoh. Saya mau menjadi orang yang menggabungkan dua ini, yaitu iman dan rasio; pengertian dan kepercayaan Kristen; menjadi satu kesatuan pertemuan untuk menaklukkan orang pandai dan membawa orang intelektual menjadi orang beriman, membawa orang beriman berpikir, jangan sembrono, jangan sembarangan, tanpa tanggung jawab, beriman saja.

Firman Tuhan memberikan jawaban satu per satu untuk memenangkan jiwa mereka kembali kepada Tuhan. Memang tidak mudah, tetapi kasih adalah panjang sabar dan murah hati. Percuma engkau panjang sabar sambil penuh kemarahan. Panjang sabar bukan dengan kemarahan, panjang sabar harus dengan kemurahan. Sudah bisa sopan, bisa sabar, bisa tekun, ditambah lagi dengan kemurahan, pengertian, ketahanan, dan ketekunan untuk menunggu sampai orang lain bertobat, ini tidak mudah. Tetapi inilah kasih.

Selain panjang sabar dan kemurahan, Paulus melanjutkan, dengan tidak cemburu. Orang yang mempunyai cinta, jangan iri hati. Cemburu dan iri hati sedikit berbeda. Iri hati takut orang lain lebih baik, takut orang lain lebih pintar, takut orang lain lebih cerdas, lebih sukses dari dirimu. Itu namanya iri hati. Cemburu berbeda dengan iri hati. Cemburu terjadi ketika engkau marah melihat orang lain melakukan hal yang tidak sesuai dengan kebenaran. Kemarahan itu lebih baik dari iri hati. Iri hati karena sendiri takut kalah, karena ambisi pribadi, karena keinginan sendiri yang tidak benar, akhirnya membenci orang lain. Tuhan tidak pernah mempunyai iri hati, Tuhan mempunyai cemburu. Jika kita mencintai uang lebih dari cinta Tuhan, Tuhan akan cemburu. Jika suamimu mencintai orang lain, engkau cemburu, itu tidak salah, karena itu di dalam cinta. Tidak ada perempuan yang berkata, “Aku mencintai engkau, engkau menikah dengan sepuluh wanita lain pun tidak apa-apa.” Itu bukan cinta, itu gila. Jika suamimu mencintai orang lain, engkau tidak bisa terima, itu tidak apa-apa, itu cemburu yang suci, tidak boleh disalahkan.

Cemburu tidak tentu iri hati. Iri hati tidak tentu cemburu. Tuhan tidak mengizinkan pernikahan yang di luar batas jumlah satu pria dan satu wanita. Tuhan membenci orang yang meluaskan cintanya kepada lebih dari satu dengan satu. Cinta harus satu dengan satu. Cinta bukan berarti satu dengan banyak. Tidak ada ajaran Tuhan yang mengajarkan banyak orang menjadi istri pada saat yang sama. Meskipun Alkitab mencatat, ada orang mempunyai istri lebih dari satu, tetapi tidak boleh berkata Tuhan mengizinkan poligami. Tuhan tidak pernah mengajar kita poligami walaupun kadang-kadang membiarkan hal itu terjadi karena kelemahan manusia. Daud mempunyai banyak istri, Tuhan memperbolehkan, tetapi itu bukan rencana Tuhan bahwa manusia boleh memiliki banyak istri.

Cemburu antara suami istri yang sah diizinkan oleh Alkitab. Tetapi iri hati di sini artinya bukan cemburu saja, itu tidak boleh ada. Adakah seorang ibu yang membenci anaknya karena lebih pintar dari dia? Adakah seorang wanita yang membenci anak perempuannya karena lebih cantik dari dia? Jika kita mempunyai anak yang lebih pintar, kita harus bersukacita. Jika mempunyai anak lebih sukses, kita harus puji Tuhan, karena itu anak kita sendiri. Ibu yang iri anaknya karena pintar, cantik, sukses, ibu itu cintanya tidak beres. Cinta tidak cemburu, tidak iri hati. Adakah ibu yang iri hati pada anaknya? Arthur Schopenhauer, seorang filsuf Jerman dipuji oleh Hegel. Lalu ibunya marah sekali. Ibunya di luar senyum-senyum, mengucapkan terima kasih sudah memuji anaknya, pulang rumah sengaja berkelahi dengan anaknya. Ia ibu yang sangat kuat, ia melempar Schopenhauer dari loteng ke bawah, hingga hampir mati, dan ia melakukannya karena iri hati. Ia menganggap dirinya orang yang filsafatnya pandai, anaknya tidak boleh lebih pandai dari dia dan dipuji orang lain.  

Jika ada ibu yang iri pada anaknya, itu ibu gila, itu ibu yang tidak beres. Tetapi kalau anakmu lebih pintar dari engkau, pujilah Tuhan. Jika anakmu lebih hebat, lebih sukses dari engkau, bersyukurlah kepada Tuhan. Banyak ibu yang dahulu tidak ada kesempatan belajar piano, setelah dewasa dan sudah menikah, berharap suaminya membeli piano untuk anaknya, lalu anaknya belajar piano dan lebih sukses dari dia, ia tidak akan iri hati. Jangan iri anak karena engkau mencintai dia. Di sini dikatakan, cinta tidak cemburu. Lalu disambung dengan, cinta tidak membual dan tidak memegahkan diri. Apa artinya tidak cemburu, dan tidak memegahkan diri? Jangan menyombongkan diri, meninggikan diri, dan congkak sehingga merebut kemuliaan Tuhan. Itu tidak diperkenan Tuhan. Kita tidak boleh berlebihan jika bicara kebaikan diri sendiri, itu dilarang Alkitab. Apa bedanya bicara tentang kebaikan diri yang jujur dan setia dengan bicara tentang diri yang dengan membual dan melebihi? Yang melebihi diri berpusat pada diri. Alkitab menulis kalimat yang ditulis oleh Musa sendiri, bahwa Musa adalah orang yang rendah hati, sangat sabar tabiatnya. Saya tidak percaya kalimat ini ditulis orang lain, karena lima buku dari Kejadian sampai Ulangan ditulis oleh Musa, sehingga kalimat ini pasti tulisan Musa. Musa sepertinya tidak tahu malu. Mengapa berani bicara memperkenalkan diri sebagai orang yang paling rendah hati? Karena diizinkan Tuhan. Yesus juga pernah berkata, “Aku rendah hati. Aku lemah lembut.” Itu diizinkan. Tetapi bicara melebihi diri sendiri, tidak boleh. Jika orang mempunyai kebajikan hanya 30%, ia bilang 100%, itu salah, tidak diizinkan Tuhan, karena melampaui kemuliaan dan merebut kehormatan Tuhan. Jika engkau memuji diri berlebihan, engkau mempermalukan diri dan membuat sedih hati Tuhan. Yang melampaui kebenaran tidak diizinkan.

Kita berbicara dengan sebenarnya. Semua yang tidak berdasarkan fakta adalah salah. Kalau saya mengatakan sesuatu sesuai fakta, itu tidak salah. Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup, tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kecuali melalui Aku.” Kalimat ini mungkin disebut sombong. Yesus sombong, membanggakan diri. Bagi saya tidak. Ia hanya menyatakan fakta, dan itu tidak salah karena memang adalah fakta. Alkitab mencatat dalam sejarah, apa yang disebut congkak, sombong, membanggakan diri, dibanding dengan apa yang menyatakan fakta, memberi tahu kita kebenaran yang sejati. Apa yang dikatakan Yesus, semua yang sesuai dengan fakta dan kebenaran, harus kita terima. Kita tidak berhak memberi kritik. Yesus bukan terlalu sombong, karena sombong dan menyatakan fakta adalah dua hal yang berbeda. Hal yang menyatakan fakta harus diterima, setelah mendengar kita mengaku bahwa kita perlu Dia. Dengan demikian kita membagikan, membedakan yang sombong, yang tidak boleh ada, sambil semua yang menyatakan fakta tidak boleh ditolak. Inilah Alkitab.

Di dalam Alkitab dikatakan, selain tidak boleh menyatakan diri secara membual, juga dikatakan bahwa kita bukan orang yang cemburu, memegahkan diri, dan tidak sombong. Sombong membesarkan diri, jauh melampaui keadaan sendiri. Itu tidak berkenan pada Tuhan. Sombong yang merebut kemuliaan Tuhan tidak mengembalikan kehormatan kepada Tuhan, itu Tuhan tidak senang. Kita harus mampu membedakan kedua hal ini, sehingga kita tetap dalam memelihara diri dan di dalam menyatakan fakta yang tidak melampaui batas. Itulah yang diperkenan dan diizinkan Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita menjadi orang yang penuh cinta kasih dan bukan melampaui batas. Cinta adalah panjang sabar. Cinta adalah penuh kemurahan. Cinta tidak cemburu. Cinta tidak sombong. Cinta tidak merebut kemuliaan Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita dan menjadikan kita orang yang sesuai fakta, yang memiliki realitas kasih dari Tuhan. Amin.

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-28-kasih-8