Banyak kasus besar dan spektakuler di bumi Indonesia setidaknya satu tahun terakhir ini dan ada optimis diri ini bahwasanya kasus tersebut akan hilang dan dilupakan. Tapi bagi orang yang terlibat di dalamnya pastilah masih tidak percaya akan apa yang terjadi, kita sebutlah kasus Ferdy Sambo seorang bekas perwira tinggi yang berusaha dihilangkan dari jati dirinya bahwasanya dia tersandung saat menjadi polisinya polisi yaitu kepala divisi profesi dan pengamanan (Kadiv Propam) saat usia masih 48 tahun. Ini ibarat pentalan bola pingpong, saat pukulan cepat maka betapa hidup ini menjadi sedemikian cepat, semakin rumit untuk dikendalikan dan akhirnya berhenti saat lawan main berhasil mengembalikan lebih cepat lagi. 

Demikian halnya dengan  seniornya Teddy Minahasa Putra, ini ibarat bola diplintir betapa kasus ini begitu berliku-liku seperti liku-liku para korban narkoba yang mati iya dan tidak, hiduppun menyusahkan. Saat bola plintir dapat dikembalikan dengan plintiran yang sebaliknya dengan cepat dan mendadak maka hanya yang berpengalaman lah yang memenangkannya demikianlah dengan keadilan dan kebenaran.

Lain halnya dengan Joko Widodo, jika kita menyaksikan isu-isu yang menyerang pemerintahan, diri, dan keluarganya silih berganti ibarat bola spin yang menerjang kencang demikian sulit dikendalikan, namun selalu dapat diblok dengan bukti nyata yang dilakukan di bumi Indonesia ini yang membuat lawan-lawannya mundur dan diam.

Maka dari itu, janganlah sering bermain bola pelan karena tidak ada tantangan dan menjadikan semua bosan dan tak bersemangat ini ibarat dana pemerintah daerah yang bisa dialokasikan untuk pembangunan malah disimpan di dalam bank dalam bentuk deposito.  Tetap berjalan sesuai irama dan koridor serta norma yang ada maka cara apapun, baik itu bola cepat, bola plintir, bola spin, dan bola pelan bergantung situasi dan kondisinya maka itu akan menambah warna indah dalam hidup kita.