Firman : Matius 6 : 16-18

Inilah satu-satunya bagian tentang berpuasa yang diajar oleh Tuhan Yesus dalam keempat Injil. Puasa merupakan salah satu tanda hidup orang beragama. Tetapi puasa dalam setiap agama maknanya berbeda jika dibandingkan dengan makna puasa dalam Alkitab. Alkitab tidak pernah berkata bahwa kita harus berpuasa, puasa adalah syarat agama kristen, atau harus berpuasa berapa lama. Tidak ada ketentuan yang pasti, tidak ada keharusan, jika orang merasa perlu maka ia berpuasa. Tetapi banyak orang kristen yang merasa tidak perlu maka tidak berpuasa. Dalam Perjanjian Lama ada yang pernah puasa, dalam Perjanjian Baru juga ada yang berpuasa, termasuk Tuhan Yesus. Sebelum menjalankan pelayanan Mesianis-Nya selama tiga setengah tahun di dunia ini, Yesus memulainya dengan berpuasa di padang gurun. Setelah empat puluh hari selesai berpuasa Yesus diuji setan dengan seizin Tuhan. Yesus dicobai setan tiga kali. Setelah tiga kali dicobai, dan Yesus mengalami kemenangan mutlak, Ia mengusir setan. Setelah itu Ia memulai pelayanan-Nya tiga setengah tahun, disalib, dan mati untuk menggantikan dosa kita.

Yesus berpuasa untuk mendapat konfirmasi penyertaan dan kepenuhan kuasa Tuhan, baru Ia melayani. Maka ada yang berpikir puasa perlu agar mempunyai kuasa pelayanan, mendapat konfirmasi dan penyertaan Tuhan. Puasa sambil berdoa, berdoa sambil berpuasa memberikan indikasi bahwa dalam puasa kita dekat dengan Tuhan dan meminta kekuatan dari Tuhan. Itulah arti puasa sehubungan dengan pelayanan. Dalam Alkitab Perjanjian Lama Musa berpuasa empat puluh hari di atas Gunung Horeb, menanti Tuhan memberitahu Musa beberapa hal. Memberitahu bagaimana membangun kemah perhimpunan untuk bani Israel, bagaimana ukurannya, modelnya, semua harus sesuai dengan apa yang diwahyukan Tuhan. Setelah empat puluh hari Musa turun dari gunung ke tengah bangsa Israel dengan membawa dua loh batu yang berisi 10 Hukum Allah. Untuk berpuasa empat puluh hari tidak mudah. Nabi Elia juga pernah empat puluh hari di atas gunung karena kecewa dan ketakutan, ia dikejar Ratu Izebel untuk dibunuh. Padahal Elia baru saja seorang diri membunuh empat ratus nabi baal. Ketika mau dibunuh, Elia berdoa minta mati. Mengapa nabi yang demikian berkuasa dan berani, menjadi penakut dan minta mati? Ini adalah catatan Alkitab yang membuktikan bahwa tidak ada seorangpun memiliki rohani yang kuat sampai tidak ada kelemahan sama sekali, setiap manusia mempunyai kelemahan. Setelah berdoa Elia berkata, “Demi nama Allah yang hidup aku bersumpah tiga setengah tahun tidak ada hujan. Elia terlalu berani berkata demikian. Jika hujan tetap turun maka kuasanya, reputasinya akan hancur. Tetapi Elia berani berkata demikian. Dan mengapa Tuhan mau mendengar perkataan Elia? Seolah Elia yang menentukan dan Tuhan ikut Elia. Ini tafsiran yang salah sekali. Karena artinya bahwa Elia adalah seorang hamba Tuhan yang sangat mengerti isi hati Tuhan, sehingga berani mengatakan sesuatu yang telah ditentukan Tuhan. Dan Tuhan mengkonfirmasi apa yang dikatakan Elia benar terjadi, tiga setengah tahun tidak ada hujan sama sekali.

Ketika Elia mengumpulkan orang Israel, setelah ia seorang diri berperang dengan nabi baal dan menang, Elia berkata all ye the people of God, come unto me. Dan ia berdoa pada Tuhan, “Nyatakanlah bahwa diri-Mu adalah Allah pada umat-Mu Israel dan nyatakan juga pada mereka bahwa aku adalah Hamba-Mu.” Perkataannya dikonfirmasi Allah sekali lagi. Api turun dari surga membakar habis persembahan yang sudah disiram air. Orang Israel pasti kaget karena mereka pikir tidak mungkin. Lalu Elia berkata, “Jika baal itu Allah, sembahlah baal. Jika Yehovah itu Allah, sembahlah Yehovah.” Dan bangsa Isarael sembah sujud di hadapan Allah. Ini adalah kebangunan rohani terbesar yang tercatat dalam sejarah. Umat Tuhan yang telah menyeleweng kembali pada Tuhan. Ini bukan pekerjaan yang mungkin dikerjakan seorang hamba Tuhan, tetapi karena penyertaan Tuhan yang Mahakuasa, yang menyatakan Ia adalah Tuhan dari umat-Nya. Dan Alkitab mencatat semua peristiwa besar ini. Lalu Elia membunuh empat ratus nabi, inilah keberanian dan kebesaran seorang hamba Tuhan yang tidak dapat kita lihat lagi. Prof. Arthur Glasser berkata, When a true prophet encounter with the false prophet, they will create a very significant moment in the history of the church. Saat nabi asli dari Tuhan bertemu dengan nabi palsu, nabi asli akan menciptakan kesempatan yang paling signifikan yang akan dicatat dalam  sejarah gereja. Ketika saya berkata saya tidak percaya ada hamba Tuhan yang dapat menghentikan covid dan kelesuan ekonomi, saya berani menantang mereka. Saya bukan menantang Tuhan, karena mereka tidak mewakili Tuhan, tidak disuruh Tuhan untuk mengerjakan hal tersebut. Karena pekerjaan menghardik langit, angin, ombak, hanya dikerjakan oleh Yesus, Pencipta langit dan bumi. Selain Yesus, Tuhan tidak pernah menyuruh orang lain. Tuhan tidak pernah memberikan hak atas langit dan bumi pada siapapun. Kekristenan mengalami satu kesempatan sangat penting ketika saya melawan kalimat tersebut. Karena akan tercatat dalam sejarah kekristenan di Indonesia bahwa ada hamba Tuhan yang mewakili Tuhan dan ada yang palsu adanya.

Nabi Elia adalah salah satu nabi yang paling berkuasa. Setelah ia seorang diri membunuh empat ratus nabi palsu di atas gunung Karmel, bangsa Israel menjadi takut pada Tuhan dan berbakti pada Tuhan. Lalu istri Ahab, Izebel berkata bahwa Ia akan mengambil nyawa Elia. Maka Elia ketakutan dan melarikan diri. Tidak ada hamba Tuhan yang sempurna. Hamba Tuhan terkadang perkasa melakukan hal yang besar sekali, tetapi ketika dalam bahaya, ancaman, kematian dapat menjadi penakut dan melarikan diri. Apakah Tuhan memberikan Elia kematian seperti permintaannya? Tidak. Tuhan memberikan roti pada Elia. Ketika Elia tidur, malaikat datang mempukulnya untuk bangun, makan, dan berjalan lagi. Bangun, melambangkan kebangunan rohani. Makan melambangkan kekuatan rohani. Berjalan lagi melambangkan pelayanan harus dijalankan. Ketika melarikan diri dan Elia sampai di gunung, Tuhan bertanya padanya, “Mengapa engkau di sini? Melayani apa di sini?” Elia menjawab, “Saya melayani Tuhan, di seluruh Israel hanya sisa satu hamba Tuhan, semua telah dibunuh. Dan Izebel masih mengincar hidupku.” Lalu Tuhan menyatakan diri bukan dengan runtuhan batu, gempa bumi yang besar, suara gemuruh yang menakutkan, tetapi dalam angin sepoi-sepoi Tuhan berkata pada Elia, “Aku sekarang bertanya padamu, ada apa di sini? Dan jawaban Elia tetap sama. Lalu Elia berada di atas gunung selama empat puluh hari. Saya percaya Musa empat puluh hari, Elia empat puluh hari, lalu Yesus empat puluh hari. Mereka berpuasa, menanti Tuhan, karena mereka melayani bangsa Israel yang sukar dilayani, sering memberontak dan bersungut-sungut, maka mereka perlu kuasa Tuhan. Apakah Yesus berpuasa dengan tidak makan dan tidak minum? Kita tidak tahu, Alkitab tidak menulis hal tersebut. Tetapi Alkitab menulis, setelah empat puluh hari Yesus lapar, tidak menulis Yesus haus. Mungkin Yesus minum dan tidak makan. Alkitab tidak berkata “Kamu harus berpuasa” hanya dikatakan “Jika engkau berpuasa.” Banyak orang yang melakukan puasa tetapi ada yang hatinya jujur, ada yang dengan munafik dan pura-pura berpuasa tetapi hatinya tidak bersih. Yesus berkata, “Apabila engkau berpuasa, jangan seperti mereka yang berpuasa tetapi hatinya tidak jujur.” Yang terpenting dalam puasa adalah motivasimu benar. Jangan seperti mereka yang munafik dan berpura-pura. Ketika berpuasa, muka mereka terlihat murung, sedih, supaya orang mengetahui bahwa mereka sedang berpuasa. Kita pelayanan untuk siapa? Kita melayani siapa? Engkau melayani Tuhan di surga atau melayani manusia di dunia? Remember, when you serve, you serve the Lord, when you serve, you serve before God, when you serve, you serve before the One in Heaven who is observing you, who is seeing deep in your heart. Ketika engkau melayani, engkau melayani siapa? Ketika engkau melayani, engkau melayani yang duduk di tahta di surga, yang sedang menilik, melihat ke dalam hatimu, atau melayani manusia yang mencari kemuliaan di dunia? Dan Yesus mengajar, “Apabila kamu berpuasa, jangan seperti orang munafik, mukanya murung, terlihat sedih, supaya orang tahu bahwa mereka sedang berpuasa. Jika engkau melayani untuk diketahui orang lain apa gunanya? Jika orang memuji engkau, pelayananmu tidak akan diingat Tuhan. Jika pelayananmu mau dipuji Tuhan, jangan dilihat manusia.

Orang Farisi suka berdoa di tengah perempatan, karena di sana banyak orang yang lewat. Mereka berdoa supaya orang tahu bahwa mereka hebat doanya. Tetapi Tuhan berkata, “Jangan demikian.” Matius 6:5 berkata, “Bila engkau berdoa jangan seperti orang munafik.” Matius 6:16 berkata, “Bila engkau berpuasa jangan seperti orang munafik.” Betapa bencinya Tuhan Yesus pada orang yang melakukan syariat agama, yang melakukan ibadah dan pelayanan agama dengan hati tidak jujur, hatinya bertopeng, berpura-pura. Mari bertanya pada diri sendiri jika harus berpuasa, mengapa saya berpuasa? Saya berpuasa untuk apa? Apakah untuk dilihat manusia atau dilihat Tuhan? Mengapa saya berpuasa? Untuk memamerkan jasa, memamerkan ibadah? Barangsiapa ketika puasa memurungkan mukanya dan sengaja kelihatan susah payah, lalu semua orang memuji dia, Tuhan Yesus berkata, “Orang itu sudah mendapat upahnya.” Ada dua macam pelayan. Semacam pelayan upahan. Semacam lagi pelayan yang berbakti pada Tuhan, dalam bahasa aslinya memakai kata abdiel, mengabdi. Seorang abdi adalah seorang pelayan, Abdiel berarti melayani Tuhan. Aku melayani Elohim. Aku melayani Eloheinu. Allah Tritunggal. Melayani Tuhan bukan untuk cari muka, bukan diketahui manusia, bukan mencuri kemuliaan Tuhan. Melayani Tuhan dengan diam-diam dan tersembunyi. Dan Tuhan yang berada di tempat yang tersembunyi, akan melihat dengan jelas, mengetahui bahwa engkau sedang melayani.

Seorang upahan melayani karena apa? Karena uang, karena pahala. Ia melayani sambil menunggu berkat dari Tuhan, “Aku sudah melayani, berilah aku berkat, berilah aku kekayaan, berilah aku hadiah, maka aku akan melayani terus.” Tetapi Tuhan berkata, “Jika demikian motivasi, untuk mendapat pahala, maka pelayananmu tidak ada nilainya.” Karena pelayananmu tidak memperkenan hatiku, pelayananmu supaya Tuhan memberikan pahala.” Tidak salah jika ada seseorang yang melayani dan gereja memberikan hadiah, memberikan honor padanya. Tetapi yang melayani tidak boleh melayani karena akan mendapat honor. Saya sebagai pemimpin gereja ini, harus membuat para hamba Tuhan disini mencintai gereja. Dan gereja mencintai hamba Tuhan karena mereka melayani bukan untuk upah. Yesus berkata, “Jika engkau beribadah, berpuasa dan memurungkan mukamu, rambutmu tidak diminyaki, tidak cuci bersih badanmu, sengaja kelihatan lesu, kelihatan susah, supaya orang mengetahui bahwa engkau sedang berpuasa, maka engkau sudah mendapat upahmu. Apa artinya ini? Berarti engkau sudah dipuji orang lain. Barangsiapa yang sudah dipuji manusia, tidak ada bagian pujian dari Tuhan untuknya lagi. Saya harap tidak ada orang yang melayani karena ingin mendapat upah. Tetapi Tuhan bukan Tuhan yang pelit atau Tuhan yang tidak menjaga pelayan-Nya yang melayani dengan sungguh-sungguh, ada pahala dari surga untuk mereka. Bukan upah seperti yang diinginkan tetapi pahala yang melampaui kebutuhanm, akan diberikan Tuhan karena engkau mencintai Tuhan dan Tuhan mengerti, Tuhan juga akan mencintaimu. Alangkah indahnya ajaran Tuhan Yesus tentang berpuasa ini. Jika engkau berpuasa, engkau harus meminyaki rambutmu, mencuci mukamu, memakai pakaian seperti biasa, tidak memperlihatkan pengorbanan dan susah payahmu, seolah-olah engkau sangat susah menjalani puasa. Jika engkau berpuasa, tetap cuci mukamu, tetap hias diri, sehingga tidak ada orang yang tahu bahwa engkau sedang puasa. Tuhan menghajar, Tuhan mendidik kita harus bersih hatinya, suci motivasinya, dan hanya dilihat dan dikenal oleh Tuhan yang ada di surga. Bukan menjadi ternama di gereja, orang yang dikenal oleh orang kristen lainnya, dan merebut kemuliaan Tuhan. Pengajaran Tuhan sangat mulia dan suci adanya. Di dalam pengajaran Yesus tidak banyak berbicara tentang puasa. Pengajaran tentang puasa yang langsung keluar dari mulut Yesus, yang paling penting hanya satu kali yaitu dalam Matius 6:16-18. Selain ayat ini, hanya dua kali memgenai puasa yang disinggung Tuhan Yesus yang di dalamnya ada istilah puasa.

Pertama adalah mengenai puasa dari seorang Farisi yang dalam doanya berkata “Ya Allah, aku bersyukur kepada-Mu karena aku lebih baik dari orang lain.” Orang yang berkata demikian adalah orang gila, orang gendeng, tidak tahu malu, berdoa pada Tuhan dengan kalimat yang tidak masuk akal. Misalnya engkau berkata, “Pak Stephen Tong, saya berterima kasih, ketika anak saya menikah, gereja banyak membantu.” Ini masuk akal. Tetapi jika engkau datang pada saya dan berkata, “Pak Stephen Tong, saya berterima kasih karena saya lebih baik dari orang lain.” Maka saya akan berkata, “Kamu mau masuk rumah sakit orang gila?” Engkau lebih baik dari orang lain, mengapa terima kasih pada saya? Orang Farisi itu berkata, “Aku tidak hidup seperti orang lain, aku lebih baik, karena aku berpuasa satu minggu dua kali, aku memberikan persembahan perpuluhan, aku tidak menodong, aku tidak berzinah, aku juga tidak seperti pemungut cukai.” Ketika ia berdoa demikian, itu adalah doa atau pengumuman? Itu adalah doa atau menuduh orang lain? Itu adalah doa atau menghina? Berdoa untuk mengumumkan dirinya dan menghina orang lain adalah seperti pengadu. Pengadu adalah iblis, karena pekerjaan iblis ada tiga yaitu penantang kehendak Tuhan, penggoda manusia supaya berdosa, pengadu orang suci supaya dibenci Tuhan. Kalian semua ingatlah, motivasi harus dibereskan.

Ketika orang Farisi berdoa, mereka berdoa dengan suara keras di tempat yang tinggi supaya didengar banyak orang, di perapatan jalan supaya banyak yang melihat, dan Yesus berkata, “Orang itu berkata pada dirinya sendiri bukan berdoa.” Atau terjemahan bahasa Indonesia, berkata dalam hatinya. Orang Farisi bukan berdoa dalam hatinya, orang Farisi berdoa di hadapan umum dengan suara keras supaya orang mengetahui bahwa ia adalah orang yang beribadah dan melayani Tuhan. Tetapi Yesus menganggap, ia bukan berdoa tetapi berkata pada dirinya sendiri. Dalam terjemahan bahasa Mandarin, ditulis “orang Farisi berdoa dan berkata-kata pada dirinya sendiri.” Berarti Tuhan tidak mendengar doanya, ia berdoa pada dirinya sendiri. Speak to himself, it means no answer from God, no listener, God didn’t want to listen to his prayer. Orang yang berdoa pada diri sendiri berarti Tuhan tidak mendengar doanya. Tetapi pemungut cukai di sebelah orang Farisi itu tidak demikian. Ia berdoa dengan kepala tertunduk, tangan menepuk dada, dan berkata, “ Ya Allah, kasihanilah aku yang berdosa ini.” Dan Yesus berkata, orang ini pulang dengan dibenarkan oleh Tuhan. Bukan saja doanya didengar dan dikabulkan, tetapi juga diberi kebenaran dari surga. Justification berarti dibenarkan melalui iman, seperti dalam Roma 4, Abraham disebut benar oleh Tuhan karena ia percaya dan beriman pada Tuhan. Mari menjadi orang kristen yang suka menyembunyikan diri, bukan suka memamerkan diri. Suka memuliakan Tuhan, bukan suka memuliakan diri sendiri. Suka diketahui oleh Tuhan saja, bukan suka dikenal banyak orang. Maka Tuhan akan memberikan reward.

Apakah berpuasa dalam semua agama sama? Tidak. Dalam bagian ini Yesus mengajar, kita harus berpuasa dengan hati yang jujur, dengan rendah hati, dengan tersembunyi, tidak kelihatan susah atau murung supaya diketahui orang banyak. Jangan kira semua agama sama. Jika semua agama sama, berarti Allah memecah belah umat manusia karena memberikan wahyu yang berbeda. Allah tidak mungkin memberikan wahyu yang berbeda Di dalam kekristenan puasa bukan keharusan. Kita tidak pernah diperintah harus berpuasa. Tetapi jika engkau mau puasa, silakan. Ketika berpuasa, jangan bersungut-sungut, jangan murung, tidak mandi, tidak memakai minyak rambut, dan jangan terlihat sedih. Jangan bersikap demikian, tetapi engkau harus jujur.

Puasa tidak pernah dipaksa, tidak pernah diperintahkan, tidak pernah diharuskan oleh Tuhan Yesus. Maka gereja ini juga tidak pernah berkata, “Harus puasa.” Tetapi jika perlu, puasalah. Kadang-kadang jika dalam kesulitan, kurang kuasa berkhotbah, saya berpuasa. Seorang pendeta di Tiongkok dianiaya oleh komunis dan ia berpuasa selama 155 hari, ia tidak makan, hanya minum saja. Ketika membaca kisahnya, saya menangis. Orang ini demikian susah melayani Tuhan, ketika dipaksa dan dianiaya, ia tetap bersandar pada Tuhan. Jika dalam pelayanan merasa kekurangan kuasa, kekurangan penyertaan Tuhan, maka ingin meluangkan waktu untuk lebih banyak berdoa dan tidak makan, itu boleh saja. Apa artinya puasa bagi orang kristen? Artinya aku tidak mau bersandar pada kekuatan jasmani, aku tidak mengandalkan materi untuk hidup. Karena manusia hidup bukan hanya bersandar pada roti saja, tetapi pada setiap kalimat yang keluar dari mulut Tuhan. Maka jika mau mengambil waktu untuk berpuasa, silakan. Ketika berpuasa, engkau harus lebih banyak membaca Alkitab dan berdoa. Waktu untuk makan diganti dengan waktu untuk berdoa dan membaca Firman, sehingga bukan bersandarkan makanan yang membuat kenyang dan membuat badan kuat tetapi bersandarkan Firman dan kekuatan dari Allah. Inilah doa yang sejati. Ajaran Kristus pada orang kristen tentang berdoa sudah sangat jelas. Dan tentang puasa, ketika engkau berpuasa, orang lain tidak tahu, tidak apa-apa. Orang lain tidak lihat, juga tidak apa-apa, karena Bapamu yang berada di tempat yang tersembunyi, berarti sengaja tidak menyatakan keberadaan-Nya melihat, supaya orang percaya dan percaya dengan sungguh-sungguh. If God never show His own image to human being in the visible form, so He knows who is believe in Him in true heart, honest heart, to believe in God. Karena walaupun tidak melihat, tetap percaya Tuhan ada. Dan iman yang demikian adalah iman yang sejati. Kiranya Tuhan memberkati kita, menjadikan kita orang kristen yang setia, dan jujur, motivasinya bersih, hidup di hadapan Tuhan, hidup bukan untuk menjadi pelayan upahan, tetapi menjadi pelayan yang berkenan pada Tuhan, hanya mencari sukanya Tuhan dan kemuliaan dalam kerajaan surga. Mari berdoa. (ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah-SJ) 

 

Sumber : https://rec-singapore.org/pdt-stephen-tong-11-oktober-2020/