… Sebelumnya

Kasih adalah kata yang sering muncul dari mulut manusia, tetapi sedikit manusia yang mengerti perbedaan jenis, kedalaman, sifat, dan tujuan kasih itu. Sering kali manusia hanya mencampurbaurkan kasih. Apalagi setelah remaja lalu menjadi pemuda, laki-laki tertarik kepada perempuan yang cantik, lalu mengatakan, “Aku cinta kamu,” dan ingin berkawan dengan dia; ini adalah daya tarik beda jenis kelamin dan sangat alamiah. Tetapi ada yang tidak alamiah, yaitu ketertarikan kepada sesama jenis lalu berkembang menjadi cinta yang tidak normal. Hal ini akan menjadi kacau, bukan bagi hidupnya sendiri saja, namun juga untuk keluarga dan masyarakat.

Kasih merupakan hal yang tidak boleh tidak ada dalam hidup manusia. Bayangkan jika dalam keluarga tidak ada kasih, bagaimana dapat hidup bersama? Kasih adalah dasar hubungan antarmanusia. Pembentukan keluarga dan masyarakat tergantung pada kasih. Tidak ada bangsa yang boleh menghina kasih. Tidak ada negara yang boleh mengabaikan pembentukan keluarga dalam kasih. Tidak ada manusia yang boleh meniadakan kasih. Dalam kasih, kita menerima pendidikan dari orang tua, mendapat pengetahuan dari para pendidik. Dalam kasih, kita mengubah tabiat dan hidup masing-masing. Dalam kasih, kita memperhatikan dan memelihara hidup orang lain. Antar orang tua perlu saling mengasihi, orang tua perlu mengasihi anak mereka. Anak-anak memerlukan kasih dari orang tua. Setelah dewasa, mereka perlu kasih antar sesama manusia. Persahabatan memerlukan kasih, pendidikan memerlukan kasih, keluarga memerlukan kasih. Dalam bidang medis dan kedokteran, juga perlu kasih.

Kasih menjadi unsur pertama dalam hubungan antarpribadi. Tanpa kasih, masyarakat tidak tersusun. Tanpa kasih, keluarga tidak dibentuk. Tanpa kasih, masyarakat tidak mungkin dilestarikan. Dalam hidup perlu kasih, tetapi hanya kasih yang benar yang akan membentuk hidup. Kasih yang salah akan menghancurkan hidup. Berapa banyak orang yang hidupnya dibangun di dalam kasih yang sehat oleh orang tuanya, penuh pemeliharaan dan perhatian, ketika salah ditegur, dan kelemahannya diperbaiki, kekurangannya dikoreksi, sehingga hidupnya dibentuk menjadi lebih indah, benar, dan lengkap. Kasih yang benar adalah kasih yang membentuk dan memberikan struktur yang baik untuk membangun hidup. Kasih yang salah akan menghancurkan dan merusak hidup.

Bagaimana engkau berkawan perlu kebijaksanaan, bagaimana memilih guru perlu kebijaksanaan, bagaimana memilih sekolah perlu kebijaksanaan, bagaimana memilih jodoh lebih perlu kebijaksanaan. Jika engkau menikahi seseorang yang cantik tetapi hatinya jelek, kecantikannya akan merusak hidupmu. Dalam hal kasih, kita perlu takut akan Tuhan, perlu kebijaksanaan dari Tuhan, perlu petunjuk dari Tuhan melalui Roh Kudus. Jika seseorang mempunyai prinsip yang tegas, ia seperti bekerja dengan alat yang tepat. Jika membuka sekrup yang kecil, tidak bisa pakai obeng yang besar. Demikian pula jika berteman dengan orang, masuk dalam masyarakat tertentu, semua perlu kebijaksanaan dari Tuhan. Jika masuk dalam masyarakat yang salah, akan membuang waktu, hidup, kesempatan, potensi, dan hidup kita akan dirusak karena salah pilih dan kurang bijaksana.

Kasih tidak semuanya sama. Alkitab memberikan tiga istilah yang berbeda akan kasih. Dalam Perjanjian Lama, bahasa Ibrani menjadi bahasa pengantar, tetapi dalam Perjanjian Baru, bahasa Yunani yang menjadi bahasa pengantar. Mengapa diubah? Bukankah orang Yahudi adalah kaum pilihan Allah secara fisik? Karena dalam semua bahasa di dunia, bahasa Yunani adalah bahasa yang paling teliti dalam pemisahan dan perbedaan pemakaian bahasanya. Dalam bahasa Indonesia, saya makan, hari ini makan, kemarin makan, besok makan. Jadi hanya satu istilah, makan. Tetapi dalam bahasa Inggris, I am eating (saya sedang makan), I have eaten (saya sudah selesai makan). Tata bahasa (tenses) dalambahasa Inggris ada 16. Tetapi di dalam bahasa Yunani ada 64 tense. Jadi bahasa Yunani adalah bahasa yang paling rumit dan komplet. Engkau makan, kapan makan, hari apa makan, sedang makan, sudah makan, belum makan, atau sudah baru selesai, atau sudah selesai, semua tense-nya berbeda. Bahasa Yunani adalah bahasa yang paling sempurna dan rumit, yang dipakai Tuhan untuk menulis firman-Nya.

Dalam bahasa Indonesia, cinta memakai dua istilah, “cinta” dan “kasih”, tetapi artinya sama. Yang dapat dipakai untuk orang ini, juga dapat dipakai untuk orang itu. Tetapi di dalam bahasa Yunani, jika saya cinta, bentuknya sama tetapi tujuan objeknya berbeda, maka harus memakai istilah yang berbeda. Saya mengasihi kawan saya yang sesama jenis, istilah kasihnya berbeda dari saya mengasihi yang berbeda jenis. Cinta antarmanusia berbeda jenis, istilahnya eros, yaitu cinta yang berhubungan dengan hubungan tubuh dan materi. Tetapi jika saya menyukai astronomi, dan dia juga menyukai astronomi, karena sama-sama suka astronomi, lalu menjadi dekat, dan saya mengasihi dia; kasih jenis ini istilahnya filia. Filia tidak berhubungan dengan seks, filia adalah kasih persahabatan. Alkitab dalam bahasa Yunani dengan teliti membagi dan membedakan semua itu.

Pada permulaan, kata eros dipakai oleh Plato. Jika kita menginginkan yang lebih baik dan sempurna, maka dapat memakai eros. Saya mencintai kebenaran, boleh memakai eros. Dalam filsafat Aristotle dan Plato, pada permulaannya eros dipakai secara umum. Tetapi 400 tahun setelah abad ke-4 sebelum Kristus, sampai zaman Kristus, eros lebih dipergunakan untuk hubungan seks, hubungan laki-laki dan perempuan, sehingga eros menjadi “erotis”. Maka filia muncul menjadi kasih yang lebih bersih dan lebih bermoral tinggi. Kasih antara orang tua dan anak-anak tidak memakai eros, tetapi filia. Apakah eros kotor? Tidak. Eros bersih, asal dipakai untuk mencintai sesuai dengan yang diperintahkan Tuhan. Tetapi jika engkau sudah mencintai satu perempuan, lalu mengganggu perempuan lain, itu eros yang menjadi tidak benar, sehingga menjadi kotor, mengacaukan hidupmu, mengacaukan cinta yang bertujuan membentuk keluarga. Dalam membentuk keluarga, cinta hanya boleh satu objek; lebih dari satu, itu cinta yang tidak suci dan tidak setia. Dalam eros ada prinsip hanya satu, setia, dan kekal.

Tetapi dalam kasih agape tidak demikian. Ibu boleh mencintai anak yang pertama. Ketika anak kedua lahir, sebagaimana ia mencintai anak pertama, ia juga mencintai anak kedua. Cinta yang diberikan kepada anak pertama diberikan sama rata kepada anak kedua. Jika anak pertama kepada adiknya berkata, “Mama punya saya, engkau tidak boleh menerima cintanya,” anak pertama itu memonopoli cinta mamanya dan ia bersalah, karena ini bukan cinta suami istri dalam ikatan pernikahan, melainkan ini adalah keluarga, di mana satu ibu mungkin mencintai dua anak, mungkin mencintai dua belas anak. Dalam poligami, satu suami menikah dengan banyak istri, lalu para istri dituntut tidak boleh saling iri. Itu tidak mungkin, dan akan selalu terjadi saling fitnah bahkan saling bunuh. Ketika Yakub lebih mencintai Yusuf dari sepuluh kakak dan adik Yusuf, terjadi iri hati dan kakak-kakaknya melakukan yang jahat pada Yusuf. Ia dijual kepada orang Mesir. Dapat dikatakan bahwa kesusahan yang dialami Yusuf adalah karena kesalahan papanya yang pilih kasih. Hal ini memang sulit dihindari. Setiap orang mempunyai hak mengasihi. Tetapi jika pada anak pilih kasih, maka akan sulit menghindari kecelakaan dalam keluarga.

Alkitab berkata, laki-laki mencintai laki-laki, dengan cinta yang bersih, itu namanya filia. Laki-laki tidak boleh mencintai perempuan lebih dari satu, itu melanggar prinsip keterbatasan cinta dari eros. Kedua macam cinta ini sangat memengaruhi hidup manusia. Alkitab memakai istilah eros, filia, dan agape. Agape adalah cinta yang hanya khusus dimiliki oleh Tuhan, dan tidak dimiliki oleh siapa pun yang setaraf dengan cinta dari Tuhan. Istilah agape berarti the love of God, the love from God, the love which is God’s, His own emotion. Apa bedanya agape, filia, dan eros? Allah bukan manusia, Allah tidak ada tubuh, Allah tidak ada kelamin, Allah tidak perlu hubungan seks, karena Allah itu Roh adanya.

Allah mencintai manusia bukan dengan cinta eros atau filia. Allah mencintai manusia di dalam bidang Ilahi sendiri. Allah mencintai manusia dengan cinta yang lebih tinggi dari eros dan berbeda dari filia. Cinta Allah hanya satu pihak, dari atas ke bawah. Cinta Allah hanya satu sumber, dari Pencipta kepada yang dicipta. Allah mencintai manusia, Allah bukan Allah yang materi, meskipun Allah memberikan kebahagiaan materi kepada manusia, tetapi cinta-Nya bukan dari materi. Cinta Allah melampaui sifat material. Cinta Allah adalah cinta spiritual. Allah itu Roh, cinta Allah adalah cinta rohaniah. Cinta Allah berdasarkan Rohnya Allah, maka cinta Allah bersifat rohaniah. Allah tidak terbatas, sedangkan materi terbatas. Allah memberikan materi yang terbatas kepada manusia, tetapi Allah memberikan lebih dari keterbatasan materi kepada manusia, yaitu keadaan yang tidak terbatas di dalam roh, dikaruniakan kepada manusia.

Dalam Kitab Efesus pasal pertama, Allah memberikan segala berkat rohani dari sorga kepada umat manusia dengan tidak terbatas. Segala berkat rohani dari Tuhan Allah dikaruniakan untuk kita. Allah yang tidak terbatas mencintai kita dengan sifat rohani, dengan keadaan kerohanian, dengan ketidakterbatasan dari rohani-Nya, maka di situ cinta Allah adalah cinta Ilahi yang berbeda dengan keterbatasan manusia. Allah mencintai manusia dengan cinta Ilahi. Manusia mencintai manusia dengan cinta manusiawi. Manusia tidak mungkin mencintai manusia yang lain setaraf dengan cinta yang tidak terbatas dari Allah. Hanya Allah yang tidak terbatas. Jika manusia mencintai, hatinya terbatas. Ada manusia yang hatinya sempit sekali, ada manusia yang hatinya lebih luas. Makin luas hatimu, makin mirip Allah. Makin sempit hatimu, makin jauh dari Allah. Jika kita ingin menjadi manusia yang mempunyai cinta kepada sesama manusia, kita harus belajar. Yang penting belajar cinta dengan ketidakterbatasan, karena inilah cinta Allah.

Manusia yang suka mempelajari sifat Ilahi harus belajar menjadi manusia yang hatinya luas. Engkau hanya bisa mencintai orang tertentu, dan tidak bisa mencintai yang lain, karena engkau tidak mempunyai sifat belajar dari sifat Allah. Ada orang yang mempunyai cinta yang luar biasa besar. Ia dapat mencintai segala macam orang. Ada orang yang hanya cinta sesama warna kulitnya saja. Orang kulit putih tidak bisa mencintai orang kulit hitam, karena ia dibatasi oleh warna kulit. Orang hanya dapat mencintai orang yang sama dengannya dikarenakan ia tidak memiliki cinta yang mampu melintasi perbedaan. Tetapi ada orang yang hatinya luar biasa. Yang kulit putih dia bisa cinta, yang kulit hitam sekali dia juga bisa cinta.

Banyak orang jika anaknya menikah dengan bangsa atau suku yang sama, ia setuju. Jika menikah dengan bangsa atau suku lain, ia tidak setuju dan marah. Banyak orang kalau dia orang Tionghoa, anaknya dapat pacar Tionghoa, mamanya boleh. Kalau pacarnya Batak atau pacarnya Jawa atau pacarnya Ambon, mamanya marah sekali, “Anak saya Tionghoa, kenapa cari orang Batak?!” Dia marah karena hatinya sempit. Ia tidak bisa menerima orang yang berbeda suku. Orang Batak tidak bisa mencintai orang Ambon, orang Madura tidak bisa mencintai orang Dayak, orang Dayak tidak bisa mencintai orang Ambon, orang Ambon tidak bisa menerima orang Minahasa, orang Minahasa tidak bisa menerima orang Tapanuli; ini semua karena orang terikat oleh kesempitan. Jika engkau mempunyai cinta yang dari Allah, engkau akan belajar melebarkan jiwa dan kasihmu. Jika engkau mulai membuka keterbatasanmu, engkau akan mencintai dengan lebih luas kepada sesama, seperti cintanya Allah.

Tetapi jika engkau sudah mempunyai istri, lalu berkata, “Saya punya cinta lebih luas, selain nyonya saya, saya mau cinta yang lagi lain,” itu bukan cinta tetapi gila. Sudah ada nyonya tidak boleh lagi cinta yang lain, karena itu melanggar prinsip Alkitab. Satu orang harus hanya menikah dengan orang yang berjenis kelamin berbeda dan jika sudah menikah mereka berjanji hidup bersama selamanya. Kita diciptakan oleh Allah, laki-laki dan perempuan menurut peta teladan Allah. Ketika laki-laki menikah dengan perempuan, bukan karena keinginan sendiri, tetapi keinginan Tuhan agar manusia bersatu. Saya menikah dengan engkau di dalam rencana Tuhan. Engkau menikah dengan saya di dalam rencana Tuhan. Ketika menikah, bukan karena aku ingin mencapai ambisiku. Aku menikah karena mau menggenapi rencana Tuhan untuk aku dan engkau. Di dalam hal ini, dua orang taat pada satu kehendak, yaitu kehendak dari Tuhan. Dua orang, dua-duanya dicipta oleh Allah. Yang laki-laki dicipta menurut peta teladan Allah, yang perempuan dicipta menurut peta teladan Allah. Maka yang laki-laki bukan melaksanakan kemauannya sendiri, yang perempuan bukan mau mendapatkan keinginan menurut nafsunya sendiri, tetapi dua-duanya mau datang kepada Tuhan, mencari kehendak Tuhan yang jadi. “Kehendak-Mu memberikan perempuan kepadaku.” “Kehendak-Mu memberikan laki-laki kepadaku.” Dua orang, laki-laki dan perempuan mendapat satu kehendak, satu rencana, satu tujuan, dari satu yang lebih tinggi yaitu Allah. Lalu mereka dengan cinta yang memiliki satu sumber, satu permulaan, satu kehendak, yaitu cinta dari Allah, sekarang bersama-sama berjanji; ini namanya pernikahan di dalam kekristenan. Jadi bukan satu sumber mencintai sumber yang kedua, sumber yang kedua mencintai sumber yang pertama, dua-dua sama-sama akur, lalu menjadi satu keluarga. Itu bukan pernikahan Kristen. Pernikahan Kristen adalah dua pihak sama-sama menuruti satu sumber, satu kehendak, dan satu Tuhan. Itu sebab yang laki-laki tidak bisa memonopoli untuk mengatur yang perempuan, yang perempuan juga tidak mempunyai hak monopoli untuk mengatur yang laki-laki. Dua-duanya harus sama-sama tunduk, yang laki-laki mempertuhankan Tuhan, yang perempuan juga mempertuhankan Tuhan. Tuhan Allah menjadi Tuan dan Tuhan kita. Kita hanyalah hamba-Nya. Laki-laki adalah hamba Tuhan. Perempuan adalah hamba Tuhan. Hamba Tuhan laki-laki dan hamba Tuhan perempuan bersatu menaati Tuhan yang satu. Cinta dari Tuhan itu abadi. Cinta dari Tuhan itu kekal. Cinta dari Tuhan menjadi satu sumber dan satu kesatuan yang tidak terpisah dan tidak terceraikan. Maka suami istri harus berjanji kepada Tuhan, jika mereka mau mengikat keluarga di dalam cinta yang kekal, tidak boleh memikirkan perceraian atau bagaimana berpisah. Kecuali kita tidak serius, maka mari mengikrarkan dan menyatakan kesetiaan kita di hadapan Tuhan. Alkitab berkata, ada perceraian. Ada perceraian yang diizinkan oleh Musa, ada perceraian yang terjadi di dalam kekristenan. Hal ini kadang-kadang harus ada karena kebebalan manusia, tidak mungkin dihindari di dalam dunia ini. Tetapi semua orang yang di dalam kasih khususnya yang mendirikan keluarga harus bertanggung jawab pada Tuhan. Orang yang menginginkan perceraian kecuali ia berzinah atau ingin bersatu dengan orang lain, itu semua tidak disetujui Tuhan. Cinta Allah adalah cinta agape.

Dalam sejarah, sampai abad ke-20 ada seorang theolog dari Swedia yang bernama Anders Nygren, ia adalah theolog yang paling penting dalam menguraikan kasih Allah. Selama 2.000 tahun dari zaman Bapa Gereja abad pertama, dari Rasul Paulus dan Petrus, lalu Agustinus, Aquinas, terus sampai abad ke-20, antara semua theolog, Anders Nygren memberikan pengertian tentang kasih Allah yang lebih teliti dan mendalam dari siapa pun. Nygren menulis satu buku yang berjudul Agape dan di dalam buku tersebut ia memberikan penjelasan apa bedanya cinta Allah dan cinta manusia. Ia mengatakan, “Allah tertinggi, Allah terbesar, Allah tersempurna, Allah termutlak, itu sebabnya kasih Allah adalah kasih yang tertinggi, paling sempurna, paling besar, dan kasih yang tidak ada lawannya.” Dari sifat Ilahi ia menetapkan sifat kasih Allah. Dari Allah bersifat apa, menjadi dasar untuk membicarakan kasih Allah yang bagaimana.

Allah paling tinggi, tidak ada yang lebih tinggi dari Allah, maka Allah menurunkan cinta dari yang paling tinggi. Dan di sini kita melihat sifat cinta Allah adalah sifat dari atas ke bawah. Dengar kalimat ini, “Dari atas turun ke bawah, itulah cinta Allah.” Cinta manusia bukan cinta yang demikian. Cinta manusia kepada manusia adalah dari bawah ke bawah. Cinta manusia kepada binatang, dari bawah kepada yang lebih bawah. Cinta manusia kepada Allah, dari bawah ke atas. Jangan kira cintamu kepada Allah sama dengan cinta Allah padamu. Cinta Allah kepada engkau adalah cinta dari paling atas ke bawah, sama seperti air yang selalu mengalir ke bawah.

Sekitar 2.550 tahun yang lalu, ada seorang filsuf dari Cina bernama Laozi. Laozi lebih tua 40-60 tahun dari Konfusius. Laozi menulis satu buku yang berjudul Tao Te Ching (Kitab Tao Te), dan di dalam bukunya ia berkata, “Kebajikan yang tertinggi sama seperti air, hanya turun ke bawah.” Berarti orang yang bermoral tinggi selalu mengingat yang rendah. Jika engkau adalah orang yang berkedudukan tinggi, tetapi hanya mau lebih tinggi, engkau egois. Apalagi jika engkau mencari orang, “Siapa yang lebih kaya dari saya, saya dekati dia. Siapa yang lebih pintar dari saya, saya dekati.” Semua murid mencari guru yang lebih pintar dari dia, itu tidak salah. Tetapi setelah engkau menjadi paling pintar, engkau tidak boleh egois, engkau harus turun. Jika engkau sudah kaya, jangan minta kaya lagi, engkau mulai mengingat orang miskin. Jika engkau mempunyai kemungkinan untuk memberi, engkau turun ke bawah. Orang yang tertinggi adalah seperti air, hanya turun ke bawah. Karena air hanya turun ke bawah, tempat yang rendah pasti dikunjungi, tempat yang lebih rendah pasti tertumpuk air. Setelah hujan deras, jika engkau lewat jalan yang berlubang, maka lubang-lubang itu pasti terisi air, karena lebih rendah. Yang lebih rendah diisi oleh yang lebih mampu, maka yang lebih rendah mendapat berkat.

Seseorang yang kaya tidak boleh hanya mencari yang lebih kaya. Seseorang yang sudah kaya sekali tidak boleh hanya mendekati orang kaya. Tetapi jika ia dapat memberikan uangnya kepada orang miskin, menolong orang yang kurang mampu, orang yang lebih rendah, maka ia diisi. Seperti air, yang berkumpul lalu turun, di situ ia pergi. Di mana ada lubang, di situ dia masuk. Di mana yang lebih rendah, di situ dia isi. Karena sifat air adalah sifat yang ke bawah. Demikianlah kasih Allah. Allah mempunyai kasih dari tempat yang paling tinggi. Anders Nygren berkata, “Kasih Allah akan turun ke bawah, ke setiap orang, turun ke segala arah.” Barang siapa yang rendah hati, ia menerima cinta Allah. Manusia jangan membandingkan cinta manusia dengan cinta Allah. Kita menginginkan yang lebih tinggi tetapi Allah memberkati yang lebih rendah. Ia selalu memelihara dan memberkati serta menurunkan anugerah. Amin.

Source : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-26-kasih-6