Sebelumnya…

Hari ini kita akan membahas kalimat terakhir dari doa Bapa Kami yaitu kalimat, “Karena Engkaulah yang empunya kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya.” Doa Bapa Kami diawali dengan menyebut nama Tuhan dan diakhiri dengan menyebut nama Tuhan lagi, karena Tuhan adalah Alfa dan Omega. Segala sesuatu dimulai dari Tuhan, digenapi oleh Tuhan, dicipta oleh Tuhan, dan akan disempurnakan serta dihakimi oleh Tuhan. Maka struktur dan urutan yang sama dijadikan sistem dalam Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Kalimat pertama Doa Bapa Kami adalah, “Bapa kami yang di Surga.” Di mana ada agama yang menyebut Tuhan sebagai Bapa? Tidak ada satupun. Yesus mengajar kita, My Father is also your Father. Kita boleh bersama Yesus menyebut Allah sebagai Bapa kita, karena Yesus, Sang Anak sulung dalam kerajaan Allah. Christ is the eldest Son in the Kingdom of God, and because of Him we can take part in the grace of Him and we can inherit all the promise of God in Him. Dalam Kristus kita mendapat berkat dari-Nya dan menerima janji Tuhan melalui-Nya. Yesus adalah Anak Allah yang sulung, dan kita adalah anak-anak-Nya. Yesus Anak yang tunggal, kita anak-anak adopsi. Kita menjadi anak Allah karena Yesus telah menggenapi rencana keselamatan, anugerah pengampunan, dan memberikan hidup baru, hingga kita boleh disebut anak-anak Allah. Yesus adalah Anak yang asli, Anak tunggal, kita adalah anak-anak yang seperti fotocopy, maka ketika Yesus menyebut Allah Bapa, kita juga dapat menyebut Allah Bapa.

Kalimat “Bapa kami di surga” memberi penghiburan besar, mengingatkan kita bahwa di dunia ini kita bukan perantau yang tersendiri, menderita sengsara dengan tidak ada penghiburan, kita mempunyai Bapa, Ayah rohani di surga yang melihat dengan muka penuh senyum. Dapat dikatakan Tuhan mempunyai dua macam tertawa. Tertawa yang manis, dengan tersenyum memelihara dan menjaga kita anak-anak-Nya. Dan tertawa yang sinis, dengan marah melihat musuh Allah dari seluruh dunia, melihat pada raja-raja, pembesar-pembesar dan jendral-jendral yang sekongkol melawan Tuhan. Bagian yang kita terima adalah senyuman Tuhan, karena Ia mencintai kita, selalu bersukacita menolong kita yang berada dalam kelemahan, sendirian, dalam penderitaan, dan ejekan, khususnya penganiayaan.

Ada dua rahasia agar gereja dapat dibangunkan, gereja yang mempunyai dua rahasia ini tidak mungkin tidak maju. Pertama, menerima penganiayaan dari kejahatan manusia yang diizinkan Tuhan. Kedua, penginjilan, gereja yang tidak mengabarkan Injil adalah gereja yang bunuh diri. Orang kristen yang tidak bertumbuh adalah orang kristen yang mandul. Perempuan yang melahirkan anak, akan bertumbuh dalam pengetahuan, pengalaman, dan menikmati anugerah sebagai orang tua, gereja juga demikian. Gereja yang tidak dianiaya tidak akan berkembang dengan sehat. Gereja yang tidak pernah ditekan, tidak akan mempunyai resistensi yang kuat. Gereja yang tidak dianiaya tidak akan mengetahui betapa indahnya penyertaan Tuhan. When you are persecuted, you can experience the presence of God, which are so sweet, so nice, and so abundant. Tuhan berkata, “Aku memberikan engkau hidup yang berkelimpahan.” Salah satu aspeknya adalah melalui penganiayaan, sehingga kita bertumbuh, menikmati vitamin tambahan untuk menerima dan melawan tekanan penganiayaan tersebut. Lalu mengabarkan Injil, mengabarkan akan membuat gereja dewasa karena dapat mengerti kesulitan orang lain dalam menerima Injil. Kita akan menjadi orang yang selalu mempersiapkan hati dan kesuburan kuasa rohani untuk mengisi kebutuhan orang lain. Gereja yang menerima aniaya dan gereja yang mengabarkan Injil, tidak mungkin tidak stabil, tidak mungkin tidak sehat, dan tidak mungkin tidak bertumbuh. Sebaliknya gereja yang tidak dianiaya dan tidak mengabarkan Injil, tidak mungkin subur, tidak mungkin dapat berkembang, dan tidak mungkin dapat bertumbuh. Gereja yang menerima anugerah Tuhan akan bertumbuh dan bertambah terus. Gereja yang tidak menerima aniaya dan mengabarkan Injil, tidak mungkin bertumbuh.

Ketika mengingat Pdt. Wang Yi saya menangis, ia sedang dipenjara saat ini karena pemerintah komunis tidak mengizinkan agama kristen ada di sana dan membenci orang yang mengabarkan Injil. Istrinya juga ditahan di tempat lain, mereka suami istri tidak dapat bertemu, tidak dapat hidup bersama. Ketika Yesus berkata, “Bapa kami yang di surga” berarti if you fail to look around, look upward. Jika engkau gagal melihat kanan kiri depan belakang yang mengecewakan engkau, gagal melihat sekeliling, lihatlah ke atas. Dari Timur, Barat, Utara dan Selatan, semua manusia tidak ada yang dapat menolong, semua manusia dapat berubah. Ada satu yang tidak berubah, yang kekal, yang tidak pernah meninggalkan kita, yaitu Bapa di surga.

Selanjutnya “Dikuduskanlah nama-Mu.” Mengapa kalimat “Dikuduskanlah Nama-Mu” sangat penting? Karena kalimat ini ada dalam Doa Bapa Kami untuk mengingatkan semua manusia khususnya orang kristen, bahwa Bapa kita kudus, jangan kita hina dan permalukan, tetapi kuduskan nama-Nya. Menguduskan dan memuliakan nama Tuhan adalah salah satu tugas manusia, karena Tuhan berkata, setiap orang yang disebut di bawah nama-Ku, dicipta oleh-Ku untuk memuliakan Aku. Manusia dicipta setelah setan memberontak, manusia dicipta untuk diberikan mandat menjadi wakil Tuhan, menggantikan setan yang memberontak. Karena itu kita ada di dunia ini, ditebus dan diampuni dosanya, supaya hidup di dunia ini dengan memuliakan Bapa di surga. Apa kegagalan Musa? Musa seumur hidup melayani Tuhan dengan segiat mungkin, sekuat tenaga, mati-matian melayani bangsa Israel yang ia bawa keluar dari tanah Mesir, tetapi pada akhirnya ia tidak dapat membawa mereka masuk tanah Kanaan. Inilah kegagalan Musa. Mengapa Musa gagal? Tuhan berkata, “Engkau tidak menguduskan nama-Ku, ketika engkau di padang belantara.” Musa memukul batu karang dengan tongkatnya dua kali, maka Tuhan menghukum Musa. Orang yang dipakai Tuhan seumurnya hidupnya, tetapi melakukan kesalahan yang demikian fatal sehingga Tuhan tidak mengijinkan ia masuk tanah Kanaan. Atau mungkinkah karena Musa sudah seratus dua puluh tahun, sudah tidak kuat jalan dan lemah, sehingga tidak dapat masuk? Tidak mungkin. Alkitab menulis, ketika berumur seratus dua puluh tahun, mata Musa masih tajam, kakinya masih kuat. Buktinya walaupun sudah berumur seratus dua puluh tahun, ketika Tuhan menyuruh Musa naik ke gunung Nebo untuk memperlihatkan tanah Kanaan pada Musa, Musa dapat naik ke gunung tersebut. Ketika Musa dapat naik ke gunung tersebut, berarti kakinya masih kuat, ketika Musa dapat melihat tempat yang jauh berarti matanya masih tajam. Jadi Musa tidak masuk tanah Kanaan bukan karena tidak kuat, tetapi karena dihukum Tuhan, karena tidak menguduskan nama Tuhan.

Ketika membaca Alkitab dan ajaran dari Alkitab membuat kita gentar, berarti kita belajar Alkitab. Belajar bukan menghafal lalu dapat SKS, dapat gelar yang tinggi. Belajar akan selalu menambahkan rasa takut akan Tuhan, menambah suka cita dalam janji Tuhan, lebih rajin dalam melakukan perintah Tuhan. Mahasiswa teologi khususnya harus mengerti kalimat ini, What is learning? Learning is to know how to fear God, how to love God, and how to obey the commandment of God. Orang yang membaca Alkitab dan belajar ketiga hal ini, ia akan lulus sekolah teologi. Orang yang sekolah teologi dan sudah lulus tetapi tidak mengerti ketiga hal ini, harus dicopot gelarnya. Musa seumur hidup belajar dan ia gagal dalam satu hal, tidak menguduskan nama Tuhan.

Musa tidak mengudukan nama Tuhan dengan memukul batu karang dua kali. Mengapa Musa memukul dua kali? Karena berdasarkan pengalamannya. Suatu ketika orang Israel tidak mempunyai air, lalu Tuhan berkata pada Musa, “Pukullah batu itu.” Ketika Musa pukul, air keluar dari batu karang tersebut, mengisi kehausan mereka, semua minum dengan cukup, lalu berjalan lagi. Sekali lagi terjadi, mereka tidak mempunyai air lagi, lalu mereka bersungut-sungut. Musa langsung mengambil tongkatnya, memukul batu karang dua kali. Inilah pukulan yang kedua kalinya, dan dipukul dua kali. Kejadian pertama kali pukul satu kali, kedua kali pukul dua kali, karena Musa berdasarkan pada pengalamannya. Jangan memakai pengalaman pelayananmu untuk mengulang pelayananmu pada Tuhan. Karena pengalamanmu ada kelemahan, ada kesalahan, banyak yang dari pengalamanmu adalah sejarah yang tidak boleh diulang. Jika diulang karena hebat, akan berbahaya sekali. Ketika Musa pukul batu karang dua kali, ia berdasarkan pada pengalamannya bukan pada perintah Tuhan.

Tuhan memberi berkat pada orang yang setiap saat membaharui perasaan takut akan Tuhan, sehingga akan terus mengalami anugerah baru. Tuhan berkata, “Sekarang saatnya Aku menyuruh engkau naik Gunung Nebo, melihat tanah perjanjian, engkau dapat melihatnya tetapi tidak dapat masuk.” Lihat adalah satu hal, masuk adalah satu hal, ini adalah dua hal yang berbeda. Yesus berkata pada Nikodemus, “Barangsiapa yang tidak diperanakkan oleh Roh Kudus, tidak akan melihat kerajaan Allah.” Lalu dikatakan lagi “Jika engkau tidak dilahir barukan oleh air dan Roh Kudus, engkau tidak akan masuk kerajaan Allah.” Melihat adalah semacam kenikmatan, masuk adalah semacam kenikmatan yang lebih sempurna. Mari kita menjadi orang yang takut akan Tuhan. Melalui Doa Bapa Kami kita selalu mengoreksi diri kita. Sebelum meminta nama Tuhan dipermuliakan di seluruh bumi, mari memeriksa diri kita sendiri terlebih dahulu, apakah kita adalah orang kristen yang takut akan Tuhan, selalu mempermuliakan nama Tuhan, menguduskan nama Tuhan di surga. Lalu Yesus berkata lagi, “Dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, di bumi seperti di surga.” Ini adalah hal yang utama, menjadi pokok dalam doa kita untuk nama-Nya, untuk Kerajaan-Nya, dan untuk kehendak-Nya terlaksana di bumi.

Setelah tiga doa tentang Allah selesai, baru meminta empat hal tentang manusia. Angka tiga angka Allah, angka empat angka manusia. Angka tiga angka Tritunggal, angka empat angka bumi. Apa yang kita butuhkan, dibicarakan pada Bapa di surga. Pertama, kita memerlukan makanan. Ini berarti dalam dunia materi kita tidak sok, tidak sombong, tidak bersandar pada diri sendiri, tetapi bersandar pada Tuhan. Tidak ada manusia yang tidak memerlukan uang. Masalahnya ada orang sudah cukup tetapi tetap rakus tidak habis-habis, pakai cara curang, berbohong, menipu, untuk mendapat uang lebih banyak. Jika kita sudah cukup, bersyukur pada Tuhan. Jika kita sudah cukup, jangan rakus, karena kelebihan tersebut belum tentu menjadi berkat. Jika mempunyai uang lebih, jangan lupa dipersembahkan pada Tuhan, memberi sedekah, mendukung hal yang berfaedah bagi manusia, menolong orang yang sudah bekerja setengah mati tetapi tetap tidak cukup mengisi kebutuhan keluarganya. Uang yang banyak menjadi ujian, menjadi kesempatan untuk kita memuliakan Tuhan dan memberkati orang lain. Lalu kalimat, “Ampunilah kami seperti kami mengampuni orang lain.” Ayat ini dengan kedua kalimat ini mempunyai rahasia yang besar sekali. Bukan berarti engkau meminta Tuhan mengikuti teladanmu. Ampuni dosaku seperti aku sudah mengampuni dosa orang lain yang bersalah padaku. Itu kurang ajar, minta Tuhan mengikuti teladanmu, tetapi bukan demikian. Ini adalah tahap kedua setelah engkau menerima pengampunan dari Tuhan. We love because God love us first. We give because God give us first. We forgive because God forgive us first. Karena Allah terlebih dahulu mengasihi dan mengampuni, baru kita tahu bagaimana mengampuni orang lain. Selalu Tuhan dahulu, kita mengikuti. Mengapa Tuhan Yesus berkata, “Ampunilah kami seperti kami mengampuni orang lain?” Seolah-olah memerintahTuhan untuk mengikuti teladanmu. Maksudnya adalah setelah Tuhan mengampuni saya, saya belajar dari Tuhan untuk mengampuni orang lain. Setelah tahap ini selesai, engkau masih berdosa lagi, lalu engkau sudah masuk tahap kedua, karena sudah diampuni, engkau berhak minta Tuhan mengampunimu. Ini adalah kesulitan interpersonal relationship. Di dunia ini selain butuh makanan dan materi, kita butuh relasi yang damai dengan orang lain.

Saat ini hubungan USA dan RRC sangat tidak baik. Chiang Kai-shek mempunyai kekuatan menghasut terbesar, dengan cara komunisme menghasut untuk menipu secara psikologi hingga dunia mengikuti mereka. Melalui buku Communist Manifesto yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, mereka mempengaruhi dunia. Dalam buku tersebut ditulis, sekarang ada roh yang melayang-layang di atas angkasa Eropa. Jika semua kaum buruh berani memberontak, berani bersatu melawan bos kapitalisme, maka engkau tidak akan rugi dan akan bebas. Karena hasutannya, dalam 100 tahun komunisme telah menjajah sepertiga umat manusia. Karl Marx berkata, Inggris dan Perancis akan menjadi negara komunis yang utama, tetapi nubuatnya gagal. Yang menjadi negara komunis pertama adalah Rusia, kedua RRC. Tahun 1935 Rusia berubah menjadi Uni Soviet. Uni Soviet menggabungkan lima belas negara dengan Rusia menjadi satu negara uni. Dunia semakin kacau, kerajaan besar banyak yang sudah lewat masanya, banyak yang sudah hancur, banyak yang sudah musnah, tetapi Kerajaan Allah kekal adanya. Setelah berdoa empat doa kebutuhan manusia, yaitu perlu makanan, relasi yang baik, jangan dibawa dalam pencobaan, dilepaskan dari kejahatan, lalu ditutup dengan kalimat, “Karena Engkaulah yang empunya kerajaan, kuasa, dan kemuliaan, sampai selamanya.”

Sekarang, di manakah kerajaan Mesir kuno yang mendirikan piramida? Di manakah kerajaan Babilonia yang pintu gerbangnya saja setinggi lima belas meter? Di manakah negara Assyria? Di manakah kerajaan Persia yang terbesar di Asia Tengah sepanjang sejarah? Di manakah kerajaan Mesopotamia? Dimanakah kerajaan Ahasyweros? Semua sudah tidak ada. Persia adalah kerajaan terbesar di Asia Tengah sepanjang sejarah, lebih kuat dari kerajaan Midas, kerajaan Assyria, kerajaan Babilonia, semua kerajaan tersebut dikalahkan oleh Persia. Tetapi Persia dikalahkan oleh seorang anak yang baru berumur dua puluh tahun lebih, yaitu Iskandar Agung atau Alexander. Ketika Iskandar Agung berumur dua puluh tahun, ayahnya dibunuh, maka parlemen mengangkat Iskandar Agung yang masih muda menjadi raja menggantikan ayahnya. Iskandar Agung berkata, “Raja lain berperang untuk menciptakan budak, aku berperang untuk membebaskan budak” Iskandar Agung adalah salah satu jenius militer terbesar. Jika menang perang, ia tidak mau mengambil rampasan perang apapun untuk dirinya. Salah seorang jendralnya pernah bertanya, “Engkau tidak mau ambil barang rampasan, semua emas perak diberikan pada jendral-jendralmu, pemimpin seperti engkau hampir tidak ada. Lalu engkau akan meninggalkan apa untuk sendiri sendiri?”

Iskandar Agung menjawab, “I hold nothing for me, but I still have one thing in my hand. That is hope. I have hope, I need not to have these things.” Saya tidak perlu emas dan perak, tetapi saya perlu pengharapan. Dan Iskandar Agung mempunyai satu kebiasaan. Ke mana saja ia pergi berperang, ia akan menghargai agama lokal. Ketika ke Israel ia menghargai agama Yahudi, ketika ke Mesir ia menghargai agama Mesir. Iskandar Agung tidak berani menghina agama lain. Berbeda dengan tentara, presiden dan pemerintah komunis, mereka menghina gereja dan menghina agama. Di negara lain mesjid-mesjid dihancurkan. Di Indonesia banyak sekali gereja yang dibakar oleh orang Islam. Ini semua membuktikan banyak pemimpin politik yang sangat tidak menghargai menghargai Tuhan, tidak menghargai agama lain, tetapi Iskandar Agung tidak demikian. Tetapi sekarang dimana kerajaannya? Sudah tidak ada.

Alkitab menulis, “Engkaulah yang empunya kerajaan, kuasa, dan kemuliaan.” All kingdoms will become the Kingdom of our God. Dalam Kitab Wahyu 19 ditulis, “Semua kerajaan dunia akan menjadi kerajaan Tuhan dan terhadap Kristus dari Tuhan. kerajaan akan roboh, pemerintah akan jatuh, kepresidenan akan hancur, tetapi Tuhan tetap menjadi Raja di atas segala raja.” Yesus adalah orang pertama di dunia yang berkata, “Engkaulah yang empunya kerajaan, kuasa, dan kemuliaan, sampai selamanya.” Untuk menutup Doa Bapa Kami ini, Yesus berkata “You are the citizen of the Kingdom of God, you do not belong to this world, you do not belong to the country on earth, you are belong to the Heavenly Kingdom.

Orang kristen ingatlah, kita di dunia ini hanya menjadi tamu, raja kita bukan presiden, raja kita bukan kerajaan dunia ini, Raja kita adalah Yesus yang pernah dipaku di atas kayu salib, yang pernah mati mengalirkan darah, dikutuk dan digantung, tetapi bangkit kembali. Dalam Wahyu 1:18 Yesus berkata, I have died, and now I live, and I will live forever and ever. Pertama kali mendengar ayat ini saya takut sekali, dan saya bersyukur yang pernah mati adalah Kristus yang bangkit kembali. Semua yang pernah hidup adalah raja-raja yang mati tetapi tidak pernah bangkit. Mengapa takut pada manusia dan kuasa yang menganiaya gereja?

Jika boleh, saya meminta, Tuhan jadikan saya mati syahid. Tuhan izinkan saya untuk rela mengabarkan Injil sampai dibunuh. Dia yang mati dan bangkit akan menjadi Raja di atas segala raja. Dan Ia berkata, the Kingdom is Yours, the power is Yours, and the glory is Yours, forever and ever. Mari sebagai orang kristen, ketika hidup di dunia ini, ingatlah rohani kita hidup dalam Kerajaan Allah. And Among these two kingdoms always in conflict. Kerajaan dunia dengan Kerajaan Allah selalu berkonflik dan kita berada di tengahtengahnya, terjepit dan dianiaya, tetapi jangan lupa untuk give glory to Him only, let His name be hallowed, be glorified in our lives. His Kingdom will come again. Di dalam dunia yang akan musnah ini, Tuhan berkata, barangsiapa yang menjalankan kehendak-Ku akan kekal selamanya. For Your is the Kingdom, power, and glory, and for me, i will be brought into the glory, living with You together in eternity to enjoy Your Kingdom, Your power, and Your glory. Mari setia pada Tuhan, sehingga pada hari terakhir kita dapat berbagian dalam kerajaan-Nya, dalam kuasa-Nya, dalam kemuliaan-Nya, sampai selamanya. Alkitab menulis, jika mati beserta Dia, kita bangkit beserta Dia, kita akan duduk di atas tahta beserta Dia untuk menghakimi seluruh dunia dan menghakimi iblis. Betapa mulianya orang kristen, betapa besar janji Tuhan. Kita bukan hanya hidup di dunia yang sementara ini saja, kita juga akan hidup beserta dengan Tuhan di tahta-Nya, menjadi hakim seluruh alam semesta. Mari berdoa. (ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah-SJ) 

Sumber : https://rec-singapore.org/wp-content/uploads/2020/10/27September2020_STong.pdf