Jika ada orang yang sedang di dalam kesusahan, engkau diam dan dampingi dia, bersama dengan dia, duduk diam di sisinya. Tidak perlu kata-kata penghiburan, tidak perlu ada marah atau menghina, hanya berdiam. Ini adalah satu simpati yang paling nyata. Kata sympathy dalam bahasa Inggris, ada kata sym yaitu satu kebersamaan, dan kata pathy dari kata aslinya pathos, yang berarti perasaan. Simpati berarti perasaan bersama. Supaya ia dapat merasakan bahwa engkau mempunyai perasaan yang sama. Ia di dalam kesusahan, engkau juga di dalam kesusahan bersamanya. Ia di dalam kesendirian, engkau juga di dalam kesendirian. Ia di dalam pikiran yang tidak habis-habis, engkau juga di dalam pikiran yang tidak habis-habis mendampingi dia, bersama-sama dalam ketenangan menunggu waktu lewat, sampai ia terhibur, sampai ia tersadar, sampai ia mulai bangun secara rohani.
Ini adalah satu contoh di dalam seluruh Alkitab yang paling mengagumkan manusia tentang bagaimana menghibur teman yang sedang dalam kesusahan. Bagaimana mengerti kesusahan orang lain dengan mendampinginya, duduk di sebelahnya tujuh hari tujuh malam tidak berbicara apa-apa. Tetapi sayang sekali, seberapa baiknya seseorang, akhirnya ia kehilangan kesabaran. Sebegitu baiknya dan panjangnya kekuatan temperamenmu, kasihmu di dalam menunggu dan mendampingi, akhirnya engkau bisa tetap tidak mampu mengendalikan dirimu. Ketiga teman Ayub setelah tujuh hari tujuh malam hanya diam dan tenang, bersimpati dengan Ayub, akhirnya mereka mulai tidak tahan, mulai berbicara menyerang Ayub. “Kamu pasti sudah berdosa. Kalau kamu tidak bersalah, tidak mungkin ini terjadi. Allah adalah Allah yang adil, yang suci, tidak mungkin menghukum manusia, kecuali kamu berdosa.” Mereka mulai memaki, mereka mulai memarahi Ayub, mereka mulai mengutuk dosa Ayub, mengutuk kesalahan dan kelakuannya di hadapan Tuhan. Karena mereka mempunyai theologi, “Allah adalah Allah yang adil, maka tidak mungkin jika engkau tidak bersalah, Allah menurunkan kecelakaan padamu.”
Konsep theologi yang salah selalu membuat hubungan kita dengan orang lain rusak. Konsep theologi yang salah selalu membuat kita tidak adil terhadap orang lain. Maka ketiga teman Ayub berbuat dosa yang lebih besar dari apa yang pernah dibuat oleh Ayub ketika mereka mulai menyerangnya. Jika kita melihat Kitab Ayub sampai selesai, kita akan mengetahui bahwa kitab ini memberikan pengoreksian dan pencerahan dari Tuhan untuk membenarkan, untuk membereskan semua konsep theologi manusia yang bersalah, baru mereka mulai sadar. Engkau banyak bicara, tidak berarti engkau mempunyai kasih. Teman-teman Ayub begitu tenang dan tidak berbicara, tetapi hanya tahan tujuh hari. Setelah tujuh hari mereka mulai cerewet, mereka mulai menegur, mulai menuduh dan merusak hubungan pertemanan mereka menjadi hancur.
Dalam Kitab Korintus pasal 13 ayat pertama dikatakan, “Jika aku dapat bicara bahasa malaikat, mengerti semua bahasa manusia, tetapi jika tidak ada kasih, aku hanya seperti alat musik yang berkumandang dan bergemerincing.” Dengan demikian kita tidak menolong orang, tidak menjadi satu kekuatan untuk membangun, menguatkan, memulihkan, dan mendamaikan kembali hubungan antarmanusia. Kedua, Paulus berkata, “Jika aku mempunyai karunia untuk bernubuat seperti nabi.” Di mana engkau mempunyai karunia untuk berbicara, bukan hanya berbicara mengetahui yang biasanya, tetapi mempunyai pengaruh; engkau dapat berbicara sampai menyentuh hati orang dan menggerakkan emosi orang tersebut, tetapi tidak memiliki kasih, semua akan sia-sia. Karena engkau mempunyai kekuatan dan mempunyai keberhasilan seperti nabi yang bernubuat, engkau dapat membicarakan hal-hal semacam ini dan engkau mempunyai karunia bernubuat dan mengetahui rahasia, memiliki seluruh pengetahuan; jika engkau sudah mempunyai hal-hal ini, tetapi tidak mempunyai kasih, engkau tetap tidak berguna.
Jika seorang hamba Tuhan yang kelihatannya pintar, khotbahnya dan bahasanya hebat, theologinya kuat, pengetahuannya lengkap, apakah ia telah menjadi pendeta yang baik? Tuhan berkata bahwa itu tidak cukup. Sekalipun engkau mempunyai kekuatan bernubuat, mengetahui segala rahasia, membicarakan semua pengetahuan, tetapi jika tidak ada kasih, engkau tetap menjadi orang yang tidak berguna. Karena apa? Pengetahuanmu hanya membuat engkau menjadi sombong. Pengetahuanmu hanya menunjang engkau bangga akan dirimu sendiri. Pengetahuanmu hanya membuat orang lebih kagum terhadap engkau, melihat engkau hebat, sekolah tinggi, bergelar tinggi. Tetapi yang terpenting adalah kasih.
Ada kesaksian dari seorang yang bertobat dan mengenal Tuhan Yesus. Ia bercerita bahwa ada orang yang mengundangnya ke gereja, dan ia berkata pada dirinya bahwa ia tidak suka orang tersebut, dan menganggap orang itu kafir, “Orang itu mungkin dari setan, mau mencuri saya untuk menjadi orang Kristen.” Tetapi orang tersebut terus sabar dan berkata mau berkunjung ke apartemennya, mengajaknya ke gereja, mengajaknya mempelajari Alkitab. Ini adalah kesabaran yang tidak berhenti. Ini lebih penting daripada pintar berbahasa, pintar berpidato, pintar berbicara, karena yang diperlukan adalah kasih. Ketika ia berkata di dalam hatinya, “Saya tidak mau melihat orang ini lagi,” tetapi orang tersebut tetap datang, itulah kasih. Pada awalnya ia hanya mau berteman dengan orang yang seiman dengannya, yang menganggap Yesus adalah ciptaan Allah, bukan Allah. Ia berpikir orang ini adalah orang kafir, memakai sepatu yang sangat berdebu masuk ke dalam gereja, katanya mau menyembah Tuhan. Orang ini tidak mencuci tangan, tidak mencuci kaki, lalu duduk di dalam gereja, ini menghina Tuhan, bukan menyembah Tuhan. Mereka mempunyai konsep beribadah yang berbeda sekali. Di dalam dunia ini, antara manusia dan manusia yang mempunyai perbedaan konsep, sulit sekali diubah. Salah satu hal tersulit dalam dunia adalah ketika kita ingin mengubah konsep orang lain.
Tiga puluh tahun yang lalu saya berbicara kepada Dr. Jonathan Chao, bahwa tugas saya adalah mengubah konsep orang lain dan membuatnya mengerti siapa Tuhan Yesus. Dan Dr. Jonathan Chao menjawab, “Engkau telah dipilih Tuhan menjadi hamba-Nya untuk mengerjakan pekerjaan yang paling sulit di sepanjang sejarah dunia.” Susah sekali mengubah konsep orang lain. Ketika saya berumur enam belas tahun, saya dipengaruhi oleh komunisme dan atheisme, oleh evolusionisme, dan segala ideologi yang melawan Tuhan dan Kristus. Ketika itu saya menganggap diri saya seorang pemuda yang paling pintar. Saya belajar filsafat, saya belajar komunisme, saya belajar Karl Marx, saya belajar Engels, saya belajar atheisme, saya belajar Darwinisme, saya belajar evolusionisme, dan saya menganggap semua ajaran Kristen penipu, semua pendeta kurang pengetahuan, semua orang Kristen kuno, mereka kurang belajar, kurang modern. Ketika itu saya membenci orang Kristen.
Ketika berumur enam belas tahun, saya mempunyai pertimbangan, jika kekristenan dan orang Kristen salah, mengapa banyak orang saleh di dalamnya? Jika orang Kristen tidak mempunyai pengetahuan, mengapa ibu saya hidup demikian suci, demikian beribadah, dan sering membantu orang miskin? Seminggu sekali ibu saya membawa beras, gula, garam, dan minyak pergi membesuk orang miskin dan memberikan barang-barang tersebut kepada mereka. Ibu saya adalah seorang janda yang hidupnya sendiri juga susah, bekerja dari pagi sampai malam, mencari uang untuk membesarkan anak-anaknya, tetapi ia masih mau mengeluarkan uangnya yang sedikit untuk membeli beras, minyak, gula, dan garam untuk membantu orang miskin yang tidak mempunyai makanan. Mengapa ibu saya dapat begitu saleh? Saya sambil menerima atheisme, komunisme, Darwinisme dan evolusionisme, sambil kagum pada ibu saya yang seorang Kristen sejati.
Akhirnya saya berdoa kepada Tuhan meminta Tuhan tolong menjawab semua pertanyaan saya, “Tolong jawab semua kesulitan ideologi, filsafat, yang merongrong iman saya di dalam hati terdalam. Jika Engkau menjawab semua pertanyaan saya ini, saya berjanji kepada-Mu bahwa saya akan pergi ke seluruh dunia untuk menolong menyelesaikan kesulitan intelektualitas yang dialami orang lain.” Dan Tuhan mendengar doa saya, Tuhan memberikan jawaban untuk semua pertanyaan saya. Sekarang saya sudah keliling dunia lebih dari 140 kali, menjawab pertanyaan orang-orang yang mempunyai pergumulan seperti saya dahulu, bertemu dengan kaum intelektual, memberikan diskusi tentang atheisme, komunisme, dan sebagainya. Ketika saya berumur 14 hingga 16 tahun, saya dirongrong oleh semua pertanyaan ini dan ketika itu saya ingin meninggalkan Tuhan. Tetapi Tuhan menjawab semua pertanyaan saya dan memberikan saya kekuatan untuk pergi ke seluruh dunia menjawab pertanyaan-pertanyaan orang lain yang sama dengan pertanyaan saya ketika itu. Ketika itu, saya menganggap diri saya seorang intelektual, seorang pemuda yang paling pintar, tidak ada orang lain yang mengerti filsafat lebih baik dari saya saat itu; di antara para pemuda, tidak ada yang mengerti sebanyak saya. Tetapi ternyata itu salah.
Paulus berkata, “Jika engkau mempunyai pengetahuan yang banyak, engkau mengerti segala rahasia dan engkau dapat berpidato dengan segala teori, tetapi jika engkau tidak memiliki kasih, engkau tetap tidak berguna.” Paulus berkata lagi, “Jika aku memberikan uang untuk memberikan pertolongan kepada orang miskin, jika aku menyerahkan nyawa dan tubuhku untuk dibakar sampai mati, tetapi jika tidak ada kasih, tidak akan berguna.” Berarti berkorban secara uang, berkorban secara harta, tidak berarti bahwa engkau sudah mempunyai kasih. Di dunia ini banyak orang dermawan, jika memberikan persembahan, jumlahnya bisa mencapai jutaan dolar, sepertinya orang-orang yang memberi uang tersebut adalah orang yang penuh kasih. Tetapi Tuhan berkata, “Tidak! Engkau memberi karena engkau mau mengisi hati yang selalu menegur dirimu. Engkau mau membius diri karena menyatakan perasaan bersalah yang terlalu berat. Itu bukan kasih.” Pemberian uang tidak sama dengan kasih. Menyerahkan diri sebagai korban untuk dibakar juga tidak menyatakan kasih. Kasih yang sejati adalah kasih yang tercantum di dalam semua ini, apa itu kasih, apa itu natur dari kasih, dan bagaimana kasih itu diwujudkan, dibuktikan, dan betul-betul merupakan kasih yang keluar dari hatimu. Kiranya kita sama-sama mempelajari kasih sesuai yang diajarkan di dalam Alkitab. Tuhan memberkati kita. Amin.
…
Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-24-kasih-4