Kasih adalah hal yang paling misterius, ajaib, paradoksikal, dan kontradiktif. Kasih membuat seseorang tidak mementingkan diri sendiri, menyangkal diri, mengorbankan diri, dan memberkati dan menyempurnakan orang lain. Tetapi kasih juga dapat menjadi egois dan membunuh yang dikasihi, menghancurkan yang dikasihi sampai binasa. Kasih dapat sangat menggerakkan hati manusia, tetapi juga dapat sangat mengerikan kejahatannya. Jika dalam kasih tidak ada perintah dan prinsip, kasih menjadi liar. Kasih juga bisa mengandung iri hati dan kebencian. Kasih ajaib dan aneh, konflik dan manis. Kasih sangat sulit dimengerti. Sangatlah tipis dan kabur batasan antara kasih dan kebencian.  

Alkitab mengatakan bahwa kasih dari Tuhan adalah kasih yang suci, tidak egois, serta diikat dan dibatasi dengan perintah yang ketat. Kasih menjadi dasar dari segala perintah. Karena kasih maka seseorang jadi membatasi dan kasih juga memberi kebebasan yang dibatasi. Ini hal yang sulit diterima manusia. Manusia menikmati kasih yang bebas, tetapi mengomel terhadap kebebasan yang dibatasi. Kereta api boleh berjalan secepat mungkin, tetapi tidak boleh keluar dari relnya; jika tidak dibatasi oleh rel, kebebasan kereta api berjalan secepat mungkin akan menjadi kebinasaan. Karena itu kasih mempunyai batasan, perintah, prinsip, dan hukum. Alkitab mengajarkan bahwa kasih bebas tetapi berbatas, diberi kemerdekaan tetapi diberi hukuman. Dalam Alkitab tercantum semua rahasia yang paling konflik dan ajaib, paling paradoks, yang tidak ada atau lebih dari buku mana pun di seluruh dunia. 

Tuhan itu kasih adanya. Dalam kasih Tuhan juga ada cemburu, maka Ia tidak mengizinkan kita mencintai tuhan palsu dan menyembah dewa-dewa. Ia berkata, “Selain Aku, tidak boleh ada allah lain.” Di mana ada kasih, di situ ada iri hati yang suci. Tidak ada suami yang berkata, “Istriku yang kucintai, karena saya mencintaimu, engkau boleh tidur dengan siapa pun, karena itulah kebebasan yang diberikan padamu.” Jika ada, itu suami gila yang tidak beres. Kasih ada batasnya, maka ada hukum dan perintah. Semua perintah tersebut berdasarkan kasih. Paulus berkata, “Semua perintah Allah berdasarkan kasih Allah.” Karena ibu mengasihi anaknya, tidak mau anaknya terbakar api, maka ia melarang anaknya bermain api. Berapa banyak orang karena cinta, keluarganya menjadi indah? Berapa banyak orang karena cintanya menyeleweng, keluarganya menjadi hancur? Jangan main-main dengan cinta karena cinta suci adanya, cinta benar adanya, ada batasan, jalur, dan hukum yang harus dipatuhi. 

Tuhan memberikan hukum Taurat berdasarkan kasih. Kasih Tuhan adalah fondasi dari semua perintah. Semua hukum Tuhan, semua Taurat, semua perintah, berdasarkan kasih Tuhan. Semua yang diberikan Tuhan mengandung prinsip. Semua prinsip yang ditetapkan Tuhan yang membatasi manusia mengandung kasih. Kasih tidak berarti kebebasan liar, ambisi semaunya sendiri, tetapi kasih harus mematuhi prinsip Tuhan. Semua perintah Tuhan berdasarkan hati yang baik dan motivasi yang indah. Ikatan yang ditentukan Tuhan berdasarkan sifat suci, adil, bajik, dan ketentuan yang benar dari Tuhan. Kebenaran, kesucian, keadilan, dan kebajikan adalah empat sifat atribut moral Ilahi yang menentukan Tuhan adalah Sang Pencipta manusia, tidak pernah merusak, merugikan, dan akan memelihara manusia dengan cinta yang ada batasnya, dengan perintah dalam kesucian, dengan segala hukum dari kebenaran, dan dengan kasih yang abadi. 

Cinta ada urutannya, ada ordo yang mana dahulu yang mana belakangan. Menentukan mana lebih dahulu dan mana yang kemudian sangatlah penting. Ini semua dalil yang ditetapkan Tuhan. Dalam segala sesuatu harus ada ordo. Ordo mempunyai prinsip yang ditentukan Tuhan. Apa urutan dalam cinta? Alkitab mengatakan bahwa kita mencintai Tuhan karena Tuhan terlebih dahulu mencintai kita. Adakah orang yang mencintai Tuhan sampai Tuhan sungkan sekali, terpaksa harus mencintai manusia kembali? Tidak ada. Dalam Alkitab urutannya adalah Allah mencintai kita terlebih dahulu, menggerakkan, memengaruhi, menyelamatkan, dan memberikan cinta kepada kita, sehingga kita mencintai Tuhan. Cinta Allah mendahului cinta manusia, menjadi dukungan dan fondasi sehingga kita mencintai Allah kembali. Ini urutannya dan urutan itu penting sekali. 

Jika kita mengetahui apa yang penting, apa yang tidak penting, maka kita mempunyai kebijaksanaan akan apa yang dahulu dan apa yang kemudian. Jika tidak mengutamakan yang seharusnya utama, akan banyak pekerjaan terbengkalai dan akhirnya kacau balau. Orang Barat berkata, “First things first.” Jangan utamakan yang tidak utama, harus utamakan yang utama. Setelah yang utama dikerjakan, yang lain mudah sekali. Kerja apa pun harus pikir mana yang dahulu, mana belakangan. Dalam buku Kong Hu Cu yang berjudul Analek, kalimat pertama dalam buku tersebut adalah, “Segala sesuatu ada yang lebih dahulu, ada yang belakangan, ada kepala, ada ekor. Jika dapat menemukan yang lebih dahulu di mana, yang belakangan di mana, maka sangat dekat dengan kebenaran.” 

Orang Tionghoa mengutamakan Kong Hu Cu, menganggap ia bijaksana, karena dari kalimatnya menyatakan bahwa ia adalah orang yang bijaksana. Kalimat pertama dalam Alkitab adalah, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Jika tidak ada Allah, tidak ada ciptaan. Jika Allah tidak mencipta, tidak ada segala sesuatu. Tuhan mengajarkan segala sesuatu dan menjadi guru terbesar kita, memberikan urutan menurut apa yang Ia tetapkan. Kalimat pertama dalam Perjanjian Lama, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Dalam Yohanes 1 juga ditulis, “Pada mulanya adalah Firman dan Firman itu beserta dengan Allah, Firman itu adalah Allah.” Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru memberikan urutan kebenaran yang penting kepada manusia. Manusia di hadapan Tuhan harus mengetahui apa yang utama dan pertama, menjalankan urutan sesuai perintah Tuhan. 

Di sini saya ingin membicarakan bagaimana Tuhan memulai Gerakan Reformed Injili di Indonesia. Gereja Reformed Injili Indonesia merupakan salah satu gereja dalam sejarah Indonesia yang sangat diberkati Tuhan. Keberadaan Gerakan Reformed Injili merupakan pemberian Tuhan yang memperbarui urutan sehingga di Indonesia dimulai satu lembaran baru, menjadi berkat untuk membangun gereja di seluruh Indonesia. Bukan berarti Tuhan tidak memberkati gereja lain; semua gereja diberkati Tuhan, semua gereja adalah anugerah Tuhan.

Tuhan mengizinkan Gerakan Reformed Injili Indonesia ada karena Tuhan akan merevisi, membenahi gereja di Indonesia dengan ordo yang indah. Gereja ini diajar oleh Tuhan bagaimana mengutamakan yang utama. Jangan mengutamakan yang terakhir dan mengakhirkan yang utama. Harus ada urutannya, yang utama diutamakan, yang bukan utama tidak boleh diutamakan. Yang terakhir tidak boleh diketengahkan, harus diakhirkan. Apa yang paling utama? Apa yang paling akhir? Yang paling utama harus menjunjung tinggi Tuhan dan mementingkan Kristus. Kristus berkata, “Akulah Alfa, Akulah Omega, Akulah yang Awal, dan Akulah yang Akhir dan menggenapi.” Yang memulai iman dalam hati kita adalah Kristus, yang mengakhiri, menyempurnakan iman kita pada hari kiamat adalah Kristus. Hal ini tertulis dalam Ibrani 12:2. 

GRII (Gereja Reformed Injili Indonesia) dimulai tahun 1989, dengan seri khotbah pertama, yaitu eksposisi dari Injil Yohanes. Injil Yohanes ayat pertama, kalimat pertama menulis, “Pada mulanya adalah Firman. Firman itu beserta dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Gereja ini dimulai dengan khotbah mengenai Firman sebagai titik permulaan dari GRII. Jika Yesus datang kembali, saya harap GRII tetap memberitakan firman sampai akhir, dari titik awal sampai titik penyempurnaan. Pada usia 17 tahun, saya sudah mulai berkhotbah, dan khotbah pertama saya dari Yohanes 1. Saya berkhotbah kepada anak-anak kelas 5 dan 6 SD, di satu sekolah Kristen yang meminta saya menjadi guru agama, di mana saya menyusun kurikulum sendiri, mencari bahan sendiri. Sejak umur 8 tahun, saya sudah membiasakan diri membaca Alkitab, apa yang dimengerti baca terus, yang tidak dimengerti dicatat lalu cari kamus atau sementara dibiarkan dahulu, membiasakan diri membaca Alkitab dan membaca terus. Ketika berumur 15 tahun, saya mulai berhenti membaca Alkitab karena tidak percaya pada Tuhan, tetapi percaya evolusionisme, atheisme, dan komunisme. 

Di usia 15 tahun, saya terjerumus dalam aliran filsafat sekuler. Atheisme, komunisme, dan berbagai filsafat sekuler menjadi kebenaran yang saya pegang. Di usia 16 tahun, saya mulai meragukan komunisme. Saya berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, jika Engkau ada, tolong jawab semua pertanyaan saya tentang komunisme, sekularisme, evolusionisme, dan atheisme. Kalau Engkau tidak menjawab, saya akan memegang komunisme seumur hidup. Tetapi jika Engkau menjawab dan saya puas, saya akan keliling dunia menjawab orang-orang yang ragu akan kekristenan.” Puji Tuhan, di permulaan usia 17 tahun, ada orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan sangat pintar, rasional, dan tajam sekali pikirannya. 

Ketika saya mendengar ada pendeta yang pandai menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya mengambil keputusan untuk tidak meninggalkan kekristenan dan menjadi orang Kristen sampai mati. Ketika Andrew Gih berkhotbah mengenai Tuhan, keselamatan, dan iman Kristen, saya menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan pada umur 17 tahun pada tanggal 9 Januari 1957. Mulai hari itu sampai sekarang, sudah lebih dari 62 tahun, saya terus berkeliling dunia mengabarkan Injil. Sampai sekarang Tuhan memimpin saya mengutamakan yang utama, mengutamakan Kristus, karena Kristus adalah Alfa dan Omega. Firman yang dikhotbahkan di gereja ini dimulai dari Kristus sebagai pusat, yang utama dan akhir, sebagai penyempurna. 

Gerakan Reformed Injili dimulai dengan Seminar Pembinaan Iman Kristen (SPIK) pada tahun 1984. Mengapa SPIK yang pertama? Karena SPIK mengajar doktrin. Banyak gereja yang sudah melupakan dan membuang doktrin, menghina doktrin dan berpikir bahwa doktrin tidak penting, doktrin membuat mengantuk dan malas, maka gereja tidak mau doktrin. Ketika umur 16, saya mendengar ada yang khotbah yang mengajarkan bahwa doktrin tidak perlu. Saya tidak mengerti dan timbul kemarahan. Mengapa orang Kristen tidak ada doktrin, tidak pentingkan doktrin? Ketika itu saya bukan orang Kristen yang baik, tetapi saya sadar doktrin tidak bisa dibuang. Lalu mereka berkata bahwa yang penting kuasa. Orang pintar khotbah, banyak doktrin, tidak ada kuasa, untuk apa? Saya kembali meragukan pikiran mereka. Gereja mana yang dibuang Tuhan? Mereka mengatakan, “Buang doktrin, doktrin tidak penting.” Jika gereja tidak ada doktrin, apa bedanya dengan berbagai agama lain atau pandangan-pandangan dunia lainnya? Mereka juga tidak ada doktrin. Maka harus ada gereja yang mementingkan doktrin. Di usia 17 tahun, saya sudah mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya dari Tuhan, kemudian saya menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan, belajar Kitab Suci baik-baik. Setelah hafal ayat, mengerti firman Tuhan secara tuntas dan menyeluruh, saya pergi mengabarkan Injil

Bersambung

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-22-kasih-2