Sebelumnya

Sejarah dalam pandangan dunia adalah sejarah yang tidak berhenti, terus-menerus, dan tanpa arah. Sejarah yang benar ada awal dan ada akhir. Tuhan adalah Alfa dan Omega. Alfa adalah titik permulaan dan Omega adalah titik akhir. Alfa adalah titik penciptaan dan Omega adalah titik kesudahan. Titik permulaan dan akhir berasal dari Allah. Allah sudah memulai detik-detik yang mengisi waktu sepanjang sejarah, Allah juga yang akan mengakhiri detik-detik sejarah yang akan berhenti ketika Ia datang kembali. Yang memulai adalah Allah, yang memberhentikan adalah Allah. Allah yang menciptakan, Allah yang akan menggenapi, sehingga sejarah mempunyai titik akhir. Ketika Yesus datang kembali, dunia kiamat. Ketika waktu sudah berhenti, sejarah tidak ada lagi, karena yang memulai adalah Allah, yang mengakhiri adalah Allah. Hanya Allah sendiri yang melampaui titik permulaan, karena sebelum segala sesuatu ada, sebelum titik Alfa ditetapkan, Ia telah ada, dan ketika Ia telah mengakhiri segala sesuatu dalam sejarah, Ia tetap ada. Jadi kekekalan sebelum mulainya sejarah dan kekekalan setelah berhentinya sejarah, ada di dalam diri Allah. 

Mari kita memikirkan dua macam konsep kekekalan, kekekalan sebelum waktu dan kekekalan setelah waktu berakhir. Kekekalan tidak dapat dipisah. Jika kekekalan dipisah, itu menjadi satu macam kesenjangan antara sebelum mulainya waktu, satu macam lagi setelah selesainya waktu, akan ada kekekalan yang mempunyai titik awal dan akhir tetapi bukan kekekalan. Yang disebut kekekalan tidak mungkin dipatahkan menjadi dua. Alkitab berkata, “Dari kekal sampai kekal,” di mana tersirat tidak ada dua bagian kekekalan, melainkan ada kesinambungan yang tidak terpatahkan, tidak terputus, keadaan yang menyeluruh dari kekal sampai kekal; itu adalah eksistensi Tuhan. Sebelum mulainya waktu ada kekekalan Tuhan, setelah selesai waktu tetap ada kekekalan Tuhan. Sebelum dunia dimulai, Allah sudah ada, setelah dunia selesai, Allah masih ada. Maka, tidak ada dua bagian kekekalan yang dipisahkan oleh waktu yang dicipta, yang berada di tengah kekekalan bagian pertama dan kedua. Sebelum dunia diciptakan, Allah ada, setelah dunia kiamat, Allah masih ada. Menurut pikiran dan cara hitungan manusia, seolah waktu terpisah di dalam kekekalan yang sebelum dan kekekalan yang sesudah, di tengahnya ada waktu yang diciptakan Tuhan dengan ada permulaan dan akhir. Tetapi Tuhan sendiri berbeda, Tuhan bukan di dalam ciptaan. 

Tuhan berada dari kekal sampai kekal di dalam kekekalan transenden. Dalam kekekalan, Tuhan melampaui semua karya ciptaan Tuhan. Tuhan menentukan dekret bahwa Tuhan mau menciptakan, maka Tuhan menciptakan waktu yang ada permulaan dan akhir untuk manusia. Ada permulaan karena Allah yang memulai, dan ada akhir karena Allah yang mengakhiri. Allah yang transenden (melampaui segala sesuatu) adalah Allah yang melampaui awal dan akhir. Tuhan menciptakan Alfa dan Omega untuk kita, tetapi Dia tidak di dalam ciptaan, Dia tidak perlu dibatasi dalam ciptaan. Maka, Allah menguasai Alfa dan Omega, tetapi Allah tidak di dalam Alfa dan Omega. Allah melampaui Alfa dan Omega, Allah tidak dipengaruhi oleh Alfa dan Omega. Allah berada dari kekal sampai kekal, lalu menciptakan manusia, membuat semua ciptaan berada dalam titik permulaan, sampai titik akhir menjadi tidak ada karena kembali kepada Dia. Allah yang kekal berada di atas kekal, di atas segala yang mempunyai awal dan akhir. 

Manusia berada dalam ciptaan, diberikan titik awal dan akhir, lahir dan mati. Ketika dilahirkan, seseorang mulai ada, ketika mati ia tidak ada lagi. Yang disebut ada dan tidak ada adalah wilayah daging. Secara daging kita lahir ke dunia, ketika mati kita dikubur. Kita baru ada setelah dilahirkan, menjadi tidak ada setelah mati. Setelah lahir, baru hidup di dunia, setelah mati, keluar dari dunia ini, masuk ke dalam dunia akhirat. Ada titik awal dan titik akhir. Kita manusia yang lahir dan mati. Tetapi Allah tidak terpengaruh karena Dia berada di dalam kekekalan. Kekekalan Allah tidak bisa dipisah menjadi sebelum adanya waktu dan setelah berhentinya waktu. Kekekalan Allah bersatu di dalam kesinambungan Allah, dari kekal sampai kekal. Itulah induk kekekalan yang asli. Kita baru ada ketika Tuhan menaruh kekekalan di dalam diri kita, kita terus ada karena tidak mungkin menjadi tidak ada lagi. 

Manusia penting karena diberikan hak istimewa untuk ada selamanya. Tetapi hak istimewa “ada selamanya” jika ia tidak berada dalam Kristus akan kasihan sekali, karena ia tidak memiliki Tuhan, ia hidup kafir, hidup tanpa Allah dan pengharapan, hidup di dunia tidak mempunyai kesinambungan selamanya seperti yang Tuhan janjikan. Orang dunia setelah mati tidak tahu ke mana, mereka pikir pokoknya hidup enak di dunia, setelah mati tutup mata, tidak mengerti apa-apa. Tetapi orang Kristen tidak demikian. Orang Kristen mempunyai hidup kekal ketika menerima Yesus, sehingga tidak mungkin berhenti ketika napasmu berhenti, ketika engkau masuk kuburan. Karena yang masuk kuburan adalah tubuh jasmaniah, hidup yang sementara. Ketika seseorang menerima Yesus sebagai Juruselamat, kepadanya diberikan hidup kekal, sehingga hidup kekal berada di dalam hidup sementara di dalam tubuh untuk dapat menikmati penyertaan Allah yang kekal. 

Kita hidup sementara di dalam tubuh yang perlu makanan, namun dapat berharap kepada Allah dan janji-Nya yang kekal. Hidup kekal bukan dimulai setelah mati. Hidup kekal dimulai sejak menerima Yesus sebagai Juruselamat. Dengan demikian, engkau bukan hidup di dalam kesia-siaan tetapi di dalam pengharapan, dan pengharapan keluar dari kekekalan, engkau yang diciptakan menuju kekekalan Allah. Inilah pengharapan yang mengaitkan hidup sementara dengan hidup kekal. Ketika masih di dunia ini, kita sudah menikmati kekekalan Tuhan dan menikmati penggenapan janji-Nya yang kekal. Roh Kudus memberikan hidup kekal ketika seseorang menerima Tuhan Yesus dan hal itu akan berfungsi terus sampai mati. Tuhan menjanjikan hidup kekal, sehingga ketika hidup saya sudah selesai di dunia ini, saya akan menikmati penyertaan Tuhan untuk selamanya dan tidak berpisah lagi. 

Dalam 1 Yohanes 2:17 tertulis, “Dunia dan segala nafsu yang berada di dalamnya akan lewat, hanya mereka yang menjalankan kehendak Allah akan kekal selamanya.” Saat itu kita bersatu dengan Tuhan yang di dalam diri-Nya. Orang Kristen jangan kecewa, orang Kristen bukan orang yang tidak mempunyai pengharapan. Orang yang berpengharapan dalam Kristus mengetahui bahwa yang dijanjikan Allah adalah sungguh dan akan diwujudkan, sehingga tidak perlu kecewa dan putus asa. Kita dapat berpegang teguh pada apa yang dijanjikan. Kerajaan yang dijanjikan pasti datang seperti yang tertulis di 1 Yohanes dan 1 Petrus. Surat 2 Petrus berkata, “Kita mengharapkan langit baru dan bumi baru.” Di dalamnya terisi dikaiosune. Istilah dikaiosune dalam bahasa Yunani berarti kebenaran Tuhan. Ketika bumi baru dan langit baru turun ke dunia, di dalamnya hanya ada satu prinsip yaitu kebenaran. Berbeda dengan dunia yang penuh penyelewengan, penipuan, kecurangan, dan ketidakjujuran. Kerajaan Allah ketika datang hanya membawa satu prinsip, yaitu dikaiosune, menjalankan semua hal menurut keadilan dan kebenaran-Nya. Inilah yang dijanjikan Tuhan di dalam Kristus yang akan datang, inilah yang kita imani di dalam Yesus. Engkau bukan berharap kosong, tetapi sesuatu yang berisi, akan dilengkapi, diwujudkan menjadi fakta oleh Tuhan, karena Kristus akan datang kembali. Mungkin sekarang engkau menghadapi banyak hal yang tidak adil, yang mengecewakan, engkau sedih, putus asa, susah, dan sulit menemukan seseorang yang dapat mendengarkan keluhanmu, menemukan keadilan yang tidak beres di dunia ini, lalu ke mana mendapatkan solusinya? Tidak ada, kecuali kepada Tuhan. 

Kita percaya bahwa pada hari terakhir ketika Yesus datang kembali, ketika Kerajaan-Nya dinyatakan, ketika bumi baru dan langit baru dihadirkan, segala sesuatu akan diselesaikan. Sebelum mengharapkan semua datang pada akhir zaman, mari melaksanakan tugas sebagai orang percaya, menjalankan keadilan semaksimal mungkin dalam dirimu sendiri. Engkau yang mengharapkan Tuhan akan menjadi pengharapan bagi orang lain. Jika Kristus mengisi dan menggenapi semua pengharapan kita, mari mewakili Kristus, kita yang diciptakan menurut peta teladan Allah, menjadi pengharapan bagi orang lain. Orang Kristen mewujudkan apa yang kita harapkan dalam Tuhan menjadi representatif Tuhan di dalam dunia ini. Yang menjadi ayah ibu, lakukan keadilan untuk anakmu. Yang menjadi guru, profesor, lakukan kebenaran pada muridmu. Yang menjadi pedagang, pemimpin, pendeta, laksanakan kebenaran dan keadilan melalui tingkah lakumu, sehingga orang yang dipimpin ketika melihat engkau, dapat menuju pengertian kepada Tuhan. Kita yang berharap kepada Tuhan, jika orang melihat kita, mereka melihat wakil Tuhan; jika orang mengenal kita, mereka mengenal ini peta teladan Allah. Kiranya Tuhan menjadikan kita orang yang berharap pada Tuhan dan menjadi orang yang boleh diharapkan dan dipercaya orang lain. Amin. 

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-18-pengharapan-2#hal-3