Sebelumnya…

Orang Kristen mempunyai iman karena orang Kristen diberi kunci oleh Tuhan untuk membuka gudang, menikmati apa yang sudah disiapkan Tuhan bagi kita. Satu contoh yang baik di antara para pendeta GRII adalah almarhum Pdt. Amin Tjung yang suka mengabarkan Injil dan memberikan buku kepada orang lain. Pdt. Amin Tjung jika memiliki uang lebih, ia akan membeli buku lalu diberikan ke majelis dan menyuruh mereka membacanya. Pdt. Amin Tjung bukan orang yang mampu, hidupnya pun sudah tidak ada lagi karena telah dipanggil Tuhan, tetapi anaknya dapat bersekolah ke luar negeri. Lita, istrinya, bukan orang kaya, tetapi karena anak mereka pintar, setiap kali mendapat summa cum laude, maka mendapat beasiswa, tidak perlu membayar uang sekolah. Nyonya Amin Tjung menjadi seorang janda yang tidak takut anaknya tidak sekolah. Anaknya dapat bersekolah dengan baik, mendapat beasiswa. Dan bukan beasiswa saja, tetapi juga mendapat uang saku. Inilah contoh bagaimana iman yang sejati menghasilkan kelebihan dalam biaya hidup. Tuhan terus memberkati gereja ini. Berapa banyak pendeta yang tidak beres, bermabuk-mabukan, berzinah, dan anaknya rusak. Mungkin engkau mengatakan bahwa pendeta GRII bodoh, karena mereka sebenarnya pandai tetapi tidak mau mencari uang; mau menjadi pendeta sehingga akhirnya hidup miskin. Jangan engkau menganggap pendeta di sini miskin. Mereka kaya, bukan kaya harta, bukan kaya uang, tetapi kaya iman, kaya rohani, kaya kebijaksanaan dari sorga. 

Saya bertemu seorang anak yang berumur 10 tahun. Anak ini bahasa Mandarinnya bagus luar biasa. Logatnya Beijing padahal lahirnya di Jakarta. Dia tidak bersekolah ke luar negeri atau di sekolah yang mahal. Ia bisa berbahasa Mandarin dengan baik karena ada mahasiswa theologi Mandarin yang mengajarnya. Saya berbicara dengan ayah anak ini. Dia yang mengajar anaknya. Dia tidak menyekolahkan anaknya karena keluarga ini miskin. Ia mengatakan, “Belasan tahun yang lalu saya mendengar khotbah Pak Tong, lalu saya bertobat. Saya bertobat dari berdagang yang curang. Dahulu saya berdagang selalu menipu, selalu memakai cara yang tidak baik, sehingga untungnya banyak sekali. Saya menjadi kaya, istri saya juga kaya. Kami berdua sama-sama dagang dan kaya karena memakai cara curang. Tetapi setelah mendengar khotbah Pak Tong, saya ditegur oleh Roh Kudus. Saya berhenti, tidak lagi tidak jujur, akhirnya saya menjadi miskin.” Lalu saya bertanya, “Lalu istri bagaimana?” Dia menjawab, “Istri tidak mau ikut. Ia bilang dagang ya dagang, gak usah pikir banyak tentang iman Kristen, kejujuran, dan kesucian. Kalau miskin, bagaimana bisa hidup?” Istrinya sampai sekarang masih berdagang sendiri, berpisah dari suaminya. Dia sendiri membesarkan anaknya yang berumur 10 tahun ini. Anak ini sekarang bahasa Mandarinnya sangat pintar dan indah sekali. Saya bertanya kepada anak ini.

Pak Tong:   Di mana mamamu?

Anak:   Saya injili dia tidak mau. 

Pak Tong:   Kenapa mama tidak mau?

Anak:   Saya tidak tahu. Pak Tong tanya mama sendiri. Saya tidak tahu alasannya. Saya hanya injili, ia tidak mau. Akhirnya saya ikut papa ke sini.

Pak Tong:   Kamu ikut kebaktian di mana?

Anak:   Setiap pagi ikut bahasa Mandarin di Kemayoran, sesudah itu jam sepuluh ke PIK dengar khotbah bahasa Mandarin. Sore ikut lagi kebaktian di Kelapa Gading.

Anak umur 10 tahun ini, satu minggu ikut tiga kali kebaktian, lalu hari Kamis ikut kebaktian doa. Di dalam kebaktian doa, semua orang dewasa, hanya ia sendiri anak umur 10 tahun duduk di situ mendengar khotbah. Saya doakan supaya anak ini besok menjadi orang penting di gereja. 

Pak Tong:   Engkau mau menjadi pendeta?

Anak:   Tidak mau, mama tidak percaya, saya juga tidak mau jadi pendeta.

Pak Tong:   Kalau Tuhan yang panggil?

Anak:   Itu lain lagi kalau Tuhan yang panggil.

Pak Tong:   Baik-baik doa ya, kalau Tuhan panggil, engkau jadi pendeta.

Anak:   Iya. 

Anak ini juga mengatakan satu hal yang membuat saya kaget setengah mati, ia bertanya kepada papanya.

Anak:   Tuhan Yesus cinta anak-anak?

Papa:   Oh iya dong, Tuhan cinta anak-anak.

Anak:   Pendeta cinta anak-anak?

Papa:   Ya, ada yang cinta.

Anak:   Kenapa ada yang tidak? (catatan: Dia mulai menuntut) Pendeta-pendeta di GRII sudah diselamatkan belum?

Papa:   Ya sudah dong, masak tidak diselamatkan?

Anak:   Saya kira belum tentu, lo.

Papa:   (terkejut) Mengapa tidak tentu?

Anak:   Karena menurut Alkitab, Yesus cinta anak-anak. Lalu orang yang diperanakkan, pasti ikut Yesus cinta anak-anak. Tetapi pendeta GRII ada yang tidak cinta anak-anak. Apakah mereka sudah diselamatkan?

Papa:   (terkejut) Kenapa engkau ngomong begini?

Anak:   Karena mereka tidak cinta anak-anak.

Papa:   Kamu kok tahu kalau pendeta-pendeta tidak cinta anak-anak?

Anak:   Saya dekati satu-satu mau lihat reaksi mereka. Ada yang tidak gubris saya, saya tanya tidak dijawab, kecuali Stephen Tong dan Ivan Kristiono, kalau saya ngomong dijawab. Saya kira dua orang ini sudah diselamatkan, yang lain belum tentu.

Saya terkejut luar biasa. Dalam rapat dosen, saya membicarakan hal ini, “Tahukah engkau, ada anak umur 10 tahun yang meragukan engkau sudah diselamatkan atau belum?” Mereka juga terkejut. “Karena dia merasa engkau kurang cinta.” Cinta bukan dengan perkataan ‘Aku cinta’ sementara yang dicintai merasa tidak dicintai. Jika engkau mengatakan, “Saya cinta istriku,” tetapi istrimu tidak merasa, engkau gagal. Jika engkau sangat memperhatikan keluarga, tetapi keluargamu tidak merasa diperhatikan, engkau gagal. Engkau merasa saya sudah mencintai keluarga, saya sudah memberikan uang yang cukup, tetapi yang dicintai tidak merasa dicintai, maka engkau harus mengoreksi diri sendiri. 

Anak umur 10 tahun kadang-kadang dapat dipakai Tuhan untuk memberi pewahyuan baru kepada kita. Anak kecil kadang-kadang dipakai Tuhan untuk menegur kekurangan kita. Beberapa waktu ini saya sangat memikirkan hal ini, benarkah hamba-hamba Tuhan sudah diperanakkan? Saya percaya sudah, tetapi mengapa anak kecil itu merasa kurang dicintai oleh hamba Tuhan? Karena kita mengira kita sudah cukup mempunyai cinta, tetapi bagi anak ini tidak cukup. Apakah Tuhan memakai anak ini untuk membuat kebangunan rohani di antara pendeta kita? Kebangunan rohani tidak tentu harus dari revivalist, kebangunan rohani kadang-kadang bisa dari anak kecil. Kadang-kadang orang tua tidak tahu salahnya mereka di mana. 

Seorang ayah berkata kepada anaknya, “Papa mau tidur, tetapi nanti kalau ada orang cari Papa, jangan bilang Papa tidur, bilang Papa tidak ada.” Anak menjawab, “Ya, Pa.” Pokoknya taat sama papa. Anak kecil, ia taat sama papa, apalagi ajaran Alkitab ‘Taatilah orang tuamu’, lalu ia bermain-main di luar. Mendadak ada orang datang, orang itu adalah orang yang pernah meminjamkan uang kepada papanya dan sekarang mau menagih. Ketika orang itu datang dan bertanya, “Papa ada?” Anak ini menjawab, “Papa ada, tetapi ia bilang harus beri tahu tamu bahwa ia keluar, sedang tidak ada.” Orang itu langsung tertawa, tahu bahwa ayah itu bohong. Jangan kira kamu dapat mendidik anakmu sesuai apa yang kamu inginkan. Anak dididik dengan apa yang kamu mau, tetapi setan dapat memakai cara lain membuat didikanmu gagal. 

Anak mulai berani berbohong karena yang mendidik adalah ayahnya. Kadang-kadang Tuhan memakai anak-anak untuk membongkar dosa kita. Kadang-kadang Tuhan memakai anak-anak untuk mencerminkan tipuan, kepalsuan, dan kemunafikan kita, sehingga kita harus belajar dari anak-anak. Seperti pada saat kita melihat cermin, kita melihat kenajisan diri sendiri. Pada saat kita melihat cermin, kita mengetahui kelemahan diri sendiri. Namun, setelah kita melihat cermin, bukan memecahkan cermin, bukan membenci cermin, tetapi kita harus mengoreksi diri. Iman adalah peristirahatan rohani, iman adalah arah rohani, iman adalah visi rohani, iman adalah pegangan rohani, dan iman adalah kunci rohani. Tuhan memberikan kunci tersebut kepada orang Kristen. Setiap orang beriman yang dicintai Tuhan diberi kunci untuk membuka rahasia, untuk membongkar lemari, untuk membuka tabungan yang menyimpan semua anugerah Tuhan yang disediakan bagi kita. 

Saya ingin bertanya: Apakah engkau menikmati kelimpahan (bukan kelimpahan uang tetapi kelimpahan anugerah Tuhan)? Apakah engkau membuka rahasia Tuhan (bukan mendapat kekayaan dalam keuangan tetapi kekayaan dari kebenaran Tuhan)? Saya bersyukur kepada Tuhan, seumur hidup dengan kunci iman saya terus membuka pintu, terus membongkar rahasia Alkitab, sehingga arti yang terdalam di Alkitab dibongkar terus tidak habis-habisnya. Perjuangan pelayanan berpuluh-puluh tahun adalah karena kebenaran Tuhan dalam firman-Nya berada dalam tabungan yang besar, yang menunggu kita bongkar. Marilah kita dipakai Tuhan untuk setiap waktu dapat mengeluarkan rahasia, mengeluarkan segala tabungan, mengeluarkan harta karun yang tersembunyi oleh Allah di dalam perbendaharaan-Nya dengan kunci rohani, yaitu iman kita. Dengan demikian, kita bisa menjadi pembawa dan pembagi kekayaan Allah secara limpah kepada banyak orang. Amin. 

Sumber : https://www.buletinpillar.org/artikel/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-14-doktrin-iman#