Charlemagne adalah seorang penguasa abad pertengahan yang menguasai sebagain besar Eropa Barat dari 768 hingga 814 Masehi. Charlemagne, juga dikenal sebagai Karel Yang Agung, pada 771 menjadi raja dari kaum Franka, yang sekarang adalah suku Jermanik, yang berada di Belgia, Perancis, Luksemburg, Belanda, dan Jerman Barat. Di bawah kekuasaannya, ia memulai misi untuk menyatukan semua orang Jerman ke dalam satu kerajaan, dan mengubah rakyatnya menjadi Kristen, seperti disebut dalam catatan biografi tokoh dunia yang dilansir dari History.

Ia dikenal sebagai seorang ahli strategi militer yang terampil, yang menghabiskan sebagian besar masa pemerintahannya terlibat dalam peperangan untuk mencapai tujuannya. Pada 800, Paus Leo III (750-816) menobatkan Charlemagne sebagai kaisar Romawi. Dalam peran ini, dia mendorong Renaisans Karoling, yaitu kebangkitan budaya dan intelektual di Eropa. Ketika Charlemagne meninggal, kerajaannya telah meliputi sebagian besar Eropa Barat, dan agama Kristen telah tertanam di Barat secara luas.

Awal Kehidupan

Charlemagne lahir sekitar 742 Masehi, yang merupakan putra Bertrada dari Laon dan Pepin the Short. Pada 751 Masehi kemudian, ia menjadi raja kaum Franka. Sedikit yang diketahui tentang masa kanak-kanak dan latar belakang pendidikan dari penguasa masa depan Eropa Barat ini. Setelah kematian Pepin pada 768, kerajaan Frank terbagi antara Charlemagne dan adik laki-lakinya, Carloman (751-771).

Kedua saudara tersebut dikisahkan memiliki hubungan yang tegang. Setelah kematian Carloman pada 771, Charlemagne menjadi satu-satunya penguasa Frankonia.

Perluas Kerajaan

Setelah berkuasa, Charlemagne berusaha menyatukan semua orang Jerman menjadi satu kerajaan, dan mengubah rakyatnya menjadi Kristen. Untuk menjalankan misi ini, dia menghabiskan sebagian besar masa pemerintahannya terlibat dalam kampanye militer. Segera setelah menjadi raja, ia menaklukkan Lombard (sekarang Italia utara), Avar (di Austria dan Hongaria modern), dan Bavaria.

Charlemagne mengobarkan serangkaian pertempuran berdarah selama 3 dekade melawan Saxon, suku penyembah berhala Jerman. Tindakannya itu membuat ia memiliki reputasi sebagai orang yang kejam. Pada 782, Charlemagne dilaporkan memerintahkan pembantaian sekitar 4.500 orang Saxon, yang kemudian dikenang sebagai peristiwa Pembantaian Verden. Dia akhirnya memaksa Saxon untuk masuk Kristen, dan menyatakan bahwa siapa pun yang tidak dibaptis atau mengikuti tradisi Kristen akan dihukum mati.

Kehidupan Pribadi

Dalam kehidupan pribadinya, Charlemagne memiliki banyak istri dan simpanan wanita. Diperkirakan ia memiliki sekitar 18 anak. Namun, dilaporkan bahwa ia adalah ayah yang penyayang dan peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Ada catatan dalam sejarahnya, bahwa karena sangat mencintai putri-putrinya, ia sampai melarang mereka menikah selama dia masih hidup.

Einhard (775-840 Masehi), seorang sarjana Franka dan sezaman dengan Charlemagne, adalah penuli biografi kaisar setelah kematiannya. Dalam karyanya, berjudul “Vita Karoli Magni” yang artinya “Kehidupan Charles Agung”, Einhard menggambarkan sosok Charlemagne adalah orang dengan “tubuh yang kuat dan sangat tinggi, melebihi ukuran normal…

Penampilannya mengesankan baik dia duduk atau berdiri, meskipun memiliki leher yang gemuk dan terlalu pendek, serta perut yang besar.”

Charlemagne Sebagai Kaisar

Sebagai kaisar yang memperluas penyebaran Kristen, Charlemagne memberikan uang dan tanah kepada gereja Kristen dan melindungi para paus. Sebagai cara untuk mengakui kekuatan Charlemagne dan memperkuat hubungannya dengan gereja, Paus Leo III menobatkan Charlemagne sebagai kaisar Romawi pada 25 Desember 800, di Basilika Santo Petrus di Roma.

Sebagai kaisar, Charlemagne terbukti menjadi diplomat yang berbakat dan administrator yang cakap di wilayah luas yang dikuasainya. Dia menekankan pentingnya pendidikan dan mendorong Renaisans Karoling, periode penekanan baru pada beasiswa pendidikan dan budaya. Dia melembagakan reformasi bidang ekonomi dan agama, sebagai cikal bakal lahirnya Minuskul Karoling, bentuk standar tulisan yang kemudian menjadi dasar untuk huruf cetak Eropa modern.

Charlemagne memerintah kerajaannya dari sejumlah kota dan istana, tapi sering kali ia menghabiskan waktu di istana di Aachen, di mana di sana juga berdiri sekolah yang memiliki guru terbaik dari seluruh negeri. Selain terdapat sekolah di sana, Aachen memiliki daya tarik khusus untuk Charlemagne, karena terdapat mata air hangat terapeutik. Selain soal pendidikan, Charlemagne tertarik pada kegiatan atletik. Dia menikmati berburu, menunggang kuda, dan berenang.

Akhir Riwayat

Menurut Einhard, akhir riwayat Charlemagne mengalami gangguan kesehatan selama 4 tahun. Disebutkan dia sering menderita demam dan lemas. Namun, seperti yang dicatat oleh penulis biografi, “Bahkan saat ini…dia mengikuti pendapatnya sendiri dari pada nasihat dari para dokter, yang hampir dia benci, karena mereka menyarankan untuk berhenti makan daging panggang yang dia cintai”.

Pada 813 Masehi, Charlemagne menobatkan putranya Louis the Pious (778-840) menjadi seorang raja Aquitaine, sebagai wakil kaisar. Louis menjadi kaisar tunggal ketika Charlemagne meninggal pada Januari 814 Masehi, mengakhiri pemerintahannya selama lebih dari 4 dekade. Charlemagne dimakamkan di katedral di Aachen. Pada saat kematian Charlemagne, kerajaannya meliputi sebagian besar Eropa Barat. Dalam dekade berikutnya, kerajaannya terbagi di antara ahli warisnya. Pada akhir 800-an, kerajaan itu runtuh.

Pada 1165, di bawah Kaisar Frederick Barbarossa (1122-1190), penguasa abad pertengahan tesebut dinobatkan sebagai santo karena alasan politik. Namun, pihak gereja saat ini tidak mengakui kesuciannya.

Sumber : https://internasional.kompas.com/read/2021/04/24/083523170/biografi-tokoh-dunia