Orang yang menjadi hamba Tuhan, tidak dapat bertujuan jadi orang kaya, berpangkat tinggi, maupun mencari kenikmatan besar dalam dunia ini. Tetapi seberapa penting jabatan hamba Tuhan dalam masyarakat? Pada sensus yang diadakan tahun 1905 di Amerika, jabatan pendeta menduduki peringkat terpenting ke-5. Namun turun menjadi ke-64 dalam komunitas, setelah 80 tahun. Juga hasil riset honor pendeta, pada tahun 1980-an, menduduki peringkat belasan. Namun sekarang turun hingga peringkat ke-74. Artinya, orang zaman sekarang sudah tidak terlalu menghormati jabatan hamba Tuhan.

Orang Amerika pada permulaan abad ke-20 sangat menghargai pendeta, karena mutu, moral, pengetahuan, ajaran dan teladannya sangat tinggi. Tetapi selama 120 tahun belakangan, Amerika dilanda liberalisme. Gereja mendirikan Bible church dan divinity school. Bible church menghasilkan orang-orang yang iman dan moralnya kuat, tetapi pengetahuannya menurun, sedangkan yang dari divinity school pengetahuannya tinggi, tetapi iman dan moralnya mulai hancur.

Perubahan yang terjadi di Amerika, berbeda dengan yang di Indonesia. Pendeta pertama di Indonesia adalah pendeta Belanda. Masyarakat menghormati mereka, bukan karena moral mereka, melainkan karena posisi mereka dalam pemerintahan. Setelah merdeka, pendeta tidak tahu harus sekolah teologi di mana. Tidak ada sekolah tinggi yang cukup akademik di Indonesia, sedangkan kesempatan dan kualifikasi yang cukup untuk belajar di Belanda sedikit sekali. Banyak hamba Tuhan, yang hanya mengandalkan keyakinan, bahwa dia dipanggil menjadi hamba Tuhan, padahal tidak mengerti teologi, sehingga kerohanian merosot, pengetahuan akademik kurang bermutu, karakter asal-asalan, dan moralnya mengikuti zaman. Selain itu, banyak sekolah teologi di Indonesia mulai dikorupsi paham liberalisme. Pemimpin gereja di Indonesia, yang dulunya sombong karena ada pangkat di pemerintahan Belanda, perlahan: roboh, rontok, luntur dan hampir tidak ada mutunya.

Dalil panggilan dan pilihan, yang kita terima dari Alkitab, adalah: “Yang dipanggil banyak, yang dipilih sedikit”. Di dalam dua kalimat ini, Yesus Kristus membagikan perbedaan antara: panggilan, pilihan, dan yang dipilih lebih sedikit dari pada yang dipanggil. Sedikit yang menjadi hamba Tuhan atau pendeta, namun jauh lebih langka, hamba Tuhan yang baik. Ini merupakan pimpinan dan kehendak Tuhan, yang sangat berlawanan dengan konsep orang biasa. Cara Tuhan: menyaring, memanggil, dan memilih yang bermutu, berlainan dengan apa, yang kita sanggup lakukan. Kita percayakan dalam tangan Tuhan, agar visible church menggenapi rencana Tuhan bagi invisible church, yang dipilih oleh Tuhan.

Hamba Tuhan harus: menerima panggilan, konsisten taat sampai akhir hidup, pada panggilan yang dari Tuhan. Kalau panggilan itu begitu penting, benarkah manusia mungkin mengetahui panggilan ini? Apakah ada orang yang dipanggil, tetapi tidak menyangkanya? Adakah orang yang dipakai, tetapi tidak sadar? Ada, namun Tuhan tidak akan mengizinkan orang itu tidak sadar sampai mati. Tuhan akan memimpin masuk ke dalam kesadaran, sehingga semakin lama, semakin jelas dan terbeban. Lalu akhirnya merespons, mengabdi, dan berjanji akan seterusnya setia kepada Tuhan sampai mati. Ini pasti.

Pertanyaan selanjutnya: Apakah sebabnya Tuhan memperbolehkan sebagian orang tidak atau belum menyadari panggilan-Nya? Manusia tidak dapat mengetahui waktu Tuhan dengan tepat, tetapi saatnya Tuhan tidak pernah salah. Ada yang dipanggil ketika sudah berumur, ada yang masih muda. Petrus dipanggil setelah berkeluarga, sedangkan Yohanes dipanggil ketika ia masih remaja. Terkadang Tuhan menyadarkan dengan cepat, tetapi kadang sedikit demi sedikit dan lama. Jikalau Tuhan memanggil, Tuhan akan memaparkan kehendak-Nya, sehingga engkau lambat laun semakin jelas akan panggilan-Nya. Dalam proses ini, kita harus memikul salib dan siap untuk taat sampai akhir.

Bagaimana kita tahu, bahwa Tuhan – yang tidak kelihatan itu – memanggil kita?

  • Kita ada satu beban, yang terus merangsang pikiran kita, terus menekan kemauan kita, dan mendorong keinginan kita untuk menjadi hamba Tuhan, meskipun kita tahu bahwa ini sulit dan tidak membawa keuntungan apa-apa. Kita coba terus menolak, tetapi beban itu terus datang tidak habis-habisnya sehingga kita sulit melarikan diri, sulit melupakan, sulit menolak. Tuhan juga pakai orang lain, khususnya yang berpengalaman hidup dan berjalan dengan Tuhan. Kita tidak boleh menghina hamba Tuhan, yang mempunyai pengalaman rohani, yang Tuhan akan bagikan kepada kita. Dalam Filipi 2:13 Alkitab berkata, kalau kemauan kita sudah diserahkan kepada Tuhan, maka kemauan Tuhan – yang lebih besar dari manusia – akan mengontrol kemauan kita. Kehendak Tuhan mengambil alih kehendak kita. Hal yang baik, yang kita tetapkan, adalah dari Roh Kudus, yang menetapkan untuk mempengaruhi penetapan kita. Prinsip tersebut sama seperti ketika Yesus berkata “Kalau boleh, lewatkanlah cawan ini daripada-Ku tetapi bukan menurut kehendak-Ku tetapi kehendak-Mu.” Banyak orang mengatakan, “Kalau boleh, saya tidak mau jadi pendeta.” Tetapi Tuhan punya kehendak untuk mengontrol kehendakmu. Apakah kita berani dan rela berdoa seperti Yesus? 
  • Kita sudah sadar dipanggil Tuhan, ada kemauan dan dorongan sehingga kita tidak bisa lari, namun tidak mau full-time. Kita yang menentukan sendiri untuk menjadi part-timer, dan Tuhan akan membuat hati kita tidak ada damai sejahtera. Tanda ini bukan suara, bukan mimpi, bukan pengalaman yang dahsyat, yang Tuhan pakai untuk membuat kita kaget, tetapi berupa prinsip dasar dan umum, yang berasal dari Alkitab. Prinsip ini tampak sangat biasa, sehingga mungkin tidak disadari, namun orang yang dipanggil, tidak akan bisa mengampuni diri sendiri jika tidak taat. Ini adalah cara Tuhan memberikan jawaban, yang paling stabil dan Alkitabiah. Kolose 3:15 Kita dipanggil, supaya diberikan damai sejahtera Kristus yang memerintah dalam hati kita. Kalau kita tidak memiliki damai sejahtera, itu karena kita mau melarikan diri, dan Tuhan memberikan kegelisahan dalam hati kita. Tuhan ingin kita menerima panggilan-Nya. Biarlah damai sejahtera Kristus memerintah di dalam hati kita.
  • Jika kita sudah mendengar panggilan, tetapi kita tetap tidak mau taat, Tuhan telah mencabut kesejahteraan, dan sentosa hati kita hilang, maka Tuhan akan pakai pukulan. Ibrani 12:6 Tuhan menyatakan: “Orang yang Kucintai pasti Kuhajar.” Itu sebabnya, kalau kita tetap tidak taat, pukulan akan datang dari Tuhan, dan itu adalah kesempatan terakhir, untuk kita taat kepada Tuhan. Pukulan tersebut terkadang dalam bentuk: penyakit, kecelakaan, patah hati, membuat kita merasa hidup/mati tidak bisa, hidup tidak berarti, selain taat dan memohon Tuhan untuk menerima kita kembali.

Tiga prinsip panggilan dari Kitab Suci: Pertama: Tidak mau, ingin lari. Kedua: Tidak lari, ingin part-time. Ketiga: sudah part-time, tetap tidak mau taat, dipukul Tuhan sampai kapok.

Sumber : Ringkot-Ret-Khus-10-Apr.pdf