Sebelumnya… 

Firman : Matius 5 : 38-42

Membaca ayat-ayat Matius 5 ini terasa aneh, mengapa ajaran Tuhan Yesus sepertinya melemahkan orang Kristen, seperti membiarkan diri dikerjain orang lain. Tetapi ini adalah prinsip etika yang melampaui ajaran agama, kebudayaan dan filsafat manapun sepanjang sejarah. Banyak konsep yang dibentuk dari tradisi, kebudayaan atau agama dan semuanya perlu dikoreksi Tuhan Yesus, karena tidak ada standard yang diketahui manusia sebelum inkarnasi Tuhan Yesus. Sebelum Tuhan Yesus ke dunia, manusia sudah mengerti beberapa dalil interpersonal relationship. Komunitas terdiri dari pribadi pribadi, setiap pribadi hidup dalam komunitas dan berelasi. 4000 tahun lalu di daerah Mesopotamia, sekitar 500 tahun sebelum zaman Abraham telah ada kebudayaan yang tinggi, hubungan bilateral yang erat, persahabatan dan juga perdagangan. Tetapi kadangkala timbul hubungan yang tidak beres dan tidak adil, maka perlu ada peraturan untuk mengikat kebebasan manusia yang sulit dikontrol. Dan ini menjadi permulaan dari etika sosial dalam sejarah.

Sebelum 10 hukum diturunkan oleh Tuhan melalui Musa dan diajarkan pada bangsa Israel, telah ada seorang raja dari Mesopotamia bernama Hammurabi yang mengumpulkan rakyatnya dan memberi perintah pada mereka, harus bagaimana menjadi manusia dalam berdagang, bergaul, dan berelasi. Perintah ini diukir di atas batu, dan batu tersebut disebut Hammurabi stone yang merupakan salah satu batu terpenting dalam sejarah yang ditemukan pada abad ke 19, dan sampai sekarang masih ada dalam kondisi baik. Di batu ini juga tertulis, mata ganti mata gigi ganti gigi, jadi konsep mata ganti mata gigi ganti gigi telah lama ada. Setiap orang mempunyai konsep keadilan dan tidak ingin diperlakukan dengan tidak adil. Konsep dasar setiap orang yang mempunyai hati nurani adalah keadilan. Jika terjadi ketidakadilan kita tidak bisa terima, sampai mati minta Tuhan membereskan ketidakadilan ini. Maka timbul pikiran jika di dunia ini keadilan tidak beres, jaksa dan hakim tidak adil, minta Tuhan yang menghukum mereka. Jika tetap tidak adil, berharap pada hari kiamat ada keadilan, ini adalah konsep eskatos, the final day, the final judgment. Konsep keadilan yang dimunculkan dengan mata ganti mata gigi ganti gigi telah menjadi prinsip hukum pada 4000 tahun lalu. Kalimat dari Hammurabi Stone ini tertulis dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, mata ganti mata, gigi ganti gigi. Tuhan Yesus berkata, engkau mendengar orang kuno berkata, mata ganti mata gigi ganti gigi. Tidak ada bangsa berbudaya yang tidak berbicara keadilan. Tidak ada negara yang tidak mempunyai pengadilan, karena pengadilan adalah tempat untuk melaksanakan dan mewujudkan keadilan, membuktikan manusia mempunyai konsep keadilan, tidak ada kebudayaan yang tidak bicara keadilan. Tetapi sampai hari ini konsep keadilan masih simpang siur. Maka mari kembali pada konsep yang diberikan oleh Yesus, salah satu hal yang dibereskan oleh Yesus adalah mengoreksi konsep keadilan. Agama Yahudi lebih kuno dari Kong Hu Cu, Taoisme, Hinduisme, Konfusianisme, Kristen, Katolik dan Islam tetapi konsep keadilan tidak ada perubahan, konsep keadilan orang Yahudi dan Islam sama, bagi mereka adil adalah balas dendam.

Zaman Tuhan Yesus keadilan yang berkonsep balas dendam telah berlangsung selama 2000 tahun sejak Hammurabi Stone. Tetapi Yesus berkata, kamu mendengar orang kuno berkata begini begini, tetapi Aku berkata kepadamu, harus begini, Yesus mengoreksi konsep keadilan mereka. Siapa yang dapat merubah konsep manusia? Merubah konsep manusia adalah tugas yang paling sulit. Dalam civilization and education tugas yang paling sulit adalah merubah konsep. Orang yang hidup di bawah bayang-bayang kebudayaan, selalu hidup dalam bayang-bayang tradisi yang mendarah daging dalam pikiran mereka. Maka orang yang memulai revolusi, harus berani mengorbankan dirinya. Orang yang berani menantang tradisi dan merubah konsep, harus bersedia mati. Mengapa Yesus dipaku di atas kayu salib? Apakah karena berzinah, berjudi, atau berdosa? Tidak. Karena Yesus berusaha merubah konsep manusia yang salah. Mengapa konsep yang dikatakan Yesus demikian mengagetkan dan membuat marah? Karena mereka tidak terima perkataan Yesus. Salah satu konsep yang dirubah oleh Yesus adalah ayat yang kita baca. Jika ada yang menampar pipi kananmu, berikan pipi kirimu. Jika ada yang mengambil bajumu, berikan juga jubahmu. Jika ada yang memaksa engkau berjalan satu mil, jalanlah dua mil. Jika ada yang meminta sesuatu atau meminjam darimu, tidak boleh ditolak. Empat hal ini berhubungan dengan kehidupan manusia, yaitu kehormatan pribadi, barang milik pribadi, kebebasan humanisme, dan harta benda. Kita perlu kehormatan, kemerdekaan, hak asasi dan hukum untuk menjaga dan menjamin apa yang kita miliki, ini adalah dasar dari hak asasi manusia. Manusia mempunyai hak hidup, makan dan pakaian, hak kebebasan berbicara, menerima pendidikan, menikah, berkarya dan bekerja, hak memiliki sesuatu yang tidak boleh dirampas orang lain tertulis dalam human right chapter united nations. Hak kepemilikan diambil dari hukum ke 10 hukum Musa, tidak boleh menginginkan istri orang lain atau kepunyaan orang lain. Buku yang ditulis oleh JJ Rousseau, Social Contract menimbulkan revolusi Perancis yang dianggap induk atau inspirasi revolusi seluruh dunia. Buku ini dimulai dengan kalimat, Every baby, every single man, are born with freedom.

Orang kulit hitam, kulit putih, bangsawan, pengemis, semua orang dilahirkan sama rata, manusia yang mempunyai kehormatan. Tetapi realitanya tidak ada kerataan dan keadilan di dalam masyarakat. Ada yang menjadi konglomerat karena lahir dari keluarga kaya, ada yang menjadi pengemis. Ada yang dijadikan budak, seumur hidup tidak mempunyai kebebasan. Ada yang dilahirkan dalam keluarga brutal, kemana-mana mengacau, mencuri, merampok, menindas, dan membuat kerusuhan. Bagian terakhir dari buku tersebut menulis, kecuali ada kerelaan dari orang yang mau tunduk pada limitasi, tidak ada orang yang berhak menindas orang lain untuk memaksakan kehendaknya. Buku ini menjadi salah satu buku yang sangat berpengaruh di dalam sejarah. Kita harus hidup dengan mengerti semua kebenaran dan Firman Tuhan menjelaskan mengapa Allah lebih tinggi dari kebudayaan. Mengapa di dunia banyak perbedaan? Mengapa ada orang yang satu tahun mendapat uang miliaran, mengapa supirmu satu bulan hanya mendapat tiga juta? Siapa yang menentukan ini? Apakah Tuhan? Bukan. Karena ada sistem masyarakat yang tidak beres dan perlu dirombak, maka perlu revolusi. Revolusi harus mempunyai tujuan, yaitu membahagiakan semua masyarakat. Bukan hanya membahagiakan orang kaya atau miskin, tetapi sama rata, inilah sosialisme yang dirombak menjadi komunisme.

Dalam komunisme semua orang disuruh kerja berat, tetapi yang menentukan nasib mereka pemerintah, dan dengan cara paksa bukan suka rela. Hak asasi manusia ditindas oleh komunisme. Karl Marx mempunyai seorang teman bernama Friedrich Engels seorang penulis buku, yang membongkar kejahatan dan ketidakadilan dalam masyarakat. Engels melihat begitu banyak kaum buruh yang ditindas, dipaksa bekerja berat untuk memperkaya orang kaya. Orang kaya sering berkata, “Saya menciptakan lapangan kerja.” Karl Marx dan Engels berkata, “Engkau bukan menciptakan lapangan kerja, tetapi memerah mereka seperti sapi dan kuda yang bekerja setengah mati sehingga engkau kaya.” Pandangan orang miskin melihat orang kaya berbeda dengan pandangan orang kaya melihat orang miskin. Orang kaya berkata, “Jika tidak ada pabrik saya, kamu tidak ada pekerjaan.” Karl Marx berkata, “Jika mereka tidak berkerja untuk kamu, kamu tidak akan kaya.” Jadi orang kaya memerlukan kaum buruh lebih besar dari kaum buruh memerlukan orang kaya.

Dalam interpersonal relationship ada satu dalil yang harus dijalankan di seluruh dunia, yaitu keadilan. Dalam komunisme, tidak boleh ada orang kaya atau miskin, harus sama rata. Cara sama ratanya dengan menyuruh orang kaya menolong orang miskin. Tetapi orang kaya jika sudah kaya tidak memikirkan orang miskin, pikir bagaimana lebih kaya. Jadi membuat orang kaya membantu orang miskin adalah omong kosong, bahkan agama tidak berkuasa dalam hal ini, tidak mudah merubah konsep manusia. If you do not show your true love, true kindness, true mercy, and true loving kindness to others, there’s no change of concept. Apakah Social Contract dapat dilakukan dengan baik? Tidak. Apakah revolusi Perancis dapat merubah dunia? Tidak. Apakah yang membuat dunia ini buruk? Manusia berdosa. Lalu bagaimana membuat dunia menjadi baik? Maka Yesus memberikan kalimat yang tidak pernah dikatakan oleh siapapun, yang melampaui pemikiran agama, budaya, pendidikan dan filsafat. Jika engkau tidak menemukan keunikan kekristenan yang melampaui semua agama, engkau sia-sia menjadi orang kristen di GRII ini. Tetapi jika sudah menemukan, harus belajar bagaimana menjalankannya. Richard Pratt berkata, Jesus is the only one holds nothing for Himself in His whole life. And He gives everything He has to us. Yesus tidak menerima, tidak menuntut, tidak merampas, tidak memiliki apapun dari dunia ini, tetapi Ia memberikan segalanya untuk dunia ini. Ketika Alexander the great atau Iskandar Agung melawan Persia, ia berkata, “Gerika pernah dianiaya oleh Persia, mari sekarang rampas kembali.” Iskandar Agung hidup 340 tahun sebelum Yesus, ia tidak mengerti cintailah musuhmu yang diajarkan Yesus. Ia melawan raja Darius II yang mempunyai tentara lima juta orang, seratus kali lebih banyak dari tentaranya. Orang-orang berkata padanya, “Kamu berani melawan dia?” Dan ia menjawab, “Saya berperang dengannya untuk memerdekakan orang yang dibelenggunya. Ia berperang untuk menciptakan budak, saya berperang untuk membebaskan budak, maka saya pasti menang.” Iskandar Agung adalah murid Aristotle, maka pengajaran filsuf ini mempengaruhinya sehingga Iskandar mempunyai konsep-konsep yang berbeda. Jika ia menang perang, semua emas, perak, mutiara, berlian diambil tetapi tidak untuk dirinya sendiri, dibagikan pada jendral-jendral di bawahnya, ia sendiri tidak ambil apa-apa. Ketika ditanya, “Apa yang engkau sisakan untuk dirimu?” Ia menjawab, “Aku menyisakan pengharapan untuk diriku, I leave nothing for myself but I leave one thing you don’t see. I leave hope in the future for myself.” Akhirnya Persia yang tentaranya lebih banyak kalah. Iskandar agung mempunyai kebencian dan balas dendam yang disebutnya keadilan. Orang Kristen jangan kira dapat hidup seenaknya, engkau akan diseterui oleh musuhmu, diperlakukan tidak adil oleh orang lain. Engkau sudah tahu, jika orang patahkan gigimu, patahkan giginya. Cungkil matamu, cungkil matanya. Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Tetapi Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, jangan melawan mereka yang membenci kamu, jangan menghadapi musuhmu dengan kebencian.” Lalu bagaimana jika ada orang yang ingin mencungkil matamu? Biarkan ia cungkil. Jika ingin mempatahkan gigimu, biar ia patahkan. Ini etika gila. Setelah membaca ini, Nietzsche berkata, “Etika orang kristen adalah etika budak.” Seolah-olah hak asasi orang kristen tidak ada. Manusia tidak boleh membela diri, melawan orang lain, harus memberikan bajunya untuk orang lain, dipaksa jalan, jalan lebih jauh lagi. Lalu dimana hak kita? Tetapi ajaran ini melampaui Islam, Yudaisme, Shintoisme, Konfusianisme dan semua etika tertinggi di manapun.

Di dunia ini ada konsep, jika saya hidup baik-baik, jangan ganggu saya. Jika engkau baik pada saya, saya juga baik pada engkau. Engkau jahat pada saya, saya akan lebih jahat darimu. Kita bukan hanya pernah mendengar hal ini bahkan kita pernah mengucapkannya. Maka Yesus bertanya, is that your ethic? Is that your moral standard? Is that your habit? Yesus memberikan empat hal. Pertama, jika ditampar, kasih tampar lagi. Ini adalah kehormatan manusia. Kedua, jika minta pakaianmu, berikan juga jubahmu. Ini mengenai properti. Kehormatan yang dilecehkan, properti diambil. Ketiga, kebebasan ditindas. Diminta jalan satu mil, tidak bisa lawan. Keempat, harta dan kepunyaanmu diambil, orang mau minta, orang mau pinjam, berikan. Empat hal ini menyangkut empat aspek hidup manusia, kehormatan, hak asasi, kebebasan, dan kepemilikan yang diganggu orang lain. Maksud Yesus dalam hal ini adalah hidup di dunia ini jangan hitung-hitungan akan apa yang engkau punya, harus melihat standard yang lebih dan mempunyai pengertian yang lebih jauh, harus melihat rencana Allah yang supra alamiah. Setiap agama, kebudayaan dan filsafat mempunyai standard moral masing-masing. Di Tiongkok ada dua orang yang dijunjung tinggi yaitu Kong Hu Cu dan Laozi yang menurunkan ajaran interpersonal relationship. Kong Hu Cu berkata, membalas kebencian dengan ketegasan. Membalas kebaikan dengan kebaikan. Jadi jika ada yang tidak baik padamu, harus tegas, jujur, dan berani, tetapi tidak membalas. Jika ada yang baik padamu, harus balas kebaikan dengan kebaikan. Laozi berkata, membalas kejahatan dengan kebaikan. Laozi mempunyai standard dan prinsip moral yang lebih tinggi dari Kong Hu Cu. Di dunia ini banyak orang suci yang dijunjung tinggi oleh agama dan kebudayaan, tetapi ajaran Tuhan Yesus melampaui ajaran Socrates, Aristotle, Plato, dan Confucius. Tidak ada agama yang lebih tinggi dari Laozi, tetapi Yesus lebih tinggi dari Laozi. Tampar pipi kanan beri pipi kiri, ini berbicara tentang kehormatan, bagaimana jika kehormatanmu diinjak musuhmu? Ketika orang jahat padamu, engkau juga jahat, berarti engkau sederajat moralnya dengan dia. Ketika ada orang yang membenci engkau, dan engkau juga membenci dia, berarti engkau menurunkan derajatmu menjadi sama dengan dia. Apakah Yesus pernah membalas? Tidak pernah. Kasus pertama, pukul pipi kanan beri pipi kiri, ini berarti engkau mempunyai kebajikan, sehingga ia kalah. Dia pukul, engkau kasih lagi. Jika seseorang tidak agung jiwanya, tidak mungkin tahan dilecehkan orang lain. Jika seseorang rohaninya kurang kuat, sedikit saja sudah marah. Tetapi orang yang rohaninya kuat, bagaimana dirangsang tetap tidak marah, tetap mempunyai kekuatan menjaga rohaninya. Ketika Yesus dipukul, Ia tidak berkata, silakan pukul lagi, maka kalimat ini tidak boleh diartikan secara harafiah. Ketika Yesus disangkal oleh Petrus, Ia tidak marah, hanya diam. Lalu ayam berkokok dua kali, dan Petrus ingat Yesus pernah berkata, “Sebelum ayam berkokok dua kali engkau menyangkal Aku tiga kali.” Ketika Petrus menyangkal pertama kali, Yesus diam. Kedua kali, Yesus diam. Ketiga kali, Yesus juga diam. Lalu ayam berkokok dan hati nurani Petrus mulai sadar, saya telah menyangkal Yesus. Jika orang tampar kamu, engkau langsung lawan, ia akan tampar lebih banyak. Tetapi jika orang tampar kamu, kamu kasih lagi, ia akan sadar. Pertobatan dimulai dari guilty feeling. Jika melewati batas, maka hati nuraninya akan menegur dirinya sendiri. Jika sudah terlalu banyak berdosa akan sadar dan muncul pertobatan, inilah yang dimaksud oleh Yesus. Jika ada orang jahat melakukan kejahatan, ia tidak sadar. Membuat ia sadar bukan dengan membalasnya, tetapi biarkan, ketika dosanya lebih banyak akan timbul guilty feeling dan mulai muncul pertobatan. Banyak orang yang tidak mengerti apa yang dituntut oleh Tuhan Yesus, yang dituntut yaitu kerohanianmu harus lebih dari orang lain. Jika orang pukul engkau, engkau pukul kembali, itu biasa dan dilakukan semua orang. Tetapi ketika ia melakukan kejahatan, engkau biarkan ia akan mengkeret sendiri dan engkau yang menang.

Kedua, minta pakaianmu berikan juga jubahmu, berarti engkau hidup tidak bersandarkan harta. Jika ada orang pinjam uangmu tidak bayar dan ambil barangmu, engkau tenang dulu, Tuhan yang akan membalasnya. Jika manusia membalas manusia, tidak akan habis-habis. Tidak pernah kejahatan dibalas dengan kejahatan lalu masalahnya selesai. Jika mengalah dan berdoa, kuasa Tuhan tiba. Ketika kecil saya pernah pukul kakak saya, dia pukul kembali. Mama saya berkata, “Besok kalau berkelahi lagi, janji dulu mau pukul berapa kali. Ayo janji, 50 cukup?” Lalu ia berkata lagi, “Sekarang hari ketiga janji lagi, berapa kali? 100 kali?” Hari ini ganti ya, jangan pukul saya 100, jangan pukul kamu 100, mari kita pukul diri sendiri 100 kali.” Ketika pukul diri sendiri, pukulan ketiga sudah tidak tega karena pukul diri sendiri, ini namanya interpersonal relationship. Semua manusia baik pribadi dengan
pribadi, sekolah dengan sekolah tawuran tidak habis-habis. Negara dengan negara, perang tidak habis-habis. Yesus berkata, berikan saja.

Pertama, kehormatanmu dilecehkan, engkau dipukul. Kedua, kepunyaanmu diambil. Ketiga, kebebasanmu ditindas. Keempat, hartamu diambil, bolehkah saya minta darimu? Berikan. Bolehkah saya pinjam uang? Pinjamkan. Menurut hukum Roma setiap orang Yudea di kerajaan Romawi harus membantu militer yang membawa barang berat dengan membawakan barangnya satu mil. Siapa yang menolak akan dibawa ke pengadilan. Jika sudah jalan satu mil maka tidak perlu berjalan lagi, sudah bebas dari kewajiban ini. Tetapi Yesus berkata, berjalanlah dua mil bukan karena terpaksa tetapi karena kerelaan. Etika kristen adalah etika aktif. Tadinya pasif, tetapi mau menolong orang lain, walaupun itu adalah musuhmu, itulah etika kemenangan. Jika engkau memberikan pertolongan pada mereka yang memerlukan, walaupun sesungguhnya engkau tidak wajib menolong mereka, itulah kemenangan rohanimu.

Ajaran Tuhan Yesus lebih tinggi dari siapapun. Orang Kristen membantu orang lain dengan suka rela karena kasih Kristus yang mendorong kita. Ketika Yesus dipaku di atas kayu salib, seorang tentara Romawi berkata, “Ini sungguh Anak Allah Yang Hidup.” Perampok mengakui Yesus adalah Raja Kerajaan Allah. Tentara Romawi mengakui Yesus adalah Anak Allah. Ini semua memberikan inspirasi bagaimana orang kristen memuliakan Allah. Jangan memakai standard moral manusia karena mereka saling hantam. Jika ada yang minta sesuatu padamu, beri lebih banyak. Engkau dipaksa jalan satu mil, jalan dua mil, akhirnya akan menggerakkan hati mereka. Ini berarti engkau merubah etika pasif menjadi etika aktif. Dari terpaksa menjadi rela. Dari dikalahkan hukum menjadi mengalahkan dan melampaui hukum. Maka Bapamu yang di surga akan dipermuliakan. Bukankah kekristenan itu indah? Bukankah ajaran Tuhan Yesus itu indah? Bukankah etika orang yang beriman pada Tuhan Yesus itu indah? Mari menjaga iman di dalam Tuhan Yesus, menjadi anak Tuhan yang baik. Mari berdoa. (ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah-SJ)

 

Sumber : https://www.rec-singapore.org/wp-content/uploads/2020/07/12Jul2020_STong.pdf