Sebelumnya…

Melihat dalam jiwa lebih penting daripada melihat dengan mata. Mendengar firman Tuhan dengan telinga dalam hati lebih penting daripada telingamu mendengar gosip yang tidak ada gunanya. Apa yang dilihat dari dalam lebih penting dari apa yang orang lain lihat dari luar. Apa yang saya lihat dipimpin Tuhan, itu lebih penting daripada apa yang mereka lihat dipimpin oleh setan. Mata yang terbuka mungkin menipu engkau, membawa engkau menuju jalan yang serong. Tetapi mata rohani yang tidak dibutakan Iblis membuat engkau mengerti jalan Tuhan yang terbaik.

Kalimat, “Saya tidak melihat maka saya tidak percaya,” mengandung kebohongan. Manusia tidak pernah melihat listrik tetapi percaya ada listrik. Manusia tidak pernah melihat angin tetapi percaya ada angin. Alkitab mengatakan, “Roh Kudus meniup, sehingga angin dari mana dan ke mana engkau tidak tahu; engkau juga tidak tahu Roh Kudus dari mana bekerjanya.” Tetapi orang yang melihat pekerjaan Roh Kudus mengetahui apa artinya mempunyai pengertian arah. Roh Kudus akan membawa ke mana ia melihat.

Iman adalah penglihatan rohani, visi rohani. Ketika hatimu melihat arah pimpinan Roh Kudus, meskipun mata tidak melihat, tidak masalah, karena yang menentukan beriman bukan penglihatan, tetapi iman yang menentukan penglihatan. Jika sudah percaya, barulah engkau melihat. Inilah ajaran Alkitab. Tuhan Yesus bertutur kepada Marta, “Marta, Marta, jikalau engkau beriman, engkau akan melihat kemuliaan Allah. Engkau akan melihat Lazarus bangkit.” Tuhan menentukan urutannya: iman dahulu baru melihat, bukan melihat dahulu baru beriman.

Banyak orang berdosa melawan Tuhan. Jika tidak melihat Tuhan, ia tidak mau percaya. Tuhan mengatakan, “Silakan mau mengeraskan hati, engkau akan binasa sendiri, karena engkau mau melawan urutan-Ku.” Beriman dahulu baru akan melihat kemuliaan Tuhan. Tetapi engkau berkata, “Beri saya melihat dahulu, baru saya mau percaya. Beri kanker saya sembuh dahulu, baru mau percaya. Beri yang mati bangkit dahulu, baru mau percaya.” Kalimat ini bukan saja salah, tetapi sangat bodoh. Alkitab juga membuktikan bahwa orang Yahudi yang melihat Lazarus mati dan bangkit tetap tidak beriman. Bukan saja mereka tidak jadi beriman, mereka malah berencana untuk membunuh Tuhan Yesus.

Urutan Tuhan berbeda dengan urutan manusia. Prinsip sorga berbeda dari prinsip manusia. Akibat dari melihat dengan akibat dari iman tidak boleh dibalik. Tuhan berkata, “Iman dahulu lalu engkau akan melihat kemuliaan Allah.” Orang berdosa berkata, “Lihat dahulu kemuliaan Allah, baru saya beriman.” Ada dua Lazarus dalam Alkitab. Satu Lazarus yang diharapkan bangkit tetapi tidak bangkit, yang dimohon oleh orang kaya kepada Abraham. Orang kaya ingin Lazarus bangkit lalu ke rumah saudara-saudaranya, dengan pemikiran pakai Lazarus yang sudah mati dan bangkit, nanti pasti mereka akan percaya. Abraham mengatakan, “Tidak, mereka mempunyai buku Musa tetapi tetap tidak mau percaya, maka meskipun ada orang mati yang bangkit dan menyatakan diri kepada mereka, mereka tetap tidak akan percaya.” Tuhan tetap pada prinsip-Nya dan tidak bisa kompromi. Tetapi Lazarus yang satu lagi betul-betul bangkit. Tidak ada mujizat yang lebih besar daripada membangkitkan orang yang sudah mati empat hari. Orang mati, di hari pertama tubuhnya masih baik, hari kedua sudah mulai membusuk, hari ketiga semua kulitnya sudah pecah dan dagingnya hancur, dan hari keempat sudah keluar ulat dan tidak mungkin dibangkitkan. Sengaja Tuhan Yesus datang di hari keempat karena Tuhan tahu itu mustahil. Tuhan Yesus sengaja menunggu empat hari. Lalu Yesus berkata, “Hai Lazarus, keluarlah.” Alkitab mengatakan orang mati itu keluar. Alkitab tidak menulis: Yesus mengatakan, “Orang mati keluar,” lalu Lazarus keluar. Andrew Gih mengatakan bahwa Yesus tidak boleh membalikkan kedua kalimat itu. Jika Yesus berkata, “Lazarus keluar,” yang keluar hanya satu orang yaitu Lazarus. Tetapi jika Yesus berkata, “Orang mati keluar,” semua orang mati akan keluar. Di sini kita belajar, ketika menyelamatkan, memberikan hidup, itu adalah soal pribadi. Engkau diselamatkan, tidak mungkin saat yang sama ibumu diselamatkan. Tuhan memanggil seorang pribadi demi pribadi, satu per satu diselamatkan, sesudah engkau menginjili orang lain. Ini adalah cara Tuhan.

Setelah melihat dengan mata sendiri kuasa Yesus membangkitkan, apakah percaya? Mereka mengatakan jika Yesus bisa membangkitkan orang mati, celaka, kebudayaan dan agama Yahudi bisa hancur. “Orang yang percaya agama saya bisa percaya kepada Yesus, maka Yesus harus mati.” Banyak orang mau orang Kristen mati karena iman Kristen akan mematikan agama mereka. Seorang theolog mengatakan, “Jika mereka tidak memusnahkan Yesus, Yesus akan memusnahkan kebudayaan mereka. Demi untuk memelihara kebudayaan mereka agar tetap ada, maka Yesus harus mati.” Mereka tidak peduli berapa besar, tidak peduli berapa berkuasa, tidak peduli apa mujizat yang Yesus lakukan, tidak peduli apa yang sudah mereka lihat, pokoknya Yesus harus mati. Jadi kalimat, “Jikalau saya sudah melihat, saya akan percaya,” adalah sebuah kebohongan dan penipuan.

Alkitab menelanjangi dan membongkar semua penipuan dan tipu muslihat manusia. Allah begitu dahsyat, seperti sinar X-ray yang menyoroti sampai ke dalam semua kepalsuan, tipu muslihat, kepura-puraan, dan kemunafikan manusia. Banyak orang pergi ke gereja hanya untuk mendengar musik yang ribut, yang menyenangkan kedagingan, tetapi di gereja saya tidak. Engkau mendengar musik yang bermutu, mendengar khotbah yang benar, dan mendengar theologi yang sesuai dengan Alkitab. Segala sesuatu di dalam dirimu yang tidak beres harus dibereskan, semua yang miring harus diluruskan, dan semua yang menyeleweng harus dikembalikan. Manusia sejati, jujur, dan tidak munafik hidup di hadapan Tuhan.

Orang Israel setelah melihat Lazarus bangkit dari kematian, mereka bukannya percaya, malah memutuskan untuk membunuh Yesus (Yoh. 11). Karena itu, ketika mengabarkan Injil, berapologetika, jangan engkau berpikir bahwa engkau perlu terima alasan mereka. “Aku tidak melihat maka tidak percaya,” itu kalimat yang tidak masuk akal dan tidak bisa dipercaya. Tidak mengalami maka tidak beriman, itu semua alasan untuk menipu Tuhan, untuk menutupi dosa, dan untuk menyembunyikan diri dari panggilan Tuhan.

Tuhan begitu keras terhadap orang berdosa. Tuhan tidak takut sorga akan kosong, tidak ada orang. Tuhan tetap memegang prinsip, “Engkau harus datang dengan jujur. Jika tidak, enyahlah engkau.” Maka engkau harus beriman dahulu. Iman adalah pegangan kepada hal yang tidak dilihat (Ibr. 11:1). Orang beriman memegang sesuatu yang belum ada, tetapi dia sudah melihatnya, karena iman adalah penglihatan rohani dan bukti dari yang diharapkan. Yang diharapkan belum datang, tetapi bukti ada di sini. Iman adalah bukti dari apa yang engkau harapkan dan iman adalah kepastian dari yang engkau lihat. Yang belum dilihat oleh mata tetapi sudah dilihat dengan iman, engkau pegang itu dengan teguh; walaupun belum datang tetap engkau harapkan, bukti sudah ada di depan. Alkitab mengatakan bahwa iman mendahului penglihatan. Iman lebih dari pikiran. Iman mendahului pengalaman. Iman mendahului bukti. Prinsip-prinsip seperti ini tidak ada dalam buku lain selain Alkitab.

Kitab Ibrani paling jelas menuliskan hal ini. Di dalam Ibrani 11:1-2, firman Tuhan lebih tinggi dari teori Einstein atau buku Mao Zedong. Mereka bisa mati, teori mereka bisa ditolak, tetapi firman Tuhan kekal selama-lamanya. Firaun mengalami kuasa Tuhan melihat sepuluh tulah, tetapi tetap tidak mau taat dan tetap mengejar orang Israel sampai ke tepi Laut Kolsom. Ia begitu kejam. Jika terus dikejar, orang Israel akan mati tenggelam dalam laut. Tetapi Tuhan mendengar mereka bersungut-sungut dan memerintahkan Musa mengatakan, “Engkau mendengar suara militer, suara deru pasukan Firaun dengan ribuan tentara, dengan segala pedang, pisau, panah, dan senjata yang begitu banyak, suara mereka begitu menakutkan. Tetapi dengarlah hai Israel, suara yang kaudengar hari ini adalah untuk terakhir kali. Tidak akan pernah engkau dengar lagi. Dengar, tetapi jangan takut, Tuhan adalah Tuhan yang memberikan iman kepada manusia.”

Mereka melihat ketidakmungkinan menjadi kemungkinan, melihat yang mustahil menjadi hak dan kuasa Tuhan untuk memberikan anugerah kepada mereka. Hari itu orang Mesir mati semua ditelan oleh Laut Kolsom, tetapi orang Israel tidak. Mereka melewati laut yang kering, Tuhan melakukan mujizat, angin bertiup sampai semua kering, sampai tanah di bawah laut itu bisa menjadi jalan yang bisa dilewati oleh sekitar dua juta manusia. Inilah iman. Tuhan menyatakan kebesaran-Nya.

Menjadi orang Kristen memang tidak mudah dan terkadang tidak enak. Apakah Anda selalu sehat? Mungkin tidak. Ada orang Kristen yang sakit kanker, ada majelis yang sakit paru-paru, ada yang sakit ini dan sakit itu. Di dunia ini, tidak ada satu hari pun kita dijamin seratus persen enak, lancar, sehat, kuat, dan kaya, tetapi kita tidak takut, karena kita melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Iman menjadi pegangan dari hal yang tidak dilihat, menjadi bukti dari hal yang diharapkan. Iman menciptakan kemuliaan Tuhan yang kita lihat. Iman menciptakan hari depan karena semua potensi tersimpan dalam iman. Dan iman melampaui semua; semua yang kita alami di dalam tubuh, iman melampaui tubuh. Iman adalah sesuatu yang terjadi pada roh yang melihat yang tidak dilihat orang lain; yang memegang yang tidak mungkin dipegang oleh orang lain; dan yang mempunyai bukti yang tidak ada bukti bagi orang lain. Semua ini ditulis di dalam Kitab Ibrani. Abraham adalah bapa orang beriman. Dengan iman, dia melihat yang tidak dilihat orang lain. Jika engkau anak orang beriman seperti Abraham, seharusnya engkau belajar melihat yang tidak dilihat orang lain. Amin.

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-7-doktrin-iman