Bentuk empati yang berlebihan kadang muncul ketika melihat seseorang yang dikenal dan terbaring lemah. Dan kadang tanpa alasan yang jelas berkembang pemikiran penyebab sakitnya akibat tulah, sehingga setiap yang mengenal memberikan alternatif tentang “orang pintar” sebagai manifestasi kepedulian yang mungkin dapat membersihkan segala penyebab tulah tersebut  tentu dengan tujuan kesembuhan.

Demikian juga yang berkembang saat ini, ketika isu babi ngepet menjadi wacana dikalangan intelektual, berkesimpulan bahwasanya hal tersebut adalah hal real yang diyakini banyak orang ketika belum ada informasi bahwa hal tersebut adalah merupakan berita hoax.

Saat saya mempertanyakan orang-orang tersebut dan membenturkannya kepada iman percaya yang dimiliki, jawaban mereka membuat hati ini bergetar, sedemikian komprominya kita sebagai manusia yang percaya bahwa Tuhan itu ada.

Salah satu pendapat mengatakan bahwa biarkanlah cerita babi ngepet ini seperti keyakinan siapakah yang dikorbankan Nabi Abraham apakah Ishak atau Ismail? tidak perlu dipertanyakan apakah benar atau tidak, biarkanlah menjadi milik masing-masing. Pemikiran yang tampak teologis namun luar biasa sembrononya.

Demikian juga dengan wacana “orang pintar” yang didatangkan untuk menyembuhkan orang yang sakit akibat pemikiran non medis (tulah) tadi, pendapatnya mengatakan bahwasanya diluar sana ada yang tidak perlu sekolah tinggi namun mampu menyembuhkan hal-hal non medis seperti itu, seakan-akan ada orang diluar sana yang diberikan karunia untuk menyembuhkan hanya karena orang-orang mengatakan hal yang sama, bahwasanya dia mampu.

Jika pemikiran-pemikiran seperti ini muncul puluhan tahun lalu ketika belum ada smartphone dan teknologi yang luar biasa seperti sekarang ini mungkin kita sedikit dapat dimaklumi. Atau memang hal-hal mengenai Animisme, Dinamisme,  Atheisme, Agnostik, Monotheisme, Politheisme, dan Deisme adalah pemikiran-pemikiran yang tidak menarik lagi.

Setelah melihat fenomena diatas, semakin tepatlah kata-kata yang mengatakan “… dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat…“, dimana diantara kita akan percaya buah-buah pemikiran di atas (tulah/babi ngepet) apabila kita sudah merasa serba tahu dan berhenti untuk mengerti kehendak Pencipta atas tujuan kita dicipta.