Tidak hanya pelukis laki-laki, tetapi pelukis wanita yang terkenal dan menginspirasi pun eksis. Dia adalah Frida Kahlo sosok yang aneh dengan jalan hidup yang rumit. Satu contoh: catatan resmi kelahiran Kahlo adalah 6 Juli 1907, namun ia kerap mengaku lahir pada 1910 karena Revolusi Meksiko terjadi di tahun tersebut. Dengan memanipulasi tahun kelahirannya, Kahlo berharap orang-orang menghubungkannya dengan revolusi itu.
Ia lahir di rumah orang tuanya yang terkenal sebagai La Casa Azul (Rumah Biru) di Coyoacán, sebuah kota kecil di Meksiko. Rumah ini kelak menjadi persinggahan banyak aktivis dan figur penting dunia. Ayahnya, Guillermo Kahlo, yang lahir dengan nama Carl Wilhelm Kahlo di Pforzheim, Jerman, adalah putra dari Jakob Heinrich Kahlo dan Henriette Kaufmann. Frida menyatakan ayahnya adalah keturunan Hungaria-Yahudi, namun para sejarawan menetapkan bahwa orang tua Guillermo Kahlo adalah Lutheran-Jerman.
Ibu Kahlo bernama Matilde Calderón y Gonzalez, seorang Katolik yang taat dan keturunan suku Indian sekaligus berdarah Spanyol. Kahlo merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Tapi ia juga memiliki dua saudara perempuan lain dari istri ayahnya yang telah meninggal. Mereka semua dibesarkan di rumah yang sama. Sejak usia enam, Kahlo menderita polio hingga mengakibatkan kaki kanannya lebih kecil dari kaki kirinya. Ia lantas menyamarkannya dengan mengenakan rok panjang berwarna-warni. Konon, Kahlo diduga juga menderita spina bifida, semacam penyakit kelainan bawaan yang dapat memengaruhi tulang belakang dan perkembangan kaki. Ketika remaja, Kahlo mengalami kecelakaan bus tragis yang mengakibatkan luka serius: tulang belakang, tulang leher, tulang rusuk, dan tulang panggulnya patah; sebelas patahan tulang di kaki kanannya remuk; serta mengalami dislokasi bahu. Tak hanya itu, sebuah pegangan besi menusuk perut dan rahimnya hingga merusak kemampuan reproduksi Kahlo secara permanen. Ia menghabiskan tiga bulan masa pemulihan dengan tubuh penuh gips, termasuk menjalani 35 kali operasi, terutama di punggung dan kaki kanannya.
Kendati akhirnya dapat berjalan kembali, Kahlo tak pernah benar-benar pulih. Selama sisa hidup, sakitnya kerap kambuh dengan rasa nyeri yang ekstrem hingga harus kembali dibawa ke rumah sakit atau hanya dapat terbaring di tempat tidur selama berbulan-bulan. Tapi dari kecelakaan inilah Kahlo akhirnya memulai karier sebagai pelukis.
Tema potret diri menjadi pilihan utama Kahlo dalam berkarya. Ayah dan ibunya begitu mendukung kegiatan Kahlo, bahkan turut membuat sandaran papan gambar khusus agar ia dapat melukis di tempat tidur. Dari total 200-an lukisannya, sebagian besar di antaranya merupakan potret diri, dan nyaris semuanya ditafsirkan para kritikus sebagai penggambaran simbolis dari luka fisik dan psikologis yang dialami Kahlo.
Secara estetika, karya-karya Kahlo kental dipengaruhi budaya asli Meksiko yang dominan dalam penggunaan warna-warna cerah dan simbolisme dramatis. Selain itu Kahlo juga kerap menggabungkan unsur-unsur dari tradisi agama kuno Meksiko dengan sentuhan surealis. Satu hal menarik lain: ia kerap menampilkan monyet sebagai permainan simbol dalam lukisannya—Kahlo menganggap hewan tersebut sebagai simbol penawar dan pelindung, berkebalikan dari mitologi Meksiko yang menafsirkan monyet sebagai simbol hawa nafsu.
Pada 1953 Kahlo menyelenggarakan pameran tunggal di Mexico City. Namun karena kesehatannya memburuk, dokter melarangnya. Kahlo tak menghiraukan larangan itu. Ia tetap ingin datang. Dan Kahlo betul-betul melakukannya dengan cara luar biasa: ia berada di atas tempat tidur tepat di tengah-tengah galeri, saling bercengkerama dan bertukar lelucon, bernyanyi dan bersukacita, kepada siapapun yang singgah hari itu. Setahun kemudian, pada 13 Juli 1954, tepat hari ini 65 tahun lalu, Kahlo meninggal di usia 47.
“I don’t paint dreams or nightmares, I paint my own reality.” – Frida Kahlo
Sumber : https://tirto.id/frida-kahlo-dan-lukisannya-sejarah-hidup-rumit-si-pelukis