Di awal perjalan hidupnya Stephen bukanlah anak yang rajin, ia justru cenderung malas. Sampai akhirnya ia bertemu guru matematika yang dikaguminya, yaitu Dikran Tahta. Cara mengajarnya yang enak, mampu menginspirasi Stephen untuk berusaha bahkan sampai menjadi guru besar Universitas Cambridge.

Berlandaskan rasa sukanya akan matematika, ia pun berhasil merakit sebuah komputer dari bagian mekanik jam, papan kabel telepon, dan komponen lainnya. Melihat kecerdasannya tersebut, ia pun melanjutkan pendidikannya ke Jurusan Kosmologi Universitas Cambridge.

Di tengah dirinya yang asyik mengemban ilmu di Universitas Cambridge, ia terdiagnosis menderita Amytrophic Lateral Sclerosis (ALS), yaitu penyakit yang melemahkan otot dan merusak fungsi otak. Bahkan dirinya diprediksi tidak akan berusia panjang.

Mengetahui penyakit tersebut, tentu rasa depresi dan tidak berguna lagi terus menghinggapinya. Namun, dukungan keluarga membangkitkan kembali semangat hidupnya. Meskipun ia harus hidup dengan bantuan kursi roda.

Ketika orang lain akan merasa putus harapan, Ia justru semakin semangat menjalani hidup setelah terdiagnosis penyakit tersebut. Ia merasa gelar PhD yang didapatkannya terasa kurang sehingga memutuskan untuk mendedikasikan seluruh hidupnya untuk pekerjaan dan penelitian. Hingga akhirnya ia berhasil menerbitkan buku pertamanya yang diberi judul The Grand Design – Hawking dan membuatnya dikenal dunia.

Stephen Hawking adalah seorang fisikawan asal Inggris yang terkenal akan teorinya akan alam semesta. Ia juga seorang pengidap penyakit ALS yang akhirnya memaksa dirinya menggunakan kursi roda seumur hidup.

Sumber : https://lifepal.co.id/media/kisah-inspiratif/