Sebelumnya…

Yesaya 11 mengungkap tiga istilah bagi Roh Kudus, yaitu Roh Kebijaksanaan, Roh Pengetahuan, dan Roh Strategi. Ini menunjukkan adanya hubungan antara Roh Kudus dan intelektualitas. Banyak orang yang mengatakan bahwa dia memiliki Roh Kudus justru adalah orang-orang yang anti intelektualitas dalam hal rohani. Bagi mereka, jika percaya kepada Roh Kudus, ia tidak perlu lagi menekankan pentingnya rasio, logika, dan pengetahuan, karena Roh Kudus melampaui rasio. Mereka beranggapan bahwa karena Roh Kudus lebih tinggi daripada intelektualitas, maka Roh Kudus tidak ada hubungan dengan intelektualitas. Tetapi Kitab Suci menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh Kebijaksanaan; Roh Kudus juga adalah Roh Pengetahuan; dan Roh Kudus juga Roh Strategi. Ketiga hal ini tidak lepas dari unsur dan fungsi intelektualitas.

Di dalam pikiran manusia, perlu ada peranan Roh Kudus untuk memimpin otak, fungsi rasio, dan menguasai seluruh intelektualitas manusia. Inilah yang dilawan oleh mereka yang mengaku penuh Roh Kudus, tetapi sesungguhnya sedang melawan Roh Kudus. Inilah yang diajarkan oleh gerakan Karismatik radikal, yaitu semua gerakan Karismatik dan gerakan Pantekosta yang tidak mementingkan intelektualitas, tetapi hanya sibuk dengan gejala supranatural yang melawan ketenteraman pikiran.

Alkitab berkata, “Allah bukan mengacaukan, tetapi Allah menenangkan, menstabilkan, dan membuat manusia berpikir sesuai firman Tuhan.” Paulus berkata, “Pikirkanlah hal-hal sorgawi, jangan hanya memikirkan hal-hal duniawi.” Yesus berkata, “Roh Kebenaran akan membawa engkau mengingat kembali semua kalimat yang pernah Aku katakan dan ajarkan.” Roh Kudus akan membantu umat Allah untuk memikirkan dan mengingat kembali, maka Roh Kudus tidak merusak, menghambat, atau membasmi fungsi rasio. Roh Kudus justru membangkitkan kembali, menghidupkan kembali fungsi rasio, termasuk ingatan yang sudah Tuhan berikan kepada manusia.

Roh Kudus memperhatikan intelektualitas. Ini tidak boleh dimengerti bahwa gereja hanya mau mengumpulkan orang yang pandai, yang bergelar pendidikan tinggi. Gereja yang intelektual adalah gereja yang membiarkan Roh Kudus berperan di dalam mengontrol, memimpin, menginspirasi, dan menghidupkan fungsi rasio yang diciptakan Tuhan di dalam diri kita. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki fungsi rasio yang dapat berpikir tentang kebenaran. Jika bagian ini diabaikan, dikurangi, dan dimusnahkan, saya tidak percaya itu adalah hasil pekerjaan Roh Kudus, karena Roh Kudus tidak meniadakan fungsi intelektual yang Tuhan ciptakan. Allah tidak menciptakan makhluk lain dan memberikan fungsi rasio kepadanya. Allah hanya memberikan hak istimewa untuk bisa berpikir, menganalisis, dan mengerti kebenaran yang mendalam kepada manusia. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan Tuhan dengan kapasitas, intelektualitas, rasio, logika, dan pengertian dalam kebenaran. Jika manusia, makhluk yang paling cerdas, melupakan, mengabaikan, dan menginjak fungsi rasio, kita menjadi binatang yang bodoh, karena menyamakan diri dengan semua makhluk yang diciptakan tanpa rasio.

Jangan sembarangan menerima roh yang mengaku sebagai Roh Kudus, karena Allah tidak mengizinkan kita menerima yang lain untuk menggantikan Dia. Kita harus membedakan mana yang dari Tuhan dan mana yang bukan. Bukan saja kita tidak boleh menerima, tetapi kita harus menguji, menolak, dan mengusirnya keluar dari gereja. Sebagian orang Kristen terlalu sembarangan menerima semua yang bersifat supranatural karena langsung dikaitkan dengan Roh Kudus dan dianggap memang dari Roh Kudus. Orang menganggap hal supranatural itu sebagai pekerjaan Roh Kudus, karena mereka melihat hal itu tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Orang yang ditiup bisa jatuh, tidak mungkin manusia bisa kerjakan hal itu, maka itu pasti dari Tuhan, dari Roh Kudus, lalu mereka berbondong-bondong datang dan mengikuti gereja itu. Hal-hal yang tidak dinyatakan dalam Alkitab, janganlah kita tafsir sekehendak sendiri. Di dalam seluruh Kitab Suci, Allah tidak memperbolehkan manusia menguji Dia dengan sembarangan. Allah hanya dua kali memberikan manusia hak untuk menguji Dia. Hak sedemikian adalah hak yang sangat istimewa yang hanya dicantumkan di dalam Alkitab. Ketika orang Israel empat puluh tahun mencobai Tuhan, Tuhan marah dan memberikan kutukan, sehingga mereka tidak dapat masuk ke dalam Sabat. Sabat berarti perhentian, peristirahatan, dan perdamaian; berkat Tuhan untuk kita bisa beristirahat, mengalami damai sejahtera. Setelah enam hari engkau bekerja, maka hari ketujuh adalah waktu untuk merayakan Sabat. Ini adalah rencana Tuhan, supaya dalam tujuh hari ada satu hari istirahat untuk menyegarkan kembali hidup kita, mendapat kekuatan yang diperbarui.

Setiap hari Minggu, orang Kristen mendapatkan firman Tuhan untuk dikuatkan kembali berjuang dalam enam hari ke depan, dengan prinsip firman Tuhan memperjuangkan kebenaran di dalam dunia. Hari Minggu adalah waktu orang Reformed mendengarkan firman Tuhan, kebenaran yang sulit dimengerti dengan pergumulan yang serius. Sesudah mengerti kebenaran melalui pergumulan di hari Minggu, mengerti prinsip-prinsip Alkitab, dipegang, dipelihara, dan bersiap untuk bertempur dalam peperangan enam hari ke depan. Dengan demikian, orang-orang Reformed tidak perlu takut, khawatir, dan merasa dalam kesulitan besar ketika harus menghadapi tantangan Iblis, dosa, dunia, pemerintah, dan masyarakat yang penuh kejahatan.

Prinsip dan praktik kebaktian orang-orang Karismatik terbalik. Mereka mengatakan bahwa dari hari Senin hingga Sabtu telah lelah bekerja, penuh ketegangan, penuh kesulitan, maka hari Minggu adalah tempat istirahat, mendengar hal-hal yang ringan dan menyenangkan, menonton artis, dan mendapatkan hiburan. Mereka beranggapan hari Minggu adalah hari libur, hari kepuasan untuk beristirahat, lalu Senin bekerja lagi.

Bagi kita, hari Minggu bukanlah hari membius diri dengan berbagai hiburan, tetapi suatu waktu penyegaran dengan prinsip firman Tuhan yang menguatkan, sehingga dengan pelatihan ini kita tidak bisa diperalat Iblis, kita tidak takut lagi cobaan dan godaan setan. Ketika orang Israel mencobai Tuhan Allah, mereka empat puluh tahun bersungut-sungut, terus mengomel terhadap Tuhan. Akhirnya orang Israel diberikan satu kutukan oleh Tuhan, mereka tidak akan masuk ke dalam peristirahatan, yaitu mereka tidak mendapatkan keselamatan sejati.

Ketika Tuhan Yesus dijual malam itu, Ia berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yoh. 14:27). Kebenaran adalah damai sejahtera sejati dari Kristus, dan dengan damai sejahtera seperti itu Yesus menghadapi salib, tidak takut, dan dengan tenang Dia memikul salib sampai Golgota, dengan tenang dan damai sejahtera Ia dipaku di atas kayu salib. Tidak berteriak, tidak bersungut-sungut, dan rela menerima. Pada saat itu Ia menyatakan damai sejahtera yang Ia katakan. Itulah damai sejahtera yang diberikan kepada manusia, damai sejahtera yang berlainan dengan damai sejahtera manusia. Siapakah orang yang seperti Yesus, yang ketika disalibkan sama sekali tidak berteriak-teriak, mengomel, melainkan diam tidak berkata satu kalimat pun? Ia dengan diam menyerahkan diri, kedua tangan dan kaki diangkat, ditancapkan dengan paku yang begitu mengerikan. Seluruh tubuh tergantung pada beberapa lubang paku, dan Dia tidak berteriak. Sebaliknya Dia berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Inilah damai sejahtera yang paling tinggi di dalam sejarah. Tidak pernah ada manusia yang dapat mengalami damai sejahtera seperti ini ketika mengalami kesakitan, kesedihan, sengsara, dan penyiksaan berat. Tuhan berkata, “Israel mencobai-Ku, maka Aku tidak akan membawa mereka masuk ke dalam damai sejahtera itu, Sabat itu, karena Aku tidak mencobai dan tidak boleh dicobai.”

bersambung…

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/pengakuan-iman-rasuli-bagian-36-butir-ketiga-6-aku-percaya-kepada-roh-kudus