William Kamkwamba anak lelaki satu-satunya keluarga Trywell telah mengangkat nama keluarga dan Malawi ke pentas dunia internasional. William yang hanya lulus SD dan baru masuk SMP di Kachokolo, tidak bisa meneruskan  sekolahnya karena kelaparan melanda negaranya. Begitu hebatnya bencana kelaparan yang dialaminya, sehingga William bersama saudara-saudara perempuannya: Tiyamike, Ros, Mayless, Aisha, Doris, Annie hanya dapat makan nsima (bubur jagung yang kental) satu sendok setiap harinya! Bahkan pada saat bencana kelaparan itu, keluarga Trywell yang santun dan religius mendapat anggota keluarga baru. Dan anak perempuan mereka diberi nama Tiyamike yang berarti “Terima Kasih Tuhan”.

Kelaparan

Musim kering membuat kelaparan seluruh Wimbe dan Malawi. Keluarga Kamkwamba begitu menderita.  Keluarga Kamkwamba yang semula makan 3 kali sehari, kemudian menjadi 2 kali dan akhirnya hanya sekali pada waktu makan malam. Itu pun bukan makan yang sesungguhnya, karena masing-masing hanya dapat sekepal nsima pada waktu makan malam.

Penderitaan semakin bertambah karena ketika Annie yang sedang sekolah menengah kelas II lari meninggalkan rumah, menikah dengan Mike seorang guru. Trywell sangat kecewa dan berduka dan putus asa. Harga dirinya sebagai orang tua dilecehkan, tetapi di sisi lain karena perginya Annie, berarti bertambah jatah makan bagi keluarga.

Kematian datang dimana-mana, karena tidak ada makanan dan penyakit busung lapar. Sementara itu pemerintah tidak mau mengakui bahwa itu adalah kelaparan, dan berkilah kematian itu disebabkan oleh TBC, HIV dan penyakit lainnya. Betapa parahnya bencana kelaparan yang terjadi, sehingga hasil ladang Trywell sebanyak 90 kg daun tembakau kering dengan kualitas bagus, hanya dapat ditukar dengan satu ember jagung!

Kincir Angin Listrik

Setelah lulus SD dan diterima di sebuah SMP, William akhirnya terpaksa berhenti sekolah. Dan ini membuatnya putus asa. Jangankan untuk membayar uang sekolah sebesar 2000 kwaca, sedang untuk makan pun sudah sangat sulit, bapaknya tidak punya uang. Untuk menutupi kekecewaannya karena perutnya sangat lapar dan tidak dapat bersekolah, William sering kali pergi ke perpustakaan di Wimbe. Untunglah Mrs. Edith Sikelo guru bahasa Inggris dan ilmu sosial di Wimbe dengan sabar mengajari William kalau kesulitan mengartikan bahasa Inggris ke dalam bahasa Chicewa – bahasa daerah.

Setelah berbulan-bulan bergelut di perpustakaan, William menemukan sebuah buku yang akhirnya membuatnya terkenal di dunia. Buku teks dari Amerika dengan judul Using Energy dipelajari dengan baik. William dengan sekuat tenaga berusaha untuk membuat Kincir Angin sebagai sumber energi. Dia berkutat berbulan-bulan di sebuah bekas bengkel tua. Tanpa kenal lelah dan putus asa, dia mengais bahan-bahan bekas dari bekas sebuah bengkel untuk pembuatan kincir anginnya. Teman-teman sekolahnya mencemoohkannya dan mengira William sudah menjadi gila karena tidak bisa bersekolah.

Akhirnya kincir angin listrik itu selesai dibuat. William mampu menyalakan sebuah lampu di kamarnya yang tadinya  sangat gelap, bahkan bagian pojoknya saja tidak kelihatan! Ibunya memintanya untuk juga memasang di ruang keluarga. Suatu penghematan besar karena tidak lagi harus membeli minyak tanah yang mahal.

Titik Terang Dimulai

Pada bulan November 2006 beberapa orang dari Malawin Teacher Trainjng Avtivity mengunjungi SD di Wimbe dan melihat kincir angin yang dibuat William. Salah satu orang itu menelpon atasannya DR. Hartford Mchazine, beliau kemudian pergi ke Wimbe dan menanyai William proses pembuatannya. Beliau berkata bahwa anak ini akan menjadi terkenal, agar Trywell dan Agnes menyiapkan diri.

DR. Hartford kemudian membawa penyiar radio terkenal dan mewawancarai William. Siaran radio semakin membuatnya dikenal : “Seorang anak di Wimbe di dekat Kasungu telah membuat angin listrik”. Ini membuat banyak wartawan yang datang untuk melihat kincir angin dan mewawancarai William.

Berikutnya Kincir Angin William ditulis menjadi sebuah artikel di Daily Times. Soyapi Mumba yang bekerja di Lilongwe ibukota malawi, menunjukkan kepada atasannya Mike McKay seorang warga Amerika. Mike kemudian menuliskan tentang kincir angin itu di blog-nya Hacktivate. Tulisan itu menarik perhatian Emeka Okator seorang blogger dan pengusaha Nigeria, yang juga Direktur Program sebuah konferensi besar TED (Technology, Entertainment & Design). Kemudian, DR. Hartford mendaftarkan William untuk mengikuti TEDGlobal 2007.

Menjadi Peserta TED

Januari 2007 William diterima dan terpilih menjadi peserta konferensi TED. DR. Hartford mengatakan bahwa William akan pergi ke Arusha di Tanzania, naik pesawat. Bayangkan seorang anak kampung di desa terpencil akan naik pesawat. Suatu hal yang tidak pernah dibayangkan William sama sekali. William terbang pertama kali dari Lilongwe, disebelahnya Soyapi Mumba. Sungguh suatu kebetulan.

Konferensi TED dilakukan di Ngurdoto Mountain Lodge. William bertemu dengan Tom Rielly yang membantu William membuat presentasinya dengan Power Point. Dia mengajari William internet. Dia terbengong-bengong tak habis fikir bagaimana desanya Wimbe, muncul di layar komputer dengan Google Earth.

Denah rumah William Kamkwamba

Pada saatnya tiba, diatas panggung TED, William gugup dan demam panggung. Untung ada Chris Anderson yang membimbing dan mengarahkan William menjelaskan cara kerja Kincir Angin Listriknya. “Aku coba dan aku berhasil” itulah kalimatnya. Kalimat itu akhirnya menjadi motto konferensi TED! Seluruh hadirin bertepuk tangan dan berdiri bersorak-sorak, standing ovation! William Kamkwamba hanya bengong dan heran mengapa orang-orang itu bersorak-sorak?

Untuk pertama kalinya William merasa berada di sekeliling orang-orang yang mengerti dan menghargai apa yang telah dilakukan. Ketika ditanya tentang harapan dan cita2nya, William mengatakan Pertama, agar bisa terus sekolah. Kedua, ingin membuat kincir angin yang lebih besar agar dapat membuat irigasi untuk ladang keluarganya, sehingga tidak kelaparan lagi.

William Menjadi Pahlawan

Setelah pulang dari TED, Tom pergi dengan DR. Hartford mengunjungi rumah William dan melihat kincir anginnya. Dari uang yang diperoleh dari TED, William memperbaiki kincirnya. Setiap rumah sekarang memiliki lampu dan di luar rumah ada 2 buah lampu. William memasang panel tenaga surya di atap rumah untuk menambah tenaga listrik.

Dari uang donatur, William mengganti atap rumput rumahnya dengan atap seng. Membeli kasur untuk adik-adiknya sehingga tidak tidur diatas tikar rumput. Dia juga mengirim sepupunya Gilbert dan Geoffrey sekolah lagi, bahkan juga anak-anak tetangganya. William membuat sumur bor yang dalam dan airnya bersih, sehingga dapat diminum. Memompa air dengan tenaga surya dan mengalirkan airnya ke ladang ayahnya, sehingga bisa menanam jagung 2 kali dalam setahun. Orang-orang desa Wimbe dapat mengisi ember-ember air mereka tanpa memompa air, tinggal memutar keran saja.

Melihat Amerika

Desember 2007, William pergi ke Amerika. Mengunjungi Tom dan teman-temannya di TED dulu. Melihat kincir angin di California, New York City, Manhattan. Dia juga diajak naik helikopter diatas Patung Liberty, Empire State Building. Di kebon binatang San Diego, ada gajah, jerapah, kuda nil, badak, monyet. Ironisnya William tidak pernah melihat Taman Nasional Kasungu, 30 menit ke arah timur dari desanya, atau beberapa jam ke barat ada Suaka Alam Khotakota. Dia justru melihatnya setelah berada di Amerika 10.000 mil dari desanya di Wimbe.

Akhirnya di Palm Spring, William Kamkwamba melihat kincir angin yang sesungguhnya. Diajak masuk kedalam ruang pengendalinya. Ada lebih 6000 kincir angin yang menghasilkan lebih dari 600 Megawatt, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di seluruh Malawi.

Al Gore mantan Wakil Presiden Amerika dan pemenang Hadiah Nobel menulis komentar begini :

Bocah Penjinak Angin” adalah kisah inspiratif tentang seorang pemuda di Afrika yang memanfaatkan satu-satunya sumber daya yang tersedia baginya untuk membangun kincir angin dan menaikkan kehidupan dan semangat masyarakatnya. Pencapaian William Kamkwamba dengan energi angin dapat menjadi teladan bagaimana satu orang dengan gagasan yang mengilhami, dapat menaklukkan krisis yang kita hadapi. 

Dan William Kamkwamba meneruskan kuliahnya bersama para penemu di sekuruh Afrika, dia terpilih dari 1.700 orang pelamar dan satu dari 106 orang mahasiswa di African Bibble College Christian Academy.

“Kalau kita ingin berhasil mewujudkannya, yang harus kita lakukan adalah berusaha” 

Sumber : https://www.kompasiana.com/herulegowo/5500e7afa33311376f512837/william-bocah-penjinak-angin?