Sebelumnya 

WAHYU ALLAH DI DALAM SEJARAH BANGSA ISRAEL

1. Pemberitaan Hukum Taurat.

Allah mempercayakan Firman yang kudus kepada bangsa Israel. Allah berbicara melalui Taurat dan para nabi. Firman Allah yang berbentuk tulisan dimulai dari Musa. Sejak itu, manusia memiliki catatan tentang kebenaran Allah. Hal ini sangat penting. Oleh karena theologi penginjilan didasarkan pada wahyu Allah, maka wahyu yang berbentuk tulisan menjadi suatu keharusan. Meskipun tulisan kurang mampu mengungkapkan kebenaran secara sempurna, namun Allah telah menjadikannya mungkin untuk mengembangkan fungsinya semaksimal mungkin. Sungguh, tidak ada catatan yang lebih lengkap daripada Alkitab!

Mengapa Allah memberikan hukum Taurat kepada bangsa Israel? Fungsi hukum Taurat ada dua: yang pertama adalah untuk mengenal sifat-sifat Allah, dan yang kedua adalah menyadari kelemahan diri sendiri. Taurat telah mewahyukan kesucian Allah, kemurahan Allah, dan keadilan Allah, dan melalui cermin Taurat nyata ketidak-berdayaan manusia. (Pelajarilah Roma pasal 3 dan Galatia pasal 2,3,dan 4, maka Anda akan lebih memahaminya).

2. Kepercayaan Monotheisme.

Semua bangsa yang berada di sekitar Israel menganut kepercayaan politheisme. Umat Israel yakin bahwa yang dianut oleh bangsa lain adalah Allah juga. Salah satu pekerjaan Musa yang amat berat ialah menjernihkan konsep ini. Dia berseru kepada umatnya agar senantiasaa ingat akan nasihat ini: “Dengarlah, hai orang Israel! Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ulangan 6:4-5). Bangsa Israel justru berulangkali jatuh di dalam hal ini.

Dalam kitab para nabi, Allah terus-menerus menegur umat Israel karena mendua hati; sambil melayani Allah juga menyembah Baal, Asytoret, patung lembu. Dalam Perjanjian Baru tidak lagi muncul perkataan yang senada, karena setelah umat Israel pulang dari pembuangan di Babel selama 70 tahun, mereka dapat meninggalkan berhala secara total dan melayani Tuhan Allah dengan segenap hati, tidak lagi berani mengulangi ulah mereka yang dulu. Itulah faedah didikan Allah, karenanya perlu dilaksanakan.

3. Lambang Korban Darah.

Melalui sejarah Israel, Allah mewahyukan keselamatan melalui persembahan darah yang menjadi lambang untuk mengajar mereka berharap kepada Mesias yang akan datang, yaitu realitas dari lambang-lambang itu sendiri. Kristuslah Mesias yang dijanjikan untuk menggenapi rencana penebusan. Ketika sampai pada Perjanjian Baru dan Kristus sendiri sudah datang, bani Israel masih belum mengenal Dia sebagai Mesias yang dilambangkan dalam Perjanjian Lama. Mereka tetap lebih memegang lambang itu daripada menerima Kristus yang adalah realitas lambang. Itulah sebabnya pada waktu Yesus berkata, “Daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.” (Yohanes 6:55), banyak orang berdiri dan meninggalkan Dia. Hal ini sudah diwahyukan lebih lanjut kepada kita melalui Paulus (2 Korintus 5:21), dan juga oleh rasul-rasul yang lain.

4. Pemerintahan Theokratis.

Inilah bentuk pemerintahan di mana Allah sendiri menjadi Raja dan memerintah umat-Nya. Di antara bangsa-bangsa yang tidak percaya dan tidak merajakan Allah, Tuhan memilih bani Israel untuk mewahyukan kerajaan-Nya yang bersifat theokratis, sehingga bangsa Israel dapat mengerti dan mematuhi kedaulatan Allah, dan Allah memerintah mereka dengan kebenaran dan keadilan, dengan kedaulatan dan kasih. Dengan ini, dunia boleh mengerti takhta Allah di dalam umat manusia dan Israel pun menjadi teladan segala bangsa yang menaati pemerintahan Allah.

Selama bangsa Israel patuh kepada ke-empat perjanjian tadi, mereka berjalan di dalam kehendak Allah; tetapi begitu mereka menyeleweng, jatuhlah mereka dalam kesukaran dan kepicikan. Adapun kehendak yang indah dan tujuan semula dari Taurat adalah supaya bangsa Israel kembali ke hadirat Allah untuk mengakui dosa mereka dengan rendah hati. Tetapi nyatanya bangsa Israel malah menganggap diri benar karena Taurat. “Kami memiliki Taurat yang membuktikan bahwa Allah adalah milik kami, bukan milik kalian, karena kalian adalah bangsa yang tidak memiliki perjanjian dan kebenaran.” Sebab itu Allah mengutus nabi-nabinya untuk menegur mereka yang telah menyalahi makna Taurat dan menuntut dosa mereka yang membenarkan diri. Dalam 2 Korintus 3 disebutkan bahwa fungsi Taurat dan kitab para nabi adalah pelayanan yang memimpin kepada penghukuman, semuanya ini berlaku di dalam lingkup Perjanjian Lama.

Ada satu hal yang sampai saat ini masih belum dipahami oleh kebanyakan orang Israel, yaitu bahwa dalam nubuat para nabi, janji tentang kedatangan Mesias merupakan inti dari berita mereka, namun bangsa Israel terlalu lamban untuk percaya. Setelah Yesus bangkit, pikiran para murid-Nya dibukakan, supaya mereka dapat mengerti Kitab Suci. “Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh kitab nabi-nabi.” (Lukas 24:27). Dengan demikian Kristus menggenapi Perjanjian Lama dan Dia memberi pengharapan kepada manusia. Dia adalah puncak dari wahyu Allah. Sebagaimana Perjanjian Lama adalah pelayanan yang memimpin kepada penghukuman, maka pelayanan Kristus yang telah menggenapi Perjanjian Baru telah menjadi pelayan yang memimpin kepada pembenaran.

WAHYU ALLAH DI DALAM KASUS YOHANES PEMBAPTIS

Pada titik pertemuan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yaitu di antara kedua zaman itu, ada seorang nabi yang tersendiri, yang mengakhiri periode Perjanjian Lama dan memulai operiode Perjanjian Baru. Orang itu amat penting. Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar daripada Yohanes.” (Lukas 7:28). Namun bersamaan dengan itu Yesus juga berkata, “Yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar daripadanya.” Mengapa demikian? Karena dialah orang terakhir yang menubuatkan tentang Kristus. “Semua nabi bernubuat hingga tampilnya Yohanes.” Dia adalah orang pertama di dalam Perjanjian Baru yang mempersiapkan kedatangan kerajaan Allah, “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan. Luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.”

Perkataan terpenting yang diucapkan oleh Yohanes Pembaptis adalah, “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.” Maka Kitab Kejadian sampai Wahyu telah diselesaikannya secara berkesinambungan, dari pakaian kulit sampai pelita, bahkan rentetan karya Anak Domba: dari dibantai, mencucurkan darah, menggantikan manusia, sampai menang dan bersinar menerangi dunia.

Dalam wahyu yang bersifat progresif. Jati diri Anak Domba semakin jelas. Kitab Kejadian pasal 3 tidak menerangkan yang disebut pakaian kulit itu terbuat dari kulit apa, dan darah yang dipakai dalam korban persembahan pun tidak jelas, entah darah lembu, domba, burung merpati atau burung tekukur. Sampai saat Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, pada perayaan Paskah barulah ditentukan untuk membubuhkan darah domba jantan pada pintu rumah mereka. Kemudian tiba saatnya Yohanes menjelaskan bahwa Anak Domba yang dimaksudkan adalah Yesus Kristus. Lalu pada zaman Paulus (2 Korintus 5), Paulus menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Domba itu. Demikian juga sampai di Kitab Wahyu, yang dimaksud Anak Domba masih tetap Dia. Dari tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan Domba itu sampai mengetahui, bahkan mengetahui dengan jelas Domba yang mana, yaitu yang sudah disebutkan dengan nama lengkapnya.

Domba yang dipersembahkan adalah taruk (tunas) dari Daud, tunas yang tumbuh dari tanah kering, hamba Allah yang menderita, orang yang diurapi Tuhan, yang Kudus dari Allah, Yesus Kristus yang benar dan kudus. Guru yang melakukan kebaikan dan menyembuhkan penyakit. Juruselamat yang mati dan bangkit bagi manusia berdosa.

FIRMAN MENJADI MANUSIA.

Pada abad ke sembilan belas, pemikiran-pemikiran Kristen mengalami pergolakan, dan timbullah banyak aliran theologi yang berbeda-beda. Di antara aliran-aliran modern itu ada yang sangat menekankan moralitas dan etika Kristus. Ritschi membangun kerangka theologi berdasarkan filsafat moral (moral philosophy) Immanuel Kant untuk mengungkapkan Kristologi yang bersifat moral. Selain itu Schleirmacher, nenek moyang aliran Liberalisme juga menekankan sifat moral Kristus dan mengabaikan sifat keilahian-Nya. Albert Schweitzer, orang termasyhur pada abad kedua puluh, yang memiliki gelar doktor dalam bidang theologi, musik, filsafat dan kedokteran, juga mengajukan konsep yang menekankan etika.

Adolf von Harnack pernah berkata, “Kita bukan membutuhkan Kristus yang diberitakan Paulus, tetapi kita membutuhkan agama yang dianut oleh Yesus, yang dicatat di dalam keempat Injil. Kita harus meninggalkan Paulus dan kembali kepada Yesus, karena Paulus telah memberikan penafsiran yang salah tentang Yesus. Kita mau kepercayaan yang Yesus anut pada waktu Dia berada di dunia, tetapi kita tidak mau agama mengenai Yesus.”

Pada musim dingin trahun 1899-1900, murid-muridnya menerbitkan seluruh isi pidato seri Adolf von Harnack di Berlin dalam buku yang berjudul “What is Christianity?” Buku itu menekankan tiga hal: (1) Allah adalah Bapa bagi seluruh umat manusia; (b) Semua manusia adalah saudara; (c) Jiwa manusia memiliki nilai yang tak terkira. Itulah Kekristenan yang diberitakan von Harnack. Dalam filsafat Kekristenannya sama sekali tidak ada tempat bagi keselamatan.

Apakah sebenarnya yang Yesus sendiri katakan tentang maksud dan tujuan-Nya datang ke dunia? “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Lukas 19:10); “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.” (Lukas 5:32); “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10); “Aku datang….untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” (Ibrani 10:7).

Bila tujuan kedatangan Yesus itu dihubungkan dengan Mazmur 40:7, “Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku: korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut,” maka ucapan Tuhan Yesus di atas bukan saja berarti bahwa Perjanjian Lama sudah lewat, tetapi juga menjelaskan bahwa tubuh yang Allah sediakan bagi Kristus telah menggantikan korban persembahan yang tidak dapat tergenapi di dalam Perjanjian Lama. Moral Yesus saja tidak cukup untuk melakukan penebusan. Inilah perkataan asli dari Tuhan Yesus, suatu maklumat yang berotoritas absolut.

INJIL DI DALAM WAHYU KEPADA PAULUSKRISTUS YANG TERSALIB

Bagaimanakah pengajaran Injil menurut rasul-rasul? Dalam 1 Korintus 1:17-18 Paulus berkata, “Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil, dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan sia-sia. Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” Kita mengurutkan kembali kata-kata yang terdapat pada ayat 18 supaya maksudnya menjadi lebih jelas: orang yang menganggap salib sebagai kebodohan memilih sendiri jalan kebinasaan, namun mereka yang telah mengalami kuasa salib memperoleh keselamatan.

Paulus juga berkata, “Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” (1 Korintus 2:2). Memutuskan untuk tidak mengetahui bukan sungguh-sungguh tidak tahu. Paulus mengetahui tentang aliran Epikurianisme, memahami Stoikisme, Gnostikisme, mengenal betul hukum Taurat, kebudayaan serta adat-istiadat Yunani-Romawi. Ia adalah seorang Farisi yang berpegang pada Taurat, pernah dididik secara ketat di bawah Gamaliel. Dia berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan Kristus yang disalibkan.

Theologi Injil Paulus berpusat pada salib yang merupakan kesinambungan dari wahyu dalam Perjanjian Lama. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5:21). “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjkadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus (1 Korintus 5:7). Doktrin keselamatan yang diberitakan dalam surat-surat Paulus, yang dikembangkan dengan tuntas, didasarkan pada wahyu Allah.

INJIL DI DALAM WAHYU KEPADA PETRUS : ALLAH TRITUNGGAL

Definisi terbaik tentang “Orang Kristen” di dalam seluruh Alkitab terdapat di dalam 1 Petrus 1:2. Orang Kristen adalah “orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya.” Allah Tritunggal dan karya setiap Pribadi telah dinyatakan dengan jelas. Petrus memulai suratnya dengan menitik-beratkan salam kepada penerima surat, dengan sebutan yang demikian lantang dan jelas, tetapi juga merupakan peringatan halus.

“Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita. Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh.” (1 Petrus 3:18). Kata-kata, “Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar” dalam ayat ini mirip sekali dengan kata-kata, “Dia yang tidak berrdosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita” dalam 2 Korintus 5:21. Bukanklah Alkitab berulangkali menegaskan tentang penebusan yang bersifat penggantian (substitusi) ini? Sedangkan mengenai “supaya Ia membawa kita kepada Allah,” penglihatan Petrus sungguh amat tuntas. Dia berkata, “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.” (1 Petrus 2:24-24).

INJIL DI DALAM WAHYU KEPADA YOHANES : ALLAH ADALAH KASIH

Dalam Injil dan surat-surat Yohanes, istilah yang sering disebut dan patut diperhatikan adalah: “kasih”, “firman”, “terang”, “hidup”, dan “iman”. “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1 Yohanes 4:9-10). Pernyataan ini sesuai dengan tulisan Paulus dalam Surat Roma, tentang dibenarkan oleh iman: “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.” (Roma 3:25). Jadi, jalan (korban) perdamaianlah yang telah memungkinkan kita memperoleh hidup orang benar, sedangkan iman adalah sikap orang benar yang berkenan di hadapan Allah.

INJIL MENURUT WAHYU DI DALAM SURAT IBRANI

Surat Ibrani diawali dengan memperkenalkan Kristus kepada kita: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi.” (Ibrani 1:1-3).

Apakah yang Kristus lakukan sebelum dan sesudah dunia diciptakan? Siapakah Dia? Penulis Surat Ibrani mengisahkan kemuliaan Kristus dan kuasa-Nya yang menopang segala yang ada; juga tidak ketinggalan mengisahkan karya penyelamatan-Nya yang agung. Ia telah mengadakan penyucian dosa manusia. Yang diharapkan dan dinantikan serta ditunjuk sejak dulu oleh hukum Taurat dan para nabi adalah Kristus. Firman yang telah menjadi manusia; demikian pula jalan yang telah diratakan melalui hidup para rasul Perjanjian Baru juga tertuju kepada Tuhan Juruselamat. Semua ini telah digenapkan di dalam diri Yesus.

“Hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.” (Ibrani 9:22) “Demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.” (Ibrani 9:28) “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.” (Ibrani 10:4)

Dalam Surat Ibrani terdapat banyak pengajaran mengenai penebusan. Pengarangnya menjelaskan bahwa realitas yang dilambangkan oleh Taurat dan darah adalah Kristus. Perjanjian Lama dibangun dengan darah lembu dan domba, sedangkan Perjanjian Baru didirikan oleh Pribadi Kedua Allah Tritunggal; melalui darah-Nya, yakni Yesus Kristus yang datang sendiri bersalut daging dan darah manusia.

Selain itu. Sdurat Ibrani masih mencatat satu hal yang hanya satu kali muncul dalam seluruh Alkitab, “Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.” (Ibrani 9:14-15).

Keselamatan yang telah digenapkan Kristus memiliki khasiat yang melampaui sejarah. Ayat 14 diawali dengan istilah ”kekal” dan diakhiri dengan “hidup kekal”; medium yang digunakan untuk mempersembahkandiri adalah ”Roh yang kekal” dan obyek pelayanan mereka yang ditebus adalah “Allah yang hidup (kekal)” Mengapa persembahan Kristus memiliki khasiat yang kekal? Karena meskipun Dia menjadi manusia untuk sementara waktu, namun Dia mempersembahkan diri sebagai korban dengan Roh yang kekal; dengan demikian, orang yang telah memperoleh keselamatan dapat melayani Allah yang hidup.

Ayat 15 mengandung makna yang amat dalam. Kristus bukan saja diperlihatkan sebagai Pengantara, bahkan kata “kekal” muncul untuk kali yang ketiga. Anda dan saya adalah orang-orang yang hidup setelah Kristus menggenapkan karya keselamatan-Nya, yang telah kita saksikan di Bukit Golgota. Tetapi, janganlah lupa bahwa Abraham, Ishak, Yakub. Ayub, Yesaya, dan banyak lagi orang-orang saleh dalam Perjanjian Lama, ketika mereka hidup belum pernah ada orang yang mati untuk menggantikan mereka. Sebab itu mereka hanya dapat berkata, “Aku berharap dengan ima n akan Kristus yang menderita kematian bagiku.” Setelah Kristus menggenapkan keselamatan, pengampunan dosa pun mulai berlaku! Tetapi di sini disebutkan: khasiat pengampunan-Nya bukan hanya berlaku untuk menyucikan orang-orang yang kemudian, namun juga sanggup menyucikan orang-orang yang dahulu.

Detik di Golgota ini berkaitan dengan kekekalan. Jasa Kristus di atas kayu salib berasal dari rencana Allah yang kekal dan berfungsi bagi segala zaman. Dia adalah Alfa dan Omega itu sendiri. Karena itulah seluruh sejarah berada di bawah kuasa-Nya.

INJIL DI DALAM WAHYU KEPADA YAKOBUS

Martin Luther mempertimbangkan dari segi dibenarkan karena iman dan berpendapat bahwa Surat Yakobus tidak memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam kanon Alkitab, karena di dalam seluruh surat tersebut tidak disinggung tentang darah Yesus dan kayu salib. Juga tidak dibicarakan tentang Kristus yang telah memperdamaikan Allah dengan manusia dan soal pengampunan dosa. Tetapi sebenarnya surat Yakobus masih memiliki sifat Injil. Dalam Yakobus 1:21 tertulis, “Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.”

MENGURAIKAN INJIL MELALUI KITAB WAHYU

“Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada seorangpun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya. Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.” (Wahyu 5:4-5). Rasul Yohanes yang menulis Kitab Wahyu sekali lagi menjelaskan di sini siapakah Mesias yang dimaksud oleh hukum Taurat dan para nabi. “Singa dari suku Yehuda” terkait dengan nubuat Yakub; dan “tunas Daud” terkait dengan “tunas Daud” yang disampaikan dalam berita semua nabi.

Yohanes memperhatikan dengan seksama, “Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu.” (Wahyu 5:6-7)

“Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.” (Wahyu 5:9)

“Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” (Wahyu 5:13)

Yang mula-mula diperkenalkan oleh tua-tua adalah singa. Tetapi ketika Yohanes mengamati, yang muncul adalah domba, yang mempunyai tanda pernah disembelih. Itulah proses Kristus yang menanggung penyakit dan memikul kejahatan kita, namun kitalah yang memperoleh keselamatan dan kesembuhan. Kristus yang sudah disembelih sudah mengalami kemenangan atas kematian dan Dia berkata, “Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci kerajaan maut.” (Wahyu 1:18).

Puji Tuhan, Kristus adalah Anak Domba yang tersembelih yang disebutkan dalam nubuat. Kristus adalah juga Mesias yang dinubuatkan para nabi. Perjanjian Baru telah membuktikan Perjanjian Lama, doktrin keselamatan yang diwahyukan dalam Surat Roma, Galatia, Ibrani, dan seterusnya bersifat konsisten. Kebenaran dari theologi penginjilan adalah kunci untuk memperoleh keselamatan.

Amin.
SUMBER :
Nama Buku : Theologi Penginjilan
Sub Judul : Pendahuluan – Bab I : Injil Di Dalam Wahyu
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2013
Halaman : 3 – 31