BAB 4 :

PEKERJAAN UTAMA ROH KUDUS (3)

Roh Kudus bukan indekos di dalam diri kita. Roh Kudus masuk ke dalam hati kita untuk menjadi Tuhan kita (Roma 8:9-10). Tetapi jika Saudara mau menyakiti-Nya, melukai-Nya, memadamkan-Nya, dan mendukakan-Nya, maka yang rugi adalah Saudara sendiri. Roh Kudus memang akan bersedih hati. Ia akan berduka, tetapi Saudaralah yang akan mengalami kerugian. Maka hanya ada dua macam orang Kristen, yaitu: (1) Orang Kristen yang sudah memiliki Roh Kudus tetapi tetap takluk kepada kedagingan; dan (2) Setelah Roh Kudus menaklukkan daging, sehingga “daging” Saudara bisa menjadi tempat kediaman Roh Kudus, maka Saudara mulai melayani Roh Kudus.

Setelah Roh Kudus berdiam didalam hati Saudara, barulah Saudara memiliki tubuh yang disertai oleh Roh, dan Saudara akan menikmatinya di dalam wujud yang kekal. Itulah Immanuel, Allah beserta kita, dalam bentuk Roh Kudus. Karena Roh Kudus diam di dalam hati Saudara, tubuh Saudara tidak lagi menjadi tubuh yang dibinasakan, tetapi menjadi bait Allah, menjadi bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19; 2 Korintus 6:16). Roh Kudus bukannya masuk ke dalam hati kita setelah kita menjadi kudus. Ia bukan menuntut agar kita kudus terlebih dahulu baru Ia mau diam di dalam hati kita. Jika Roh Kudus menuntut demikian, bagaimana manusia bisa mendapatkan kekuatan untuk hidup suci? Jikalau kita dengan kekuatan kita sendiri bisa menjadikan diri kita suci, maka kita tidak lagi memerlukan Roh Kudus.

Tetapi justru Alkitab menegaskan bahwa kita digerakkan oleh Roh Kudus, sehingga menjadi kudus. Tuhan memilih Saudara. Tuhan mengerjakan keselamatan di dalam diri Saudara supaya Saudara menjadi suci. Tanpa anugerah Tuhan, tidak ada kuasa penyucian dari Tuhan. Tanpa Roh Kudus melaksanakan keselamatan yang sudah direncanakan oleh Bapa dan digenapkan oleh Anak, tidak ada seorang pun yang bisa diselamatkan.

Oleh karena itu, Alkitab meminta agar kita mempermuliakan Allah dengan tubuh kita, karena Roh Kudus sedang berdiam di dalam hati Saudara. Peliharakanlah kesucian tubuh Saudara sehingga melalui tubuh Saudara yang adalah bait Roh Kudus, Saudara bisa memancarkan keharuman Tuhan dan gereja akan diberkati sehingga dunia akan melihat mercu suar melalui Saudara dan saya.

Hanya anak-anak Allah yang berhak menerima pimpinan Roh Kudus, sehingga hidup mereka akan berbeda dari hidup orang lain. Hidup mereka akan penuh dengan dinamika yang luar biasa karena Roh yang Hidup itu berada di dalam diri mereka. Roh Kudus mengeluarkan kita dari lumpur dosa, membersihkan kita dari cacat dosa, dan melepaskan kita dari segala tuduhan, polusi, dan distorsi dosa di dalam hidup kita masing-masing dan Ia tinggal di dalam kita. Inilah mulainya relasi interpersonal antara Pencipta dan ciptaan yang baru. Kita adalah ciptaan baru yang dikerjakan di dalam Kristus (Efesus 2:10). Di dalam ayat 1 dan 4 Paulus menekankan bahwa sebelumnya kita semua sama, tetapi kemudian dibangkitkan kembali dan mendapatkan hidup baru di dalam Yesus Kristus.

Ketika Roh Kudus sudah ada di dalam hati seseorang, Ia mulai memimpin orang itu. Sebagaimana seorang ibu yang setelah melahirkan anaknya, tidak akan membiarkan anak itu hidup bergumul sendiri secara tidak keruan. Sebaliknya ibu ini dengan penuh cinta kasih dan kesabaran berusaha untuk menjaga, memelihara dan membimbing sampai anak itu besar. Demikianlah Roh Kudus memiliki hati bagaikan ibu yang sedang membesarkan anak. Roh Kudus yang berada di dalam diri kita menjadi jaminan dan meterai, dan Ia adalah Roh yang penuh dengan perasaan. Ia tidak mau dihina, diremehkan, atau diabaikan oleh orang Kristen. Roh ini adalah Roh Allah dan diri Allah sendiri, yaitu Allah yang penuh dengan rahmat dan kasih, untuk menumbuhkan kerohanian kita. Ia penuh panjang sabar dan Ia bisa berdukacita (Efesus 4:30). Ayat ini dapat juga diterjemahkan dengan kalimat “Jangan menyusahkan Roh Kudus.” Roh Kudus itulah yang telah melaksanakan penebusan Kristus bagi kita. Ia yang telah menjadi sumber anugerah sehingga kita bisa mendapatkan pengampunan dosa. Roh Kudus yang telah memberi hidup, dan melepaskan kita dari belenggu dosa dan kematian. Dan kini Ia berdiam di dalam diri kita dan Ia tidak mau didukakan.

Ketika Ia berkata, “Jangan berzinah,” dan Saudara tetap berzinah, mungkin Saudara sudah diselamatkan, tetapi pada saat Saudara berzinah, Roh Kudus akan sangat berduka di dalam hatimu. Ketika Roh Kudus berkata, “Jangan menyontek di waktu ujian,” tetapi mata Saudara tetap berjalan-jalan dan tetap mengabaikan apa yang diperingatkan-Nya, Ia akan sangat sedih. “Sebelum menikah jangan menodai petiduranmu,” tetapi Saudara tetap melakukannya. Pada waktu Saudara tamak, najis, memiliki hati yang jahat, motivasi jahat yang penuh dengan ambisi yang liar, Roh Kudus pasti akan melarang, “Anak Tuhan tidak boleh demikian.” Kita harus taat pada Roh Kudus.

Roh Kudus diberikan karena anak Tuhan taat, tetapi setelah Ia masuk, Saudara menjadi tidak taat lagi, Ia tidak keluar, tetapi Ia akan sangat bersedih. Saya tidak berani mengatakan bahwa ketika Saudara taat, Roh Kudus masuk, lalu pada saat tidak taat, Roh Kudus keluar, lalu ketika taat lagi, Roh Kudus masuk lagi. Kalau demikian, Roh Kudus setiap hari keluar masuk tidak henti-hentinya. Alkitab tidak pernah mengajarkan hal sedemikian. Memang bagi orang-orang yang belum diselamatkan sungguh-sungguh, Roh Kudus memang tidak berada di dalam Saudara,. Ia hanya bekerja di luar Saudara, menggerakkan Saudara, menarik Saudara dan mencerahkan Saudara. Tetapi jika Saudara sudah benar-benar diselamatkan dan mendapatkan hidup baru, Roh Kudus sudah berada di dalam diri Saudara. Alkitab mengajarkan, “Jangan mendukakan Roh Kudus.” Inilah kepedihan suci Allah (the holy grief of God), begitu berharga. Jikalau kita setiap kali mendukakan hati Allah, itu sama dengan kita menyia-nyiakan penghargaan Tuhan yang besar. Kita meniadakan nilai yang besar dari emosi Tuhan Allah.

Seorang istri yang anggun adalah istri yang selalu memiliki kesedihan yang suci. Apalagi ketika ia didukakan oleh suaminya. Seorang istri yang penuh dengan kesucian yang anggun adalah kesucian yang bersedih jika suaminya menyeleweng. Kesucian yang bersedih dan kesedihan yang suci itu sedemikian berharga. Seorang suami yang mengingat istrinya yang begitu anggun, begitu suci dan begitu berharga, tidak mau melihat istrinya terus didalam kedukaan. Tetapi istri yang tidak memiliki keanggunan demikian, hanya cerewet dan marah-marah, pasti akan menyebabkan suaminya lebih menyeleweng. Roh Kudus bukan terus-menerus menegur, memukul, dan mendisiplinkan Saudara, dan marah-marah secara sewenang-wenang seperti ibu yang tidak berpendidikan. Roh Kudus mempunyai kesedihan yang suci di dalam diri kita sehingga Ia mau mengharapkan, membimbing kita menuju kepada kehidupan yang kudus.

Sebagaimana Allah itu kasih adanya, Roh Kudus membimbing kita supaya kita memiliki emosi seperti Kristus. Sebagaimana Tuhan itu suci adanya, Roh Kudus mengubah kita supaya kita boleh suci seperti Tuhan. Allah begitu adil adanya sehingga Roh Kudus juga bekerja begitu rupa didalam diri kita supaya kita semakin hari semakin hidup di dalam keadilan. Roh Kudus terus mentransformasikan kehidupan kita yang tidak beres supaya kita bisa semakin mirip dengan Tuhan. Hidup kita bergairah dan penuh dinamika, ini tidak akan ada pada orang yang bukan Kristen. Orang bukan Kristen bisa mempelajarinya dari agama tentang taraf-taraf etika moralitas manusia yang tinggi. Celakalah jika Saudara yang memiliki hidup baru dari Tuhan, melalui kelahiran kembali oleh Roh Kudus, ternyata memiliki standar moral yang kalah dari mereka. Lalu Saudara masih berani membanggakan diri bahwa Saudara memiliki Roh Kudus. Itu semakin mempermalukan nama Tuhan, karena mereka yang tidak memiliki Roh Kudus lebih suka hidup menurut standar yang diimpikan oleh manusia, tetapi Saudara tidak taat kepada Roh Kudus. Banyak daerah bukan Kristen yang tidak suka melihat orang Kristen dan tidak mau menjadi Kristen karena mereka melihat orang Kristen tidak berbeda dari mereka, bahkan lebih rusak daripada mereka yang bukan Kristen. Orang Kristen yang tidak mengerti dan tidak taat kepada pimpinan Roh Kudus, hidupnya bisa lebih brengsek dari mereka yang beretika agama tanpa pimpinan Roh Kudus.

Jika kita betul-betul bertobat dan kembali kepada Tuhan dan sungguh-sungguh taat kepada pimpinan Roh Kudus dengan kerendahan hati dan ketaatan yang sungguh, tidak mungkin ada orang yang tidak memiliki Roh Kudus bisa memiliki hidup yang lebih baik daripada kita. Di situlah paradoksnya hidup Kekristenan, entah lebih entah kurang. Hanya ada dua jalan: (1) membiarkan Dia menjadi Tuhan atas hidup Saudara; atau (2) menyingkirkan Dia, dan Saudara memimpin hidup Saudara sendiri. Semua yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah anak-anak Allah, dan jika Saudara adalah anak-anak Allah, biarlah Saudara taat dipimpin oleh Roh Kudus.

ROH KUDUS SEBAGAI PARAKLETOS

Hendaklah kita tidak lupa bahwa Roh Kudus adalah parakletos. Yesus Kristus berkata bahwa Ia akan kembali kepada Bapa. Dan Ia meminta kepada Bapa agar mengirimkan Seorang Penolong (Parakletos) yang lain. Berarti satu Pribadi yang berbeda dari Anak dan Bapa. Berarti ada Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Allah Bapa yang berada di atas takhta-Nya di sorga mengirimkan Anak-Nya sebagai pernyataan cinta kasih yang terbesar untuk umat manusia. Setelah Anak itu menggenapi tugas keselamatan sehingga Ia boleh menebus orang-orang menjadi umat Tuhan, gereja dari Kristus sendiri, maka Roh Kudus turun ke atas gereja Tuhan untuk menyatakan bahwa pemberian Allah yang terbesar kepada gereja adalah Pribadi Roh Kudus sendiri untuk menjadi “Penghibur” dan “Penolong yang lain.”

Penolong yang lain berarti Allah berada di dalam diri Saudara. Allah menyertai Saudara. Dengan ini kita melihat ada empat hal tentang Roh Kudus, yaitu:

  1. Ia berada di dalam diri kita dan menyertai kita untuk selama-lamanya.
  2. Ia mendampingi kita terus-menerus, bagaikan seorang Penolong yang senantiasa siap di samping kita. Ia adalah Pendamping yang paling intim, yang paling dekat. Pada waktu orangtua Saudara jauh, pada waktu suami atau istri Saudara jauh, pada waktu Saudara sebatang kara, janganlah lupa bahwa pada saat seorang Kristen paling tersendiri, ia sedang disertai oleh Roh Kudus. Roh Kudus bukan sekedar mendampingi, tetapi juga menjadi Penolong secara terus-menerus.
  3. Dia adalah Penghibur yang paling setia. Ia menghibur dan mendorong Saudara. Orang yang tidak pernah berjuang selama kesusahan, selalu akan meremehkan kesuksesan yang mereka capai. Orang yang tidak pernah membanting tulang, melihat pergumulan Saudara sejak dari permulaan, ketika ia melihat sedikit kesuksesan Saudara, ia akan iri hati dan terus-menerus mengejek Saudara. Tetapi orang yang sejak dari awal berjuang bersama-sama di dalam berbagai kesulitan, maka pada saat sukses ia akan sama-sama senang dengan Saudara. Di dunia ini ada orang yang bisa bersama-sama susah, tetapi jika Saudara sudah mewah, maka satu sama lain akan saling meninggalkan. Jika ada orang yang bisa sama-sama hidup mewah, tetapi ketika Saudara melarat, ia akan tinggalkan Saudara. Dunia ini sungguh menakutkan, dunia ini kehilangan kesetiaan dan kekonsistenan. Kawan yang ada ketika kita di dalam kesuksesan, tetapi meninggalkan kita ketika dalam kesusahan bukanlah kawan yang kekal. Sebaliknya, kawan yang bisa bersama-sama susah payah tetapi ketika kita menjadi kaya ia meninggalkan Saudara, ia pun bukan kawan yang kekal. Ketika saya mengunjungi dan mendoakan satu keluarga yang baru jatuh dari kekayaan yang luar biasa, istrinya berkata bahwa ketika mereka dulu kaya, banyak pendeta yang mengunjungi mereka, tetapi setelah jatuh, tidak satu pun dari pendeta-pendeta tersebut muncul lagi. Ternyata pendeta pun dapat berbuat demikian. Roh Kudus adalah Pendamping yang paling setia. Pada waktu Saudara sukses, Ia memberikan peringatan kepada Saudara, dan ketika Saudara di dalam kepicikan, Ia memberikan nasihat.
  4. Roh Kudus juga berdoa syafaat untuk menggantikan kita di hadapan Tuhan (Roma 8:26-27). Alam semesta seluruhnya sedang mengeluh. Inilah penafsiran yang paling orisinal untuk seseorang mengerti kosmologi. Sebelum Paulus menulis pasal 8 ini untuk memberilkan interpretasi kosmologi sedemikian, tidak pernah ada orang yang mempunyai pengertian seperti itu. Tetapi Paulus mengatakan itu ketika ia melihat bahwa segala sesuatu ada dibawah keluh-kesah. Anak kecil begitu ingin menjadi orang dewasa, ia merasa tidak perlu menangis lagi; tetapi orang dewasa bukan tidak perlu menangis, tetapi sungkan menangis.

Jangan Saudara kira orang dewasa tidak mempunyai kesulitan. Masing-masing orang memiliki keluh kesah yang begitu dalam, yang sulit dikemukakan kepada orang lain. Pada saat Saudara kecil, ketika Saudara berteriak, banyak orang akan segara datang dan menghibur Saudara. Tetapi ketika Saudara sudah tua dan menangis, orang akan memasukkan Saudara ke rumah sakit jiwa. Orang tua tidak lain hanyalah bayi yang sudah berjenggot. Tiap orang mempunyai keluh- kesah dan seluruh dunia ini berkeluh-kesah. Inilah interpretasi kosmologis yang begitu luar biasa. Semua itu menantikan hari penebusan.

Tidak ada kawan yang lebih baik daripada Roh Kudus. Ketika Saudara bernyanyi, “Yesus, Sahabat Sejati” (What A Friend We Have in Jesus), Yesus menjadi Sahabat Saudara melalui parakletos. Lagu itu ditulis oleh seorang pemuda yang ditinggal mati oleh kekasihnya ketika mereka hampir menikah. Kekasihnya ditelan ombak di Danau Ontario, Kanada. Di saat seperti itu ia menyadari ringkihnya hidup manusia dan manusia mungkin memasuki kesulitan-kesulitan yang begitu besar. Pada saat seperti itu, tidak ada Sahabat yang lebih baik selain Tuhan Yesus, maka ia menulis lagu itu. Pada tanggal 27 Desember 1975, saya berdiri di tepi Danau Ontario, di tempat terjadinya peristiwa itu. Saya merenungkan kembali lagu itu, lalu saya mencucurkan airmata. Saya mengerti terkadang Tuhan memperbolehkan seseorang mengalami pengalaman yang begitu buruk dan sulit diterima oleh manusia supaya Tuhan boleh menjamah hati orang itu untuk menghasilkan keindahan, sehingga melalui orang itu Tuhan boleh menyentuh lebih banyak jiwa. Kalau tidak pernah terjadi peristiwa itu, dan Roh Kudus tidak memberikan kekuatan kepadanya, tidak mungkin terciptanya sebuah lagu yang sudah menyentuh beratus-ratus ribu manusia. Lagu itu sampai saat ini belum sampai 150 tahun usianya. Tetapi sudah menguatkan berjuta manusia karena Roh Kudus bekerja secara berbeda dari pikiran manusia.

Manusia yang hidupnya tidak dipimpin oleh Roh Kudus, hidupnya tidak mungkin berdinamika. Orang yang mempunyai kesuksesan yang besar, jika tidak dikaitkan dengan relasi interpretasi antara Pencipta dan ciptaan baru oleh kuasa Roh Kudus, tidak mungkin mempunyai dinamika hidup. Roh Kudus, dengan keluh-kesah yang tidak terkatakan, berdoa untuk kita. Setelah kita melihat bahwa kita dan seluruh dunia penuh dengan keluh-kesah, akhirnya dikatakan bahwa Roh Kudus juga berkeluh-kesah bagi kita, mendoakan kita.

Seringkali orang mengaitkan Roma 8:26-27 dengan glossolalia. Jangan demi ingin menegakkan doktrin yang Saudara anggap benar lalu Saudara memakai ayat Alkitab secara sembarangan. Ayat ini adalah ayat yang agung di mana Roh Kudus mengoreksi doa kita yang tidak benar, dijadikan benar, lalu disempurnakan sehingga bisa diterima oleh Allah. Doa kita seringkali tidak benar, terlalu egosentris (berpusat pada diri sendiri), dan hanya mementingkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Jika setiap doa kita dicatat dan direkam di sorga, kemudian dianalisis, saya rasa banyak orang yang akan sangat malu karena doa-doanya terlalu berpusat pada diri sendiri. Kita tidak mencari kerajaan Allah dan kebenaran Allah, tetapi hanya mencari keuntungan dan kekayaan diri sendiri supaya dilindungi oleh Tuhan dan tidak peduli dengan orang lain. Jarang orang Kristen yang mendoakan orang miskin dengan sungguh-sungguh, mendoakan pemerintah agar memerintah dengan lebih adil, atau mendoakan masyarakat atau orang-orang jahat agar mereka bertobat. Seringkali Saudara hanya berdoa untuk keluarga Saudara sendiri. Doa kita sering menjadi pernyataan keegoisan kita dan bertapa tidak malunya kita meminta-minta kepada Tuhan seperti pengemis, sehingga doa kita menjadi doa-doa yang begitu najis dan menjijikkan di hadapan Tuhan Allah. Tetapi saat seperti itu Roh Kudus begitu sabar, dengan keluh-kesah yang tidak terkatakan, Ia menolong kita berdoa agar sesuai dengan kehendak Tuhan. Ayat ini tidak perlu dikaitkan dengan glossolalia. RohKudus sendiri yang mengoreksi doa kita.

Doa kita seringkali salah, Kalau setiap doa kita dikabulkan, celakalah kita, dan celakalah dunia ini. Ada orang yang ketika patah hati berdoa minta mati, tetapi baru setengah mati segera minta hidup lagi. Seringkali doa kita tidak beres. Tuhan Yesus berkata, “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.” (Matius 6:33), tetapi manusia tetap tidak mau mencarinya. Kebaktian doa yang paling banyak dihadiri orang adalah kebaktian yang paling banyak mementingkan kepentingan diri sendiri. Sebaliknya, kebaktian doa yang mementingkan penginjilan sedunia sedikit sekali pengunjungnya, karena penginjilan sedunia tidak ada hubungannya dengan Saudara. Bagaimana dengan sikap kita sebagai orang yang sudah dipenuhi Roh Kudus?

Amin.
SUMBER :
Nama buku : Dinamika Hidup Dalam Pimpinan Roh Kudus
Sub Judul : Bab 4 : Pekerjaan Utama Roh Kudus (3)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2014
Halaman : 56 – 66