Dari seluruh pembahasan tentang Kristus, hal yang paling memperkenan Allah Bapa di sorga adalah pengenalan akan Anak Tunggal Allah, segala rencana dan anugerah-Nya, serta firman tentang Kristus. Segala kebijaksanaan Allah melembaga di dalam diri Yesus yang berinkarnasi ke dunia, menjadi manusia, berdaging dan berdarah, hidup di tengah manusia, penuh kebenaran dan anugerah.

Dalam topik ini kita akan membicarakan tiga kalimat, khususnya kalimat yang ketiga, yang paling suram, misterius, dan sulit untuk dimengerti, yaitu, “Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati, dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut.” Ketiganya melukiskan Kristus yang kita percaya. Kristus adalah Kristus yang mati, dikuburkan, dan masuk ke kerajaan maut. Di dalam pernyataan ini terkandung rahasia kemenangan yang tidak ada pada agama dan kebudayaan yang pernah dijadikan pengharapan manusia.

Hari itu hari Sabat, sebelum matahari terbenam, tidak boleh ada jasad yang tergantung di atas salib, sehingga semua jasad harus diturunkan sebelum Sabat tiba. Yesus telah mati, sehingga harus diturunkan dan dikuburkan. Ketika kedua perampok yang dihukum bersama Yesus belum mati, terpaksa kaki mereka dipotong agar darahnya keluar dengan deras lalu segera mati, baru jasad mereka diturunkan. Ketika mereka mau memotong kaki Yesus, mereka menemukan bahwa Yesus sudah mati. Inilah kematian yang berbeda. Yesus secara aktif menyerahkan nyawa-Nya. “Tak seorang pun yang dapat mengambil nyawa-Ku dari pada-Ku, kecuali Aku sendiri yang menyerahkannya. Jika Aku berhak menyerahkan nyawa-Ku, Aku pun berhak mengambilnya kembali.” Sedangkan semua orang yang lain mati secara pasif, tak berdaya, terpaksa menyerahkan nyawanya.

Yesus berkuasa mengatur hidup, maka Ia pun berkuasa menyerahkan hidup. Itu berarti, yang tidak seharusnya dan tidak perlu mati, justru sengaja rela mati dan menyerahkan nyawa-Nya, atas inisiatif dan kerelaan-Nya sendiri, karena taat kepada rencana Allah. Allah memang bermaksud menekan, menganiaya, menindas, dan menyerahkan semua hutang dosa kita untuk ditanggung oleh Yesus. Di dalam Yesaya 53:10 tercatat, “Allah memutuskan untuk meremukkan Dia dan menumpahkan segala hukuman dosa kita kepada-Nya.” Yesus menerima nasib seperti itu dan berkata, “Bapa, Aku menyerahkan nyawa-Ku ke dalam tangan-Mu.” Lalu Ia menghembuskan napas terakhir dan mati. Inilah Kristus Sang Juruselamat yang mengabdi dan menyerahkan seluruh hidup-Nya, bahkan nyawa-Nya, sesuai rencana Allah.

Galatia 1:4 berkata bahwa penyerahan diri Kristus adalah seturut kehendak Allah. Kematian Kristus merupakan satu-satunya kematian dalam kehendak Allah. Semua kematian yang lain bukan kehendak Allah, tetapi upah dosa. Kematian Kristus bukan upah dosa, karena Ia tidak berdosa. Kristus suci, benar, Tuhan yang menguasai seluruh hidup. Ia mati menggantikan kematian orang lain. Ketika dikuburkan, tidak ada tulang pada jasad Yesus yang dipatahkan. Ini rencana Tuhan. Seluruh tubuh Yesus dibungkus rempah dan dibalut kain kafan, dikuburkan dengan meletakkan jasad-Nya dalam sebuah gua kubur, lalu ditutup dengan sebuah batu besar yang membutuhkan paling sedikit tujuh orang laki-laki dewasa yang sangat kuat untuk mendorong batu itu. Di depan lubang kubur itu terdapat semacam parit untuk meletakkan batu penutup itu agar tidak dapat didorong lagi. Untuk membukanya, tidak cukup tenaga tujuh orang mendorong keluar batu itu. Karena itu, merupakan suatu cerita bohong dan adalah fitnah yang mustahil ketika ada orang berkata bahwa ada orang yang datang malam-malam dan mencuri jasad Yesus lalu mengumumkan Yesus bangkit. Ingat pula bahwa pada saat itu satu legiun tentara Romawi diperintahkan untuk menjaga, karena memang sudah ada rumor bahwa malam itu mungkin ada orang yang mau mencuri jasad Yesus untuk menipu bahwa Yesus bangkit.

Ketika Yesus bangkit pada hari ketiga, semua tentara itu lari ketakutan, karena kuasa kebangkitan begitu besar dan batu itu tergelinding, bukan dengan diam-diam orang mendorong batunya. Ketika Yesus bangkit, malaikat datang menjaga kubur itu, menanti sampai para wanita yang tahu di mana Yesus dikuburkan datang. Pada hari ketiga pagi-pagi, mereka datang mau melihat kuburan Yesus. Ketika mereka datang, malaikat berkata, “Datang ke sini untuk mencari siapa? Mengapa engkau mencari yang hidup di tengah orang mati? Ketahuilah, Ia tidak ada di sini, Ia sudah bangkit.” Para wanita tersebut terkejut dan sadar, lalu berkata, “Mari kita segera pulang dan memberi tahu para murid bahwa Yesus sudah bangkit.” Ketika Yesus bangkit, dengan kuasa besar malaikat membuka dan menjaga kubur-Nya dan Yesus keluar dari kubur-Nya. Ketika Petrus dan Yohanes mendengar kabar bahwa Yesus bangkit, mereka segera berlari ke kuburan itu. Tetapi hanya beberapa wanita yang tahu tempat Yesus dikuburkan. Para murid melarikan diri ketika Yesus disalibkan, tidak ada yang memperhatikan di mana Yesus dikuburkan. Ketika Petrus dan Yohanes tiba di kuburan, mereka hanya melihat kain penutup kepala Yesus dan kain kafan yang melilit-Nya. Jika seseorang sudah dibungkus, kemudian diikat dengan kain kafan lagi, tidak mudah untuk melepaskannya, kecuali kain-kain itu dipotong. Tetapi Yesus bangkit tanpa bisa dibatasi oleh lilitan yang menahan dan membatasi-Nya. Ia bisa langsung keluar dari lilitan itu. Demikian pula kain-kain pembungkus kepala dan tubuh-Nya masih rapi di situ. Itu berarti Ia bangkit dengan kuasa yang berbeda, yaitu dengan kuasa Allah. Yesus sungguh mati dan sungguh dikuburkan.

Frasa selanjutnya aneh, “Turun ke dalam kerajaan maut.” Ini keunikan yang hanya terjadi pada satu orang, yaitu Yesus yang berinkarnasi. Yesus berinkarnasi membuktikan bahwa Ia sengaja datang dengan tujuan istimewa. Kematian Yesus adalah kematian yang direncanakan Tuhan Allah. Alkitab berkata, “Di dalam segala hal Ia sama seperti kita, mengalami semua yang kita alami, hanya saja Ia tidak berdosa” (Ibr. 4:15). Ketika dicobai, kita sering gagal dan kompromi, sedangkan Yesus tidak. Semua pencobaan Ia tolak dan tidak berkompromi sama sekali. Yesus berdiri tegas dan berkata kepada Allah, “Aku datang menjalankan kehendak-Mu. Segala tentang Aku sudah tertulis dalam gulungan-Mu.” Yesuslah satu-satunya manusia yang taat mutlak sampai mati kepada rencana dan pengaturan Allah Bapa-Nya di sorga. Ia mati dengan rela, membuktikan Ia boleh mati tetapi tidak dikalahkan maut. Kisah Para Rasul mencatat semua ini dan Pengakuan Iman Rasuli mengakui, bahwa Ia mati, dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut.

Frasa “turun ke dalam kerajaan maut” baru muncul di abad ke-7. Sebelumnya, orang Kristen masih simpang siur pengertiannya. Ada yang mengatakan bahwa Yesus pernah masuk neraka, dan ada yang mengatakan tidak mungkin, karena sebelum mati Ia sudah berjanji kepada perampok itu, “Hari ini juga engkau akan bersama-sama Aku di Firdaus.” Jika Yesus ke Firdaus, berarti Ia tidak ke neraka. Jika Yesus ke alam maut, berarti Ia tidak ke Firdaus. Maka pernyataan ini muncul ketika Rufinus memasukkannya ke dalam versi PIR-nya dan diakui di gerejanya di Aquileia, Italia. Kemudian sekitar delapan ratus tahun kemudian, Luther dan Calvin juga mengakuinya, hingga menjadi versi Pengakuan Iman Rasuli yang hingga sekarang kita ikrarkan setiap minggu. Kini tugas kita yang dalam lima ratus tahun terakhir untuk terus mengingat dan menyatakannya, sehingga gereja harus mencantumkan kalimat ini dalam Pengakuan Iman Rasuli dan diikrarkan setiap minggu. Jika engkau pergi ke gereja yang tidak mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli, engkau harus berhati-hati, karena gereja yang tidak memiliki kredo berarti tidak menghargai doktrin dan tidak mengetahui apa yang mereka percayai. Di Indonesia ada orang-orang yang kaya bisnis gereja. Jika kita tidak kembali kepada firman, gereja menjadi sarang setan dan menipu banyak orang. Mereka merasa sudah Kristen dan tidak perlu lagi diubahkan dan mendengar pengajaran Theologi Reformed. Kita perlu berdoa agar kita sendiri menjadi kaum yang menguduskan dan memuliakan nama Tuhan di atas bumi.

Yang membunuh Yesus adalah orang Farisi, yang memaku-Nya adalah orang-orang Romawi, yang menghina Dia adalah orang-orang Saduki dan Yahudi. Mereka menganggap Yesus pengkhianat, orang yang berani melawan Allah, menginjak-injak Taurat Musa, dan melanggar seluruh hukum Perjanjian Lama. Ketika melihat Yesus mati, mereka menyangka urusan mereka telah selesai. Pembunuhan banyak didasarkan atas iri hati dan perasaan terancam oleh musuh yang harus dilawan. Demikian pula ketika Kain membunuh Habel. Mereka berkata, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Setelah Yesus disalibkan, mereka lega karena mereka anggap urusan sudah selesai. Mereka tidak tahu bahwa Alkitab mengatakan bahwa mereka sedang membunuh Penghulu Hidup (Kis. 3:15). Mereka menyerahkan Yesus kepada para pendosa untuk dihakimi dan dipaku di atas salib, tetapi Ia tidak mungkin ditawan oleh kuasa maut. Maka Ia pun bangkit.

Di dalam Kisah Para Rasul 7, Stefanus berkata, “Tuhan mengirim yang suci, yang benar, Sang Kudus, Sang Benar itu sudah tiba, tetapi Israel membunuh Yesus. Meski engkau membunuh Penghulu Hidup, Allah membangkitkan-Nya kembali.” Jika saya mau merusak setangkai bunga, saya dapat merusaknya dengan mudah, karena bunga mudah dirusak dan dihancurkan. Tetapi jika saya mau memisahkan air dalam gelas dengan pisau yang paling tajam sekalipun, saya tidak akan dapat melakukannya, karena air mustahil dipotong. Sekalipun pisau itu begitu keras dan kuat, sementara air begitu lembut dan tampak lemah, tetapi air memiliki kekuatan untuk langsung bersatu kembali, karena air memiliki sifat bersatu dan tidak bisa dipisahkan. Air mustahil menjadi kepingan-kepingan yang terpisah, karena ada wadah yang menampung, memelihara, dan mempersatukannya. Kecuali air itu keluar dari wadahnya, barulah ia menjadi tetesan-tetesan yang terpisah-pisah. Hidup Kristus adalah hidup yang utuh, tak terpecahkan, tak terhancurkan, dan menjadi Sumber Hidup bagi semua.

Ketika manusia berhasil memaku Yesus di kayu salib, mereka berpikir mereka sudah menang karena sudah berhasil membunuh Yesus. Mereka tidak tahu bahwa kematian Yesus itu bukan selamanya. Kalimat Yesus yang pertama di kayu salib, “Bapa, Aku datang menjalankan kehendak-Mu… Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan kalimat terakhir, “Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku,” menyatakan Yesus yang berinisiatif. Mereka yang membunuh Yesus berpikir bahwa merekalah yang telah mengambil nyawa-Nya, padahal nyawa Yesus ada di tangan Allah, bukan di tangan mereka.

Yesus kembali kepada Bapa. Ia tidak pernah jatuh ke dalam tangan manusia. Yang membunuh-Nya hanya membunuh tubuh-Nya. Yesus pernah berkata, “Jangan takut kepada mereka yang hanya dapat membunuh tubuh, tetapi tidak bisa membunuh jiwa.” Hanya Yesus adalah Penghulu Hidup yang memiliki kuasa berkata seperti itu, tetapi kepada perampok itu Yesus berkata, “Hari ini juga engkau dan Aku ada di Firdaus.” Sekalipun Yesus pernah mengalami maut, tetapi Ia tidak pernah ada di bawah kuasanya. Inilah perbedaan kematian Yesus dari kematian semua manusia lainnya.

Sekitar dua puluh tahun yang lalu, saya pernah berkata ada perbedaan kematian Yesus dari kematian manusia lain, yaitu: (1) Kita mati di bawah kuasa dosa, sedangkan Yesus mati di dalam rencana Allah; (2) Kita mati secara pasif, sedangkan Yesus mati secara aktif; (3) Kita ada di bawah kuasa maut dan menyerahkan tubuh kepada kematian secara terpaksa, sedangkan Yesus berada di atas kuasa maut dan menyerahkan nyawa-Nya sendiri; (4) Kematian kita adalah hidup yang ditelan kuasa maut sebagai upah dosa, sedangkan kematian Yesus adalah kematian yang menelan kuasa maut. Yesus adalah Pemberi dan Pemelihara Hidup.

“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” Kalimat itu berarti lebih dari yang kita perlukan. Kita tidak perlu khawatir akan keuangan. Jika semut pun tidak ada yang mati kelaparan, bagaimana mungkin Tuhan membiarkan manusia mati kelaparan? Jika engkau sungguh jujur, rajin, setia, dan sungguh-sungguh, bagaimanapun sederhananya hidupmu, engkau akan cukup makan dan tidak usah takut mati. Selama lebih dari 60 tahun melayani Tuhan, saya melihat ada semacam orang Kristen yang rakus dan akhirnya mati kekurangan dan kelaparan; tetapi ada semacam orang Kristen yang begitu berserah kepada Tuhan, mereka tidak pernah mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, akhirnya tetap hidup berlimpah, anak-anaknya Tuhan beri kecukupan. Jika Tuhan memanggil kita, dan kita mau menjalankan kehendak-Nya, mematuhi pimpinan-Nya, janganlah engkau banyak khawatir akan dirimu. Yesus menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah dan tubuh-Nya diserahkan kepada manusia. Tubuh-Nya pun tidak dibuang dan tidak satu pun tulang-Nya dipatahkan. Ketika kedua perampok dipotong kakinya, mereka berteriak begitu keras dan darah mengucur turun dengan deras dan mereka segera mati. Tetapi tubuh Yesus terpelihara, satu tulang pun tidak patah.

Yang disebut “kerajaan maut” adalah suatu tempat ke mana manusia harus pergi setelah ia mati. Di sini ada alam hidup, di situ ada alam maut. Di sini kerajaan manusia yang hidup, di situ kerajaan maut. Kerajaan maut adalah kerajaan rohani, tempat yang tidak bermateri. Sama seperti saat kita berkata, “Aku mencintai istriku.” Cintamu ditaruh di mana? Coba pegang. Tidak mungkin. Cinta ada di dalam hati, bukan? Tetapi sudah ganti hati, tetap cinta istri sendiri, berarti kalimat “cintaku dalam hatiku” adalah kalimat 
kiasan puitis.

Di manakah sorga? Sorga adalah setelah manusia selesai hidup di dunia ini, lalu ditambah selangkah lagi. Itulah sorga. Sorga adalah tempat orang percaya kepada Tuhan, menerima keselamatan di dalam Tuhan Yesus, dan setelah selesai hidup di dunia ini ditambah satu langkah lagi. Neraka adalah tempat di mana orang yang tidak mau Allah, terus berbuat dosa tidak mau bertobat, maka setelah selesai hidup di dunia ini, lalu ditambah selangkah lagi, itulah neraka. Apakah ini benar-benar ada? Ya. Ini merupakan tempat rohani. Sesuatu yang rohani tidak berdimensi materi. Seperti kita mengatakan apakah “cinta” itu ada? Kita sulit menemukan di mana cinta, tetapi cinta sungguh-sungguh ada. Jika cinta itu tiba, siang malam saya memikirkan dia, ingin bersatu dengannya, sehingga jika bisa bertemu senang luar biasa dan jika berpisah sedihnya juga luar biasa. Itulah cinta. Cinta itu begitu real, tetapi tidak tahu di mana tempatnya. Demikian pula sorga, sorga itu ada, real, tetapi tidak tahu tempatnya. Aku beserta Allah. Di sorga aku menikmati sukacita sorgawi; di situ aku mengalami realitas rohani yang ada.

Yesus turun ke dalam kerajaan maut. Tempat apakah yang dimaksud dengan “kerajaan maut”? Mengapa Yesus harus pergi ke tempat orang mati? Tempat ini adalah tempat rohani yang real, tetapi tidak bisa dijelaskan secara materi, karena bukan sebuah realitas yang material, fisik, dan geografis. Tidak ada dimensi panjang, lebar, atau tingginya. Sesuatu realitas yang real, tetapi tidak mudah untuk dimengerti. Yesus benar-benar turun ke dalam kerajaan maut. Ia pergi untuk mempersiapkan dan berjuang bagi kita, di tempat yang real, ada kerajaan yang real, ada Iblis yang untuk sementara menjadi penguasanya. Yesus pergi ke situ untuk berperang melawan Iblis dan mengalahkannya, menjadi Tuhan dari hidup yang menang dan menyiapkan keadaan untuk dapat menerima kita kembali kepada-Nya. Amin.

Sumber :  https://www.buletinpillar.org/transkrip/pengakuan-iman-rasuli-bagian-22-butir-kedua-16-turun-ke-dalam-kerajaan-maut