BAB 5 :
KEPASTIAN PENGHAKIMAN (2)

2. Penghakiman pada Manusia

Penghakiman yang kedua adalah untuk manusia. Setelah malaikat dihakimi, kini penghakiman datang kepada manusia. Sesudah malaikat dihakimi, manusia baru diciptakan. Lalu kita bertanya, “Mengapa Allah menciptakan manusia?” Allah menciptakan manusia untuk menjadi saksi Allah di tengah-tengah Allah dan Iblis. Kalimat ini jikalau Saudara jelas, dan mengerti, mengakibatkan Saudara tidak berani lagi sembarangan hidup sebagai manusia. Saudara adalah makhluk yang menentukan, karena Saudara dicipta di tengah-tengah Allah dan Iblis. Saudara sekarang harus menjadi saksi.

Augustinus memiliki suatu pemikiran theologi yang luar biasa. Ia mengatakan, “Sebanyak jumlah malaikat yang jatuh, sebanyak itulah jumlah yang akan diisi oleh manusia yang dipilih menurut kehendak Allah untuk mengisi kekosongan itu kembali.” Jadi, menurut Augustinus, jumlah kaum pilihan sama banyaknya dengan malaikat yang jatuh. Jika ada beribu-ribu juta malaikat yang jatuh, maka beribu-ribu juta manusia juga akan diselamatkan, karena Alkitab tidak pernah mengatakan, setiap orang di dunia akan diselamatkan. Alkitab juga tidak mengatakan, nanti neraka akan kosong dan sorga akan penuh. Alkitab mengatakan bahwa ada kaum pilihan, ada orang yang diselamatkan, yaitu mereka yang mendengar Injil dan menjawab “ya” kepada Tuhan. Setelah berkata “ya” mereka baru sadar, bahwa mereka tidak bisa mengatakan “ya” kalau bukan Roh Kudus yang menggerakkan. Itulah kaum pilihan.

a.Penghakiman di Eden

Manusia pertama-tama dihakimi oleh Tuhan di taman Eden. Heran sekali, waktu Allah melaksanakan penghakiman di taman Eden, Dia memakai media malaikat. Perhatikan ini, semuanya kait-mengkait secara luar biasa. Malaikat jatuh, dihakimi oleh Tuhan. Malaikat yang tidak jatuh dipakai untuk menghaklimi manusia. Jadi di sini relasi malaikat-manusia saling terkait di seluruh Alkitab. Malaikat yang tidak jatuh dipakai oleh Tuhan untuk menjaga taman Eden, dengan suatu pedang yang berputar terus, berarti tidak habis-habisnya keadilan Allah sedang berproses untuk terus-menerus menjalankan sifat ilahi untuk menentang dosa. Tetapi, pedang yang terus berputar, yang di tangan Kerubim itu, membuat tidak ada lagi kemungkinan bagi manusia untuk masuk ke taman Eden lagi, berarti perceraian sudah terjadi. Where sin is, there is separation. Where sin is, there is isolation. Where sin is, there is alienation. Istilah ketiga yang saya pakai selain separation dan isolation adalah alienation, suatu istilah yang paling banyak dipakai oleh orang-orang komunis, baik oleh Lenin, Stalin, maupun Mao Tze Dong sampai Deng Xiao Ping. Mereka suka memakai istilah alienation, yaitu pengasingan yang membuat Saudara tersendiri.

Tetapi sebenarnya, pengertian itu sudah dimulai dari konsep Alkitab. Manusia yang sudah berbuat dosa dipisahkan oleh Tuhan, diisolasikan dan dipisahkan sehingga tidak ada kontak lagi, maka manusia menunggu penghakiman selanjutnya.

b. Penghakiman Hati Nurani

Penghakiman kedua adalah pekerjaan hati nurani Saudara. Istilah “hati nurani” di dalam bahasa Latin adalah conscientia. Dan istilah ini tidak ada di dalam bahasa Ibrani, sehingga tidak pernah muncul satu kali pun tentang hati nurani di dalam Perjanjian Lama. Tetapi bukan karena istilah ini tidak muncul berarti tidak ada, karena di dalam Perjanjian Lama gejala-gejala hati nurani muncul begitu jelas, misalnya setelah Adam berdosa, dia merasa takut. Perasaan takut adalah refleksi adanya sesuatu yang sedang bekerja abnormal. Seharusnya hati itu harmonis dengan kelakuan dan pikiran. Sekarang hati itu menjadi lawan dan perasaannya sudah berubah menjadi takut. Mengapa? Ia tidak lagi pada kondisi normal, ia sedang melawan, sedang berkonflik, sedang menggeser diri, menjadikan manusia takut. Misalnya, pada waktu Daud memotong ujung pakaian Saul, hatinya merasa tidak enak. Ini membuktikan bahwa hati nurani bekerja di dalam Perjanjian Lama, sekalipun istilahnya tidak muncul. Dengan pencerahan dan wahyu progresif (yang semakin berkembang), kita melihat istilah ini muncul dalam Perjanjian Baru. Hati nurani diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa Arab; nur rani, nur artinya cahaya, nurani berarti cahaya yang mendasar dalam hati seseorang.

Menurut Alkitab Perjanjian Lama, dalam Amsal, Roh Manusia merupakan pelita Tuhan (Amsal 20:27). Berarti di dalam diri kita ada pelita. Pelita itu adalah pelita yang bercahaya, seperti lampu tempel yang sedang bercahaya. Pelita ini dalam bahasa Arab adalah nur, bahasa Indonesia nurani, dan pelita ini menurut orang Tionghoa yang mengikuti filsafat Mencius, merupakan suatu perasaan halus dalam hati yang membedakan baik dan jahat, yang memberikan pengertian untuk bersimpati kepada orang lain. Ketika melihat orang miskin, kita tergerak; kalau orang sakit keras, kita ingin membantu; kalau melihat orang jahat, kita jengkel. Kita bisa jengkel, bisa senang, bisa kasihan, itu pekerjaan hati nurani. Perasaan ini dimengerti oleh orang Timur jauh lebih kuat daripada orang Barat. Orang Timur kalau melihat orang menangis ingin ikut menangis, kalau orang Barat melihat Saudara menangis akan dipotret. Mereka terlalu rasional. Orang Timur kalau pergi ke gereja suka menangis, orang Barat kalau pergi ke gereja suka membanggakan diri. Mana yang lebih memiliki Roh Kudus? Roh Kudus bukan roh perasaan. Roh Kudus bukan roh rasio; Roh Kudus adalah Roh Kebenaran.

Hati nurani, di dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru adalah suneidesis, dan dalam bahasa Latin adalah conscientia, artinya company of knowing, artinya bersama dengan saya mengetahui sesuatu. Ketika Saudara pergi ke suatu tempat, Saudara melihat ada sebuah arloji Rolex platinum, yang sudah Saudara inginkan sejak lama, lalu Saudara melihat kiri kanan, depan belakang, tidak ada pendeta atau majelis, puji Tuhan ada Rolex, puji Tuhan tidak ada orang tahu. Lalu Saudara berkata, “Tuhan terima kasih kesempatan yang baik sudah tiba. Anugerah-Mu begitu besar, mengirim Rolex tanpa mengirim mata, aku bersyukur kepada-Mu.” Lalu Saudara bawa pulang. Saudara memang mengatakan, “Tidak ada orang,” tetapi dalam hati ada yang berkata, “Siapa bilang tidak ada yang tahu, saya juga tahu.” Saya itu siapa? Saya itu hati nurani (co-knower).

Itulah susahnya menjadi manusia, di mana-mana ada mata-mata yang ikut mengintai. Itu representatif dari Tuhan, tetapi mata-mata itu “kurang baik” karena bisa disuap dan ditekan. Jadi, ada orang-orang yang hati nuraninya sudah tidak lagi berfungsi. [Bagian ini sudah dijelaskan di dal;am Bab 4 “Sembilan Sarana Penghakiman Allah” di butir “Penghakiman Hati Nurani.”]

PENGHAKIMAN ALLAH ATAS DOSA MANUSIA

Allah yang benar dan adil adalah Allah yang mengadili dunia yang telah berdosa dan melanggar keadilan dan kebenaran Allah. Dunia ini pasti diadili oleh Tuhan, dunia ini pasti akan menerima penghakiman dari Tuhan, tidak peduli manusia setuju atau tidak setuju. Orang yang berkata, “Saya tidak percaya kepada Allah,” suatu hari harus berdiri di hadapan Allah untuk mempertanggungjawabkan segala hal, termasuk kalimat yang ia ucapkan. Alkitab dengan jelas menyatakan penghakiman Allah, yang akan dimulai dari rumah-Nya sendiri.

Kedua ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa Allah telah terus-menerus memberikan toleransi kepada kita, manusia yang berdosa ini, untuk bertobat. Tetapi kita selalu berkata bahwa segala sesuatu beres; sekalipun telah berbuat dosa, semuanya tetap lancar; sekalipun berbuat dosa begitu besar, Allah tidak bisa apa-apa. Inilah kebodohan manusia yang menilai kelancaran diri untuk menentukan Allah marah atau tidak. Saya rasa, ajaran yang salah seperti ini sedang melanda seluruh Indonesia.

Ada orang yang menganggap jika seorang mati kecelakaan, berarti ia dikutuk Tuhan; dan jika dilimpahi segala kekayaan, kemurahan, dianggap sebagai bukti Tuhan memberkati. Ajaran sedemikian kelihatannya benar, tetapi salah, karena Anak Allah sendiri hidup paling menderita di dunia, bukan karena dosa, tetapi karena rencana Allah untuk meremukkan Dia (Yesaya 53). Ayub menderita karena ujian Allah menunjukkan bahwa ia adalah orang yang mengikut Tuhan dengan hati yang murni. Stefanus dirajam dengan batu justru untuk membuktikan kepada orang lain bahwa ia begitu setia sampai mati (Kisah Para Rasul 8).

Alkitab mengajarkan sebaliknya, orang yang hidup lancar dan memiliki kekayaan mungkin bukan karena berkat Allah. Ada orang yang menjadi kaya karena dosanya begitu besar. Ia telah menyimpang dari segala jalan yang benar, sehingga untuk sementara ia mendapatkan banyak berkat kekayaan, tetapi bukan dari Allah, melainkan dari Iblis. Itu sebabnya, yang miskin jangan iri hati kepada yang kaya, dan yang sakit jangan cemburu kepada mereka yang sehat. Pada waktu pemazmur menanyakan, “Mengapa ada orang yang begitu jahat hidupnya begitu lancar, begitu berkembang dan maju?” Tuhan memberikan wahyu kepada orang-orang demikian, sehingga mereka tahu bahwa orang yang kelihatannya begitu lancar, sebenarnya sedang menuju suatu jalan licin yang akan menjatuhkan mereka sendiri (Mazmur 73). Kekayaan dan kelancaran tidak membuktikan bahwa orang tersebut diberkati Tuhan. Banyak kekayaan yang berasal dari Iblis. Tuhan Yesus sudah memberikan contoh kepada kita, bahwa Ia menolak segala kedudukan dan kekayaan dari Iblis, dan rela naik ke kayu salib (Matius 4:11). Barangsiapa menganggap semua penderitaan adalah wakil atau simbol kutuk Allah, ia belum mengerti Alkitab dan ia tidak berhak berdiri untuk mengajar orang lain. Paulus mengatakan ada hukuman yang datang seketika, tetapi ada juga hukuman yang mengejar sampai hari pengadilan terakhir.

Seperti juga ilustrasi dua orang disebuah kota kecil Urina di Uni Sovyet pada zaman kejayaaan komunisme sekitar 80 tahun yang lalu, yang mempropagandakan tidak ada Allah dengan jalan menembakkan pistolnya ke atas, seolah menembak Allah sambil menghina Allah. Tidak ada dosa yang tidak dihakimi Allah, tidak ada dosa yang lolos dari keadilan Allah. Mungkin Allah menghukum dengan segera, tetapi mungkin juga Allah membiarkan sampai pada penghakiman terakhir.

Dengan segenap hati saya menegaskan, jangan bermain-main dengan Allah. Allah tidak mau dipermainkan. Celakalah Saudara yang melakukan segala sesuatu dengan kebebasan Saudara yang tidak terkendalikan. Celakalah Saudara yang berani mempermainkan anugerah Tuhan dengan mempermainkan yang benar dengan yang tidak benar. Tidak ada satu kelakuan dosa atau pikiran yang jahat yang tidak dihakimi Allah. Jika Saudara mau menjadi seorang yang takut dan hormat kepada Allah, berhati-hatilah dengan semua benih kejahatan dari Iblis yang ditanam di dalam hati, pikiran,dan tindakan Saudara. Allah tidak pernah memberikan tempat bagi dosa. Oleh sebab dosa manusia, Anak Allah harus mati di kayu salib; karena dosa manusia, Yesus Kristus harus dikutuk dan berteriak, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Awal Oktober 1992 di Korea, ada pendeta yang ditangkap karena ia berkhotbah bahwa Tuhan Yesus akan datang tanggal 28 Oktober 1992, sehingga banyak orang memberikan persembahan, dan uang sekitar US $8.000.000 itu dimasukkan ke dalam rekening pribadinya di bank. Saya sangat tidak setuju dengan gereja yang seluruh perpuluhan dari anggotanya diberikan kepada pendeta. Itu ajaran sesat, ajaran yang tidak benar. Di dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Lama, dikatakan bahwa seluruh perpuluhan dari 12 suku Israel; diberikan kepada satu suku, yaitu suku Lewi. Ini berarti 12 suku berbanding 1 suku, maka kira-kira perpuluhan dari 12 orang untuk 1 orang. Tetapi jika kita satu gereja dengan 5.000 anggota memberikan perpuluhan untuk 1 orang, itu hal yang tidak beres. Hal sedemikian merupakan pencarian nafkah yang lebih tamak daripada Yudas. Pemimpin-pemimpin gereja seperti demikian harus bertobat! Jangan kira Saudara sedang menjalankan perintah Alkitab. Jangan kira dengan demikian Saudara boleh menjadi cukong-cukong yang mencuri uang Tuhan. Perpuluhan adalah untuk seluruh keluarga Tuhan, bukan untuk kepentingan pribadi. Pendeta tidak boleh memakai uang Tuhan di dalam rekening bank sendiri untuk mendirikan yayasan, lalu semua keuangan dan inventaris gereja diatas-namakan pribadi sendiri. Itu semua penipuan dan pencurian. Di Indonesia sudah terlalu banyak pencuri yang berjubah pendeta. Mereka pasti tidak akan dilepaskan dari penghakiman Allah.

Hukuman Allah didasarkan pada keadilan ilahi. Kesucian ilahi, keadilan ilahi, harus dilaksanakan di atas bumi. Di dalam Yesaya 42:1,4, Tuhan Allah berkata tentang Mesias (Kristus): “Lihatlah. Itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan….supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa….sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.” Dia tidak akan kecewa, tidak akan putus asa, dan terus-menerus menegakkan kebenaran di atas bumi ini.

Sebagai penutup, kita akan melihat adanya lingkup penghakiman yang terjadi.

Pertama-tama, adalah penghakiman untuk orang Kristen sendiri. Jangan Saudara kira orang Kristen tidak akan dihakimi. Orang Kristen memang tidak dihakimi karena status dosa mereka. Hal ini sudah dibereskan pada waktu Roh Kudus memberikan penghakiman, yaitu pada wajktu mereka mendengar Injil. Tetapi Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa penghakiman Allah akan dimulai dari keluarga Allah sendiri. Itu sebabnya, Saudara sebagai anak-anak Allah tidak bisa luput dari penghakiman Allah. Pasti ada penghakiman bagi kita, meskipun penghakiman itu bukan mengenai dosa dan kebinasaan, tetapi mengenai bagaimana kesetiaan, hidup kesaksian dan pelayanan kita. Penghakiman bagi kita adalah penghakiman atas segala sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan di dalam penatalayanan. The Judgment will start from the family of God himself, from the household of God, dimulai dari keluarga Allah, dimulai dari rumah Tuhan sendiri. Berarti anak-anak Kristen, orang-orang yang sudah diselamatkan harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikaruniakan oleh Tuhan baik waktu, uang, bakat, talenta, maupun pikiran, segala sesuatu yang ada pada Saudara. Dengan nama lain, inilah penghakiman di atas takhta Kristus.

Setelah penghakiman atas rumah Tuhan, barulah dilaksanakan penghakiman terakhir yaitu penghakiman di atas Takhta Putih. Pengadilan ini adalah penghakiman untuk seluruh manusia di dunia, untuk segala bangsa, segala raja, segala jendral, segala pembesar. Pada waktu mereka melihat Anak Allah murka, mereka akan berteriak, “Biarlah batu menimpa kepalaku, gunung jatuh ke atasku, tindaslah aku, karena aku tidak tahan melihat Anak Allah itu marah dan aku akan dihakimi!”

Pada waktu hari itu tiba, tidak ada satu orang pun bisa meloloskan diri dari Tuhan. Biarpun sebelumnya Saudara mengaku sebagai seorang atheis, saat itu Saudara harus mengaku Allah ada, tetapi sudah terlambat. Dua ratus tahun yang lalu, seorang politikus di Inggris bernama Thomas Scott mengatakan satu kalimat sebelum kematiannya, I have never believed in heaven and hell before, but now I believe both, yet it is too late.” (Aku belum pernah percaya sorga dan neraka sebelumnya, sekarang aku percaya keduanya, namun sudah terlambat), lalu ia menutup matanya.

Penghakiman akan tiba, penghakiman sedang berjalan dan penghakiman didasarkan pada empat prinsip ini:

  • (1) berdasarkan kedaulatan Allah yang adil;
  • (2) berdasarkan segala kelakuanmu, termasuk yang tidak diketahui oleh orang lain, tetapi Tuhan tahu;
  • (3) berdasarkan Injil yang sudah diberitakan dan responmu; dan terakhir
  • (4) berdasarkan rahasia-rahasia Allah yang melampaui marifat (hikmat) manusia.

Yesus akan segera datang kembali, dan penghakiman terakhir itu akan dijalankan. Mengapa kita mengabarkan Injil? Karena takut akan Allah, maka kita harus memberitahu orang lain adanya pengharapan di dalam Kristus.

Sudahkah Saudara siap sedia berjumpa dengan Allah? Sudahkah Saudara mempersiapkan diri melalui bahan-bahan seperti ini? Atau hanya sekadar supaya tahu lebih banyak untuk isi otak Saudara saja?

Amin.
SUMBER :
Nama Buku : Dosa, Keadilan, dan Penghakiman
Sub Judul : Bab 5 : Kepastian Penghakiman (2)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2014
Halaman : 129 – 138