Nasib Meng mulai berputar ketika dia menjadi pengepel lantai Stadion Shenzhen dalam pertandingan bola basket.

Dilansir Huashang Daily via The Star Online Rabu (31/1/2/2018), Meng memulai pekerjaan tersebut dengan status sukarelawan pada 2013. Misinya hanya satu: memastikan lantai kering sehingga pemain terhindar dari jatuh yang bisa menimbulkan cedera.

Setiap kali pertandingan berhenti karena adanya insiden, Meng langsung berlari ke arah lantai yang dianggapnya basah oleh keringat pemain. Di sana, pria yang kini berusia 31 tahun tersebut bakal mengepel sekeras mungkin, dan kemudian berlari kembali ke kursinya.

Meng melakukan pekerjaan itu tidak asal-asalan. Dia juga memperhatikan setiap detil penampilannya. “Saya memasukkan baju saya, memberi gel di rambut, dan menyemir sepatu saya,” kata Meng.

Suatu hari di Desember 2016, aksinya dalam mengepel lantai tertangkap kamera sebuah kanal televisi.

Netizen di Negeri Panda pun ramai memperbincangkan etos kerjanya yang bagus, dan penampilannya yang tetap klimis meski hanya berstatus pengepel lantai. Di mata warganet, Meng merupakan representasi dari ketekunan, gairah, dan keseriusannya dalam mengerjakan sebuah profesi yang dianggap gampang dilakukan itu.

Tim-tim liga basket di China mulai memperhatikannya, dan menawari Meng untuk mengepel lantai mereka. Karir Meng mulai menanjak ketika dia dipercaya sebagai pengepel lantai laga All-Star basket China di Januari 2017, sebuah pekerjaan yang menurutnya hanya terjadi dalam seumur hidup.

Agar pekerjaannya sempurna, dua pekan sebelum pertandingan, dia berlatih berlari 10 kilometer setiap pagi agar gerakannya lincah dan cepat.

Dedikasinya kepada pekerjaan di pinggir lapangan membuatnya menerima tawaran karir yang bisa dibilang adalah puncak kehidupannya. Pertengahan tahun lalu, sebuah perushaan teknologi di Beijing menawarkan jabatan sebagai asisten manajer kepada Meng. Per tahun, Meng bakal menerima gaji hingga 200.000 yuan, atau sekitar Rp 423,6 juta.

Sebelum wawancara asisten manajer, dia menghabiskan 15 hari menganalisis kekurangan dan kelebihan yang bisa dipakainya di karir barunya.

“Sejak awal, saya selalu percaya bahwa ada panggung lebih besar yang bakal disediakan bagi saya,” ungkap Meng. Meski kini telah menempati jabatan yang sangat enak, Meng tidak lupa akan masa lalunya.

Bahkan, dia masih mempunyai satu impian lagi. Apa itu? “Suatu saat, saya ingin mengepel lantai di laga NBA (liga basket Amerika Serikat),” tutur Meng.

Gayung bersambut setelah Wang Zhizhi mengatakan bakal membantunya untuk diberi kesempatan mengepel lantai di NBA. Adapun Wang adalah mantan pemain berposisi Center yang pernah bermain bagi Dallas Mavericks, Los Angeles Clippers, hingga Miami Heat.

Sumber : https://www.msn.com/id-id/berita/dunia/berawal-dari-pengepel-lantai-basket-pria-ini-jadi-asisten-manajer/ar-BBIuWFz