“Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.”  (Mazmur 24:1)

“Bumi dan segala sesuatu yang ada didalamnya adalah milik Tuhan”, jadi, tidak ada sebutir pasir atau sebuah batu kerikil yang bukan milik Tuhan. Untuk siapakah Tuhan menciptakan semesta alam dan segala isinya?

1. Untuk manusia (Kolose 1), jadi, tidaklah salah, bila manusia meluncur ke Mars. guna melakukan penelitian adakah air disana, adakah makhluk yang pernah hidup di sana…. untuk menemukan segala rahasia yang ada di dalam semesta alam. Itulah Christian world view of science.Tidak ada agama yang menyadari hak manusia dalam menemukan segala rahasia ciptaan Tuhan seperti orang Kristen. yang agama lain miliki hanyalah antropocentric interpretation: menukar hidup kekal dengan kebajikan yang dilakukan. Hanya Alkitab mengajarkan: segala sesuatu Tuhan cipta untuk manusia,dengan mandat yang Tuhan berikan kepadanya. manusia menjadi tuan atas alam semesta dan segala isinya. Kalau begitu. bolehkah manusia berbuat sewenang-wenang? Jawabnya: tidak. Karena:

2. Segala sesuatu Tuhan cipta untuk manusia, tapi manusia dicipta untuk Tuhan. Kedua point ini mengindikasikan: kelak kita harus mempertanggungjawabkannya pada Tuhan. Karena manusia dicipta untuk Tuhan, Dialah yang memberi mandat pada kita untuk mengelola alam. Biarlah setiap orang yang mendengar prinsip-prinsip ini mengerti dengan jelas akan ajaran teologi Reformed tentang human mandate, the belonging and fhe rights to posess everything.

Kalimat pertama: alam dicipta untuk manusia,itu adalah anugerah umum, tapi anugerah umum tidak mungkin dimengerti secara tepat, kecuali lewat interpretasi wahyu khusus. Inilah hubungan antara anugerah umum dan wahyu khusus: to know the general revelation should achieve only through understanding special revelation. Setelah kita jelas akan relasi itu. barulah kita bisa membentuk cara hidup yang benar. Prinsip ini bisa diterapkan ke dalam segala disiplin ilmu termasuk dalam hal mengelola harta kita. Tuhan memberi manusia bakat, kesempatan. kesehatan, usia. kemampuan mencari uang yang berbeda-beda by the grace of God; sola gratia. Jadi, berapapun uang yang kumiliki adalah anugerah, di mana Tuhan mengaruniakan sebagian dari harta alam semesta kepadaku secara pribadi.

Dua prinsip yang menyangkut soal bagaimana kita memperoleh dan mengelola uang kita:

  • kalau hartaku bukan merupakan pemberian Tuhan yang didasarkan atas janjiNya, maka semua milikku adalah sia-sia.
  • bagian yang Tuhan janjikan bukanlah sesuatu yang boleh kau hambur-hamburkan, melainkan menuntut kau berjuang.

Uang, rumah dan semua materi yang kauperoleh adalah anugerah Tuhan. Jika kau memperolehnya seturut janjiNya; prinsipNya di Alkitab, maka kau tidak berdosa. Tapi kalau memperolehnya lewat cara-cara licik, seperti menipu, memeras. kau berdosa, apa yang kau miliki itu juga bukan pemberian Tuhan melainkan jerat bagimu. Kau hanya boleh memiliki segala sesuatu seturut dengan janji Tuhan, prinsip ini perlu kita mengerti dengan jelas.

Selain kita menerimanya sesuai dengan janji Tuhan, kita juga perlu berjuang untuk mengelolanya seturut dengan prinsip Tuhan. agar namaNya tidak dipermalukan. Tuhan berfirman: Abraham, jelajahlah ketimur, ke barat, ke utara, ke selatan. tempat yang kau jelajah akan Ku berikan padamu. Artinya (secara implisit), tempat yang tidak kau jelajah tidak akan kau peroleh. Abraham melaksanakan perintahNya, karena dia tahu, meski Tuhan sudah menjanjikan tempat itu padanya. dia tidak bisa menerimanya begitu saja. Darimana kita tahu hal itu? Waktu isterinya mati, dia butuh tanah untuk menguburkannya, maka dia mendatangi orang Het dan berkata, bolehkah aku menguburkan isteriku di sini? Karena karakter Abraham begitu agung. orang Het berkata “pilih saja tempat yang kau suka untuk menguburkan isterimu!” Perhatikan: Tuhan sudah menjanjikan tanah itu padanya, tapi dia tetap membayar. Meski kata orang Het “hubungan kita sudah begitu akrab, untuk apa kau membayar, apalagi saat ini kau sedang berkabung, ambillah, tak perlu sungkan”, tapi Abraham tetap memperkirakan harga tanah itu: 400 syikal perak; mahal sekali, dan dia membayarnya. Abraham membayar, adakah mereka menerima uang Abraham? Menerima. Mengapa mereka menerima? Karena mereka tahu. mereka punya hak atas tanah itu.

Banyak orang berkata padamu, tidak usah bayar, tapi waktu kau membayar, mereka menerimanya, artinya: di hati nurani mereka terdapat konflik antara sungkan kebudayaan dan hak yang harus mereka peroleh. Jangan tunggu orang merasa bosan, benci, merendahkan kita barulah kita sadar, saat itu sudah terlambat! Abraham adalah pendidik besar yang menjadi contoh kita: I pay for something I get. take and give, harus seimbang. Karenanya, dia bisa menguburkan isterinya dengan hati nurani yang sejahtera, karena dia tidak merugikan, memanipulasi, menipu orang.

Contoh lain, Tuhan berjanji: Israel,masuklah ke tanah Kanaan yang Ku berikan padamu. Tapi di sana, ada bangsa-bangsa yang jauh lebih besar, lebih kuat, lebih kokoh darimu, kau harus mengenyahkan mereka dari tempat itu. Jadi, janji Tuhan diperoleh lewat perjuangan. Allah berfirman, Yesus Kristus, Aku mengutusMu ke dunia, Aku memberikan bangsa-bangsa dari segala penjuru. segala bangsa menjadi milikmu (Mzm.2). Apakah waktu Yesus datang ke dunia, Dia tinggal terima jadi saja? Tidak. Dia harus mengenakan mahkota duri, memikul salib, dipaku di atas salib, mencurahkan darah sampai mati bagi mereka, menebus mereka kembali kepada Tuhan lewat pengorbananNya.

Prinsip ini berlaku di seluruh Kitab Suci,  Abraham menerima janji, tapi dia harus membayar harga. Yesus menerima janji, tapi Dia harus membayar harga. Orang Kristen yang tidak mengerti prinsip ini, caranya mendidik anak-anak pasti gagal: dengan hak apa anakmu tidak perlu berjuang tapi boleh mendiami rumah yang besar, hanya karena dia adalah anak orang kaya? Kalau kau berpikiran seperti itu, kau belum mengerti Alkitab. Anak Allahpun harus bayar harga, apalagi anak kita, dia perlu bekerja keras, tahu apa itu berjerih lelah, berkeringat, berjuang, barulah hidupnya sebagai manusia mempunyai fondasi.

Mari kita belajar dari firman Tuhan. Jangan datang ke gereja untuk memamerkan pakaianmu, berlianmu, atau untuk mencari kesempatan berbisnis, mencari patner bisnis. Abraham melahirkan Ishak. lshak melahirkan Yakub. Perhatikan: setelah Yakub menipu, kakaknya sangat marah kepadanya, mengejar dan ingin menghabisi dia. Atas anjuran ibunya, dia melarikan diri. Malam harinya, waktu dia tidur di padang belantara, dia bermimpi. Menurut Yoh.3, “tangga” yang ada di dalam mimpinya adalah Kristus. Karena Dialah jalan yang menghubungkan bumi dan sorga, menjembatani manusia dan Allah, Dialah Immanuel. Pagi harinya. waktu Yakub bangun dari tidurnya, dia sadar, this is the gate of heaven, the temple of God;   Bet El =Elohim, istilah yang sekarang berkembang menjadi Betel (artinya Bait Allah). Maka katanya: Tuhan. peliharalah aku, maka aku akan memberi perpuluhan kepadaMu. Yakub adalah orang pertama yang mengutarakan niatnya memberi perpuluhan dalam doanya, tapi orang pertama yang memberi perpuluhan adalah Abraham.

Abraham orang yang luar biasa agung. dia menjalankan segala kewajiban dengan baik, khususnya soal uang. Meski Alkitab tidak pernah menyebut Abraham sebagai raja, tapi dia berani berperang melawan empat raja, bahkan keluar sebagai pemenang. Di tengah perjalanan pulang, dia bertemu dengan Melkisedek,raja Salem (identik dengan Shalom, artinya: sejahtera) sekaligus the priest from the highest God. Di Perjanjian Lama, satu-satunya orang yang mempunyai dua jabatan, yaitu imam dan raja, adalah Melkisedek. Tapi waktu kita menelusuri lebih lanjut akan Taurat Musa, kita temukan larangan seorang merangkap kedua jabatan itu. Mengapa seorang raja tidak boleh merangkap sebagai imam dan seorang imam tidak boleh merangkap sebagai raja? Karena raja harus berasal dari suku Yehuda, imam harus berasal dari suku Lewi. Imam harus berasal dari keturunan Harun, sedang raja harus berasal dari keturunan Daud, maka orang dari suku Yehuda tidak berkemungkinan menjadi imam, dan orang dari suku Lewi tidak berkemungkinan menjadi raja, tapi Alkitab dua kali mencatat orang yang merangkap dua jabatan: di kitab Kejadian: Melkisedek. di kitab Zakaria, dia akan mencapai perdamaian dunia lewat kedua jabatan itu. Siapakah dia? Pada zaman itu, tak seorang pun tahu, siapakah yang dinubuatkan oleh Zakaria. Sesungguhnya, Dia adalah Yesus Kristus. Saat Yesus di dunia, Dia bukan hanya merangkap dua melainkan tiga jabatan: Imam, Raja dan Nabi. Dia adalah satu-satunya orang yang merangkap tiga jabatan itu. Siapakah yang menemukan hal itu? Pendiri gerakan Reformed: John Calvin. Begitu Abraham bertemu Melkisedek, dia langsung berlutut dan memberi perpuluhan dari segala yang dia terima kepada Melkisedek. Itulah kali pertama manusia memberi perpuluhan dengan serius. Apa yang Abraham berikan? Sampai di surat Ibrani barulah menjadi jelas: dia memilih yang terbaik dari apa yang dia terima untuk diberikan pada Tuhan. Dengan begitu, Abraham menjadi contoh bagi semua orang yang beriman dalam hal mempertanggung-jawabkan uangnya.

Sikap Abraham ini ditiru oleh Yakub, katanya: peliharalah aku. aku akan memberikan perpuluhan kepadaMu. Sesungguhnya, apa yang Yakub perbuat sedikit berbeda dari apa yang Abraham perbuat. Apa bedanya? Yakub berkata, peliharalah aku, maka aku akan…..perhatikan: saat memberi persembahan harus punya pengertian teologi yang benar, jangan memberi dengan motivasi yang tidak baik, seperti minta imbalan dan lain-lain.

Abraham memberikan perpuluhan pada Melkisedek, sampai di kitab Maleakhi baru diajarkan: perpuluhan adalah milikKu,serahkan sepenuhnya ke dalam kas Bait Allah, maka Aku akan memberi kecukupan bahkan berlimpah. Itulah firman Tuhan yang harus kita jalankan, karena tidak ada perintah yang lebih besar dari perintah Tuhan, amin? Perpuluhan bukan terserah kita mau memberi atau tidak. Tak peduli kau rela atau tidak rela,perpuluhan adalah milik Tuhan yang harus kita kembalikan padaNya. Saya memisahkan perpuluhan dari persembahan. Firman Tuhan menyinggung soal mempersembahkan perpuluhan, hal itu mengacu pada sikap kita saat memberi:menyembah; to worship, mengembalikan milik Tuhan kepadaNya. Di luar perpuluhan baru disebut persembahan pribadi. di mana kau mendukung pekerjaan Tuhan atau menolong orang lain dengan rela. Jadi, persembahan berada di luar perpuluhan yang adalah milik Tuhan. Barangsiapa mengambil perpuluhan untuk dirinya sendiri, dia adalah pencuri di dalam rumah Tuhan. Saya berani mengajar saudara, karena saya sendiri menjalankannya, karena saya adalah pemimpinmu. Bukan pemimpin organisasi, melainkan pemimpin dalam hal menjalankan firman, agar firman yang saya sampaikan lewat mimbar ini diurapi oleh Tuhan untuk menegur hati nuranimu. perpuluhan belum pernah Tuhan berikan pada kita, hanya sementara dipercayakan pada kita bersama dengan seluruh penghasilan kita untuk menguji kesetiaan kita padaNya.

Ibu saya adalah orang yang takut pada Tuhan,sudah menjanda saat dia masih berusia 33 tahun, dia bekerja mati-matian dari pagi sampai malam untuk membesarkan 8 orang anak laki-lakinya, bahkan mengharapkan semua anaknya bisa mengenyam pendidikan setinggi mungkin, tapi karena uang yang dia miliki tidak banyak, maka dia menyuruh kami sambil studi sambil bekerja paruh waktu. Sejak awal dia mengingatkan kami untuk tidak lupa mengembalikan uang Tuhan kepada Tuhan. Dia sendiri, di dalam keadaan yang bagaimanapun sulitnya, tidak pernah mengambil perpuluhan untuk dirinya sendiri. Selain itu, dia juga menyediakan perpuluhan untuk orang yang lebih miskin darinya. Didikannya itulah yang membuat kami tahu bagaimana mengutamakan Tuhan. Saat saya menikah, saya sempat kuatir nyonya saya melarang saya memberi persembahan pada Tuhan, tapi ternyata, dia lebih ketat dari saya, dia sering mengingatkan saya untuk tidak lupa mengembalikan uang Tuhan kepada Tuhan. Uang Tuhan adalah milik Tuhan.

Waktu berusia 8 tahun, saya pernah mendengar khotbah: Seorang kaya sedang makan di sebuah restoran kecil, datanglah seorang pengemis meminta sedekah padanya. Orang kaya itu memberinya satu perak. Pengemis itu berpikir, hatinya lembut, maka rengeknya,tolong kasihaniku, dia memberi untuk yang kedua kalinya. Selesai makan, dia membaca surat kabar, pengemis itu merengek lagi, isteriku sakit, butuh uang. Orang kaya itupun memberi untuk yang ketiga, keempat kalinya, kelima kali dan keenam kalinya. Saat si pengemis meminta lagi, orang kaya itu mulai marah: tahukah kamu, di kantongku hanya ada 7 perak, 6 perak sudah ku berikan padamu,kau masih minta lagi? Dia mengambil kembali semua uang yang sudah dia berikan.

Tuhan berfirman, hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu sudah Ku berikan padaMu, hari Minggu seharusnya kau datang berbakti padaKu, tapi kau masih berbisnis. Setelah mendengar khotbah itu, seorang yang hidupnya sangat sulit merasa Tuhan berbicara padanya, maka dia berdoa Tuhan, aku mau belajar tidak berdagang di hari Minggu.  4 minggu kemudian, dia menghitung-hitung hasil penjualannya, puji Tuhan, penghasilannya lebih banyak ketimbang waktu dia masih berbisnis dari hari Senin sampai Minggu. Maka mulai saat itu, hari Minggu dia berikan pada Tuhan, dari Senin sampai hari Sabtu-pun, kerjanya lebih bersemangat. Rumusan terakhir: Orang yang mengutamakan Tuhan tidak akan dibuang oleh Tuhan,orang yang mengutamakan Tuhan tidak akan Tuhan lupakan. Saat kita memberi persembahan biarlah kita bersikap: milik Tuhan harus kita kembalikan padaNya.Adakah orang yang mengembalikan uang Tuhan kepada Tuhan akhirnya dibuang oleh Tuhan? Tidak ada. Adakah orang memberikan persembahan seturut dengan prinsip Tuhan hidupnya dibiarkan terkatung-katung? Tidak ada. Tuhan itu hidup adanya.

Saya tidak pernah membahas soal perpuluhan,persembahan, tapi mulai minggu ini, saya ingin mempersiapkan hatimu mengajakmu bergumul: Tuhan, Kau telah memberi diriMu bahkan sampai mati bagiku, aku ingin memberikan sesuatu untukMu, Tuhan yang ku kasihi. Di hari Jumat Agung nanti,saat kita mengingat akan Tuhan, setiap kita akan diberi kesempatan mewujudkan kasih kita dalam bentuk persembahan maupun janji iman guna mendukung pembangunan gereja.

Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

Amin.

Sumber : https://www.facebook.com/notes/sola-scriptura/orang-kristen-dan-harta-bagian-1-transkrip-khotbah-pdt-dr-stephen-tong