Roma 1 : 18-20

Seorang pemuda dapat surat dari dokter “engkau dapat penyakit TBC, tidak boleh sekolah, harus ke pegunungan yang oksigennya banyak. Periksa kembali di sini untuk lihat apakah ada kemajuan.” Dia sedih sekali karena tidak boleh sekolah, maka dia ke gunung. Dia sewa 1 mobil ke gunung. Sampai satu tempat dia lihat satu batu besar. Dia turun dan menikmati udara di sana. Dia jengkel sekali hatinya, jikalau ada Tuhan, kenapa saya kena TBC! Orang yang tidak percaya ada Tuhan, tetapi marah sama Tuhan. Lalu dia memahat di batu itu “Tidak ada Tuhan.” Dia pahat namanya supaya orang tahu dia penulisnya. Dia terus naik ke gunung. Dia tiap pagi menghirup udara segar. Dia rasa enak waktu hirup udara, rasa bau waktu keluarkan udara. Satu kali, dia tanya kenapa masuk udara enak dan keluarkan yang bau? Semua orang keluarkan yang bau. Tapi kenapa tetap ada udara yang tetap segar? Bukankah sejak nenek moyang sampai sekarang, yang bau terus dikeluarkan? Siapa yang mengatur, membersihkan? Yang kotor diapain, yang bersih dari mana? Maka dia ingat bahwa CO2 yang bau dan kotor diserap oleh pohon lalu pohon mengeluarkan oksigen yang bersih dan segar. Dengan sirkulasi ini akhirnya dunia tetap segar, oksigen tetap banyak. Semua sehat. Yang atur ini siapa? Kalau ada yang atur, siapa dia? Mungkin itu yang disebut orang Kristen Allah. Allah di mana? Saya tidak lihat. Dia mulai pusing, lebih baik saya percaya ada Allah atau tidak ada Allah? Fakta dalam alam semesta lebih membuktikan ada Allah. Dalam hatinya sendiri, dalam lubuk hatinya, dia percaya ada Allah. Tiga bulan kemudian dia sewa mobil turun periksa ke dokter. Mendadak lihat batu yang dia tulis. Dia mulai menyesal, kok berani ngomong tidak ada Allah, tapi sudah terlanjur diukir, mau dihapus tidak bisa. Akhirnya dia dapat kesimpulan: percaya ada Allah itu adalah hal yang sulit, tetapi percaya tidak ada Allah jauh lebih sulit. Percaya ada Allah banyak hal tidak bisa jelaskan tetapi percaya tidak ada Allah lebih banyak hal tidak bisa jelaskan. Maka dia tambahkan kata “Orang bodoh mengatakan: Tidak ada Allah!” Banyak orang mengatakan tidak ada Allah sewaktu muda, tetapi bilang ada sewaktu tua. Tetapi sudah terlambat. Setan sudah memakainya merusak iman orang lain.

Kalau engkau seorang atheis tidak percaya Tuhan, hanya dari kecil merasa ditipu papa mama pergi ke gereja. Adakah yang tidak kelihatan kamu percaya? Waktu engkau lihat ada kabel listrik, dan di dalamnya guru mengatakan ada listrik. Engkau bilang saya tidak lihat. Guru bilang engkau tidak lihat tapi ada listrik. Engkau mengatakan, ada listrik tapi saya tidak lihat. Guru bilang, kalau tidak percaya pegang kabel itu. Maka engkau begitu pegang, engkau tidak lihat lagi, karena matamu langsung buta dan mati. Jadi engkau percaya tidak ada Allah karena tidak lihat? Kalau engkau lihat baru percaya, engkau bodoh.

Tuhan menciptakan apa? Materi. Tuhan sendiri materi? Pasti bukan. Orang yang bikin meja, apakah sendirinya meja? Orang bikin meja pasti bukan meja. Manusia tidak bikin manusia, manusia melahirkan manusia. Allah bukan membikin manusia, Allah menciptakan manusia. Semuanya lain. Yang menciptakan materi dia sendiri bukan materi. Yang bisa menciptakan hal yang kelihatan, dia sendiri tidak kelihatan. Allah menciptakan seluruh alam semesta yang materi adalah Allah yang tidak bisa dilihat. Kalau Allah bisa dilihat, itu bukan Allah. Kalau Allah bisa dilihat, Allah lebih kecil dari pandangan mata saya. Allah adalah Allah, justru karena Dia tidak bisa dilihat. Allah yang bukan materi menciptakan materi. Merdeka bisa dilihat? Tidak. Kebebasan, kehormatan, kemuliaan juga tidak bisa dilihat. Kalau mau lihat dalam air ada bakteri harus pakai mikroskop. Kalau mau lihat bintang yang jauh harus pakai teleskop. Melihat benar harus pakai alat yang benar.

Yesaya 1:1. Umat-Ku tidak mengenalKu. Tuhan marah pada manusia yang tidak tahu arah. Yesaya 55:6 mengatakan kita seperti domba yang tersesat, tidak tahu jalan pulang. Karena Allah adalah pemilik kita maka kita harus kembali kepada Allah. Kalau kita mau lihat Tuhan tidak bisa pakai mikroskop, harus pakai hati yang suci. Yesus mengatakan berbahagialah orang yang suci hatinya karena ia akan melihat Allah. Carilah Tuhan dengan hati yang murni, hati yang suci, engkau pasti akan melihat Tuhan.

Biarlah hari ini kita jadi orang yang suci hatinya, bersih dari segala kenajisan. Karena Tuhan itu suci adanya, Tuhan itu Roh adanya, dan berjanji yang suci hatinya akan menemukan Dia. Itu sebab mari kita merendahkan diri, membersihkan hati dan dengan segala kerendahan mengatakan “Tuhan, saya ingin mencari Engkau, saya ingin mengenal Engkau. Berilah kesempatan padaku.”

Kita beriman bukan berdasarkan penglihatan tetapi berdasarkan iman kepada Dia. Kita bukan berohani melalui mata tetapi melalui kepercayaan dalam hati.

Tuhan melihat ke dalam hatimu, pikiranmu, sudut yang tersembunyi. Engkau tidak lihat Tuhan tapi Tuhan lihat engkau. Materi tidak bisa lihat Roh. Tapi Roh Tuhan Allah bisa lihat materi. Ke mana saja engkau, Tuhan melihat dan mengetahui apa yang engkau kerjakan. Kalau begitu, minta kepada Tuhan, “berikan aku kebijaksanaan untuk mengakui kekuranganku!” Maukah engkau minta Tuhan ampuni dosamu dan lebih dekat kepada-Nya, supaya dalam berapa hari ini kita bisa melihat Dia?

”Alangkah ajaibnya bila seseorang dapat percaya kepada Tuhan, dan alangkah bahagianya bila ia dapat mengerti apa yang ia percaya.” – Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : sekilas-kin-2015-02.pdf