Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan. Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” (Yakobus 1:1-4)

Saudara-saudara, Surat Yakobus berada dibelakang Surat Ibrani, ini saya percaya ada pengaturan dari Tuhan dan Roh-Nya yang Kudus untuk memberikan kepada gereja suatu urutan yang bersangkut-paut. Saudara-saudara, jikalau Surat Ibrani merupakan Surat yang paling agung mengenai iman Kristiani, maka kita harus mengakui Surat Yakobus adalah Surat mengenai perbuatan Kristiani yang paling agung di dalam Kitab Suci. Dan kedua ini berkait satu dengan yang lain, karena iman mendahului kelakuan dan iman menjadi dasar kelakuan, iman menjadi sumber kekuatan kita mempunyai kelakuan yang beres.

Saudara-saudara, dengan demikian urutan ini menjadi urutan yang indah sekali, mari kita beriman, baru kita mempunyai kelakuan. Barangsiapa yang tidak mempunyai iman yang sungguh-sungguh, mereka berusaha mempunyai kelakuan-kelakuan untuk boleh diperkenan oleh Tuhan, mereka pasti gagal. Karena orang-orang Farisi, mereka menganggap Taurat menuntut manusia melakukan segala tuntutan Taurat dengan perbuatan supaya diperkenan oleh Tuhan Allah. Dan Alkitab mengatakan tidak ada seorang pun yang perbuatannya di terima oleh Tuhan. Alkitab mengatakan tidak ada seorang pun yang melakukan segala tuntutan Taurat boleh berkenan dihadapan Tuhan. Alkitab bahkan mengatakan, melalui mulut Petrus, dari nenek moyang kita sampai sekarang, tidak ada satu orang pun yang sudah melakukan Taurat. Saudara-saudara, apakah ini berarti orang Kristen tidak mementingkan perbuatan? Apakah ini berarti orang Kristen tidak perlu mempunyai kelakuan yang baik? Sama sekali tidak, Saudara-saudara, tetapi penempatan kelakuan dimana? Dihadapan Tuhan, harus dimengerti melalui seluruh wahyu Tuhan. jikalau tidak demikian, kita akan menjadi orang yang sombong luar biasa karena kita menganggap kita sudah mempunyai perbuatan yang baik.

Mengapakah orang-orang Farisi tidak masuk ke dalam kerajaan Allah? Bukankah mereka mempunyai perbuatan yang baik? Bukankah mereka mempunyai kelakuan yang baik? Bukankah mereka mempunyai Taurat? Di dalam Surat Roma 2, Tuhan mengatakan apakah kelebihan orang Yahudi? Apakah kelebihan bangsa yang dipilih? Apakah kelebihan mereka, mereka bukankah orang yang takut kepada Tuhan, melayani Tuhan, mengetahui bahwa dunia ini dicipta oleh Allah dan apakah kelebihan mereka?

Pertama, karena firman yang suci sudah dipercayakan kepada mereka. nah ini kalimat yang penting daripada Paulus, because God had trusted them the holy Word, Firman yang suci sudah dipercayakan kepada mereka. Dipercayakan kepada mereka tidak berarti mereka sudah mempunyai hak memonopoli firman Tuhan, tidak berarti mereka mempunyai firman lalu mereka lebih tinggi dari yang lain, hanya dipercayakan. Di dalam theologi stewardship atau di dalam theologi penatalayanan, kita mengetahui bahwa barangsiapa yang dipercayakan sesuatu orang itu dituntut lebih banyak dari orang lain, ini yang menakutkan kita. Saudara-saudara, jikalau saya mempunyai karunia leibh banyak dari pendeta yang lain, itu bukan untuk saya menjadi sombong, tapi untuk saya harus gentar karena besok hukuman terhadap saya lebih banyak dari pendeta yang lain, yang karunianya kurang dari saya. Dengan pengertian itu, ini memelihara kita terus-menerus hidup takut kepada Tuhan, hidup bertanggung jawab, hidup hati-hati dan hidup menolak segala ajakan berdosa daripada Setan.

Saudara-saudara sekalian, apakah kelebihan orang Yahudi? Apakah kelebihan orang Israel? Karena firman yang kudus sudah dipercayakan kepada mereka, ini kalimat berat, itulah satu-satunya bangsa yang mempunyai Kitab, mempunyai Firman, mempunyai sesuatu perkataan dari Tuhan Allah yang diserahkan kepada Dia. Saudara-saudara, saya tanya, kalau Presiden menyerahkan bendera merah putih yang asli, dimana pada waktu Indonesia merdeka dikibarkan di atas langit, itu pusaka yang paling besar, diserahkan kepada engkau, taruh dirumahmu, engkau takut tidak? Engkau bilang nggak apa-apa?Wah saya bangga rumahku ada bendera asli, merah putih yang pertama, yang dikibarkan di atas angkasa untuk membuktikan Indonesia merdeka, lalu engkau biarkan dimana saja sembarang taruh? Tidak. Engkau akan dengan gentar, ini satu-satunya, ini lambang dari pada harkat, lambang daripada wibawa negara Indonesia yang begitu besar. Saya harus sembarang taruh? Tidak. Saya harus pelihara dengan baik-baik. Saudara-saudara, itulah sebab pada waktu Taurat diberikan kepada orang Israel, orang Israel dipercayai Tuhan, diserahkan, orang Israel diberikan kepercayaan firman yang kudus di dalam bangsa ini. Tetapi apa yang mereka perbuat? Mereka tidak menghargai. Saudara-saudara, seluruh Perjanjian Lama kita melihat 2 tugas yang besar, 2 pelayanan besar: satu, pelayanan Taurat, kedua, pelayanan nabi. Taurat dan nabi menjadi kesimpulan seluruh Perjanjian Lama yang menjadi pusat, menjadi substansi lebih penting daripada buku-buku yang lain. Tetapi, Taurat diberikan harus disusul dengan nabi diberikan, karena Taurat diberikan, tapi mereka menghina Taurat, maka nabi diberikan untuk memberikan penghakiman kepada penghinaan itu.

Saudara-saudara, sekali lagi saya mau tanya, Taurat diberikan untuk apa? Taurat diberikan supaya manusia menjalankan? Taurat diberikan supaya melawan? Taurat diberikan supaya manusia sombong? Taurat diberikan supaya manusia tahu manusia tidak bisa menjalankan? Mengapa Taurat diberikan? Saudara-saudara, Taurat diberikan menurut orang Yahudi, supaya manusia boleh jalan sesuai dengan Taurat sehingga mereka diselamatkan. Tapi, buktinya tidak, tidak ada satu orang yang pernah menjalankan Taurat, tidak ada seorang melunaskan apa yang dituntut oleh Taurat, tidak ada seseorang yang betul-betul melakukan perbuatan yang baik diperkenan oleh Tuhan Allah.

Ini dibuktikan oleh Tuhan Allah sendiri, tetapi tidak banyak orang sadar apa yang dibuktikan oleh Tuhan, yaitu di dalam Mazmur 14 dikatakan “Aku lihat dari angkasa, dari Surga ke Bumi, adakah yang menjalankan? Adakah orang baik? Adakah melakukan kebajikan? Adakah yang mengerti? Adakah orang sempurna? Seorang pun tidak ada.” Tuhan sudah memberikan suatu peng-kritikan, memberikan sesuatu penilaian kepada manusia, ‘that is not even one man had accomplished what it required in the law of Moses.’ Apa yang dituntut di dalam Taurat Musa, tidak ada satu orang pernah menjalankan, nggak ada satu orang baik, satu pun tidak ada. Dua kali muncul di dalam kitab Mazmur. Tetapi, orang Israel baca-baca, tidak tahu, baca-baca, tidak tahu.Orang yang paling celaka adalah orang sudah mengerti kebenaran di otak tapi tidak menjalankan, itu sudah tidak ada obatnya, nggak ada obat bisa menolong. Celakalah mereka yang mengerti lebih banyak, tapi jalan lebih sedikit. Lebih baik engkau tak pernah mengetahui, begitu tahu kaget, begitu kaget langsung sadar, begitu sadar langsung melakukan. Meskipun sedikit sekali engkau mengerti, itu menjadikan engkau diperkenan oleh Tuhan.

Saudara-saudara, orang di Perjanjian Lama banyak kelemahan bukan? Engkau lihat Daud, engkau melihat itu Yehuda, semua banyak kelemahan. Jangan lupa mereka di dalam Perjanjian Lama, selain Taurat yang pernah di dengar sebagian, tetapi Saudara-saudara, sebelum Musa nggak ada orang mengerti,mereka nggak pernah baca Kitab Suci, Abraham nggak pernah baca Kitab Suci, nggak pernah mengetahui Injil Matius, nggak pernah mengetahui apa Surat Roma, nggak tahu. Mereka tak pernah mempunyai kesempatan seperti engkau dan saya mengerti begitu banyak firman. Bedanya apa? Bedanya pada waktu Tuhan katakan satu kalimat kepada dia, dia langsung tangkap, langsung jalankan, langsung beriman. Tapi sekarang, khususnya kesempatan-kesempatan kita belajar teeologi, belajar Kitab Suci, tafsiran bisa beli berpuluh-puluh, kita mengerti semua tapi kita tidak mengindahkan, tidak menjalankan. Saudara-saudara sekalian, berbahagialah mereka yang mengerti, sadar, lalu koreksi diri, lalu menjalankan. Sehingga, firman Tuhan kalau memang sedikit saja dia mengetahui, tapi apa yang dia mengetahui, tetapi apa yang dia tahu, dia langsung melaksanakan, itu berbahagia.

Orang Israel menghina Taurat, mereka hanya membanggakan, “Saya bangsa yang ada firman, engkau bangsa kafir, engkau anjing,” maka itu menjadi satu patokan mereka mencongkakkan diri, mereka menyombongkan diri, mereka menghina bangsa-bangsa yang lain, lalu mereka sendiri tahu Taurat tetapi tidak menjalankan, bahkan menginjak-injak Taurat, itulah sebab nabi harus turun. Turun Taurat percuma, turun nabi, tugas nabi itu apa? Nabi bukan orang yang cari uang, yang kerja dari pagi sampai malam di kantor lalu setiap bulan dikasih gaji, itu bukan nabi. Nabi boleh tidak makan, nabi boleh puasa, nabi boleh bersandar seorang janda di Sarfat dan saban-hari yang dapat roti yang sedikit, tapi dia harus berani berkhotbah sampai kalau perlu melawan raja, Saudara-saudara, itu nabi. Nabi tidak menghiraukan mati hidup sendiri, nabi tidak menghiraukan miskin-kayanya sendiri, nabi tidak menghiraukan akan aman atau bahaya, nabi cuma tahu melaksanakan kehendak Tuhan sampai sukses, kalau perlu mati, mati. Saudara-saudara, di dalam Alkitab berkali-kali berkata nabi dibunuh dan “Yerusalem, Yerusalem,” nabi yang mengalir darah di luar kota ini tidak mungkin. Nabi tidak dibunuh di Betlehem, nabi tidak dibunuh di Nazaret, nabi tidak dibunuh di Dekapolis, nabi tidak dibunuh di Galilea, nabi dibunuh di Yerusalem, karena apa? Hanya di Yerusalem ada pemimpin agama yang munafik, di Yerusalem ada pemimpin-pemimpin agama yang menganggap diri mengerti firman tapi sebenarnya sama sekali tidak. Itu sebab, nabi-nabi dibunuh oleh mereka yang anggap diri hebat.

Saudara-saudara sekalian, dikirimlah nabi menegur mereka yang sudah ada Taurat, ada Taurat perlu nabi. Mengapa ada Taurat, perlu nabi lagi? Karena mereka tidak mengindahkan Taurat. Taurat diberikan untuk kita menjalankan? Buktinya tidak. Lalu Taurat diberikan untuk kita melanggar? Juga bukan, itu adalah teori dari pada Watchman Nee. Watchman Nee di dalam bukunya mengatakan Taurat diberikan justru supaya manusia melanggar, setelah langgar baru tahu manusia berdosa, maka manusia memerlukan Tuhan. Oh kalimat itu sangat bersifat hujat bagi saya, karena dengan demikian dia telah secara sadar atau tidak sadar, menjatuhkan Tuhan ke dalam jerumus di mana Tuhan dijadikan yang bermotivasi dosa. Kalau Tuhan mempunyai motivasi dosa, maka Tuhan sudah berdosa, karena etikan Kristen adalah etika motivasi. Bagaimana kita bisa membayangkan Tuhan bisa memberikan Taurat supaya manusia jatuh di dalam dosa, keinginan Tuhan manusia jatuh, keinginan Tuhan supaya manusia berdosa? Tidak mungkin. Our God is by all means good, Dia adalah yang bermotivasi baik. Allah tidak pernah menghendaki sesuatu yang tidak baik, dan Dia harus mengijinkan terjadinya dosa karena disitu tersimpan suatu pelaksanaan kebebasan yang tidak dipaksa, ini adalah hal yang paksa. Saudara-saudara, Tuhan terpaksa harus mengijinkan manusia mempunyai kebebasan, sehingga manusia mungkin melanggar Taurat, manusia berdosa tetapi bukan motivasi Tuhan untuk manusia berbuat dosa. Saudara-saudara, kalau demikian Taurat diberikan untuk apa? Taurat diberikan untuk menyatakan kesucian Tuhan dan kenajisan manusia, Taurat diberikan untuk menyatakan keadilan Tuhan dan ketidakadilan manusia, Taurat diberikan untuk menyatakan kebajikan Tuhan dan ketidakbajikan manusia, ini adalah suatu kontras, sudah mendapatkan sesuatu kesadaran akibat pewahyuan. The revelation of God is to make us to be awaken, supaya kita disadarkan, disadarkan, melihat putihnya Tuhan baru kau melihat najisnnya sendiri, melihat sucinya Tuhan baru melihat dosanya sendiri, melihat adilnya Tuhan baru melihat ketidakadilan sendiri.

Itu sebab, saya mengatakan hal ini karena di dalam ayat-ayat yang paling pertama ini muncul dua istilah, satu istilah yaitu‘12 suku,’ dan kedua istilah ‘iman yang perlu diuji.’ Mengapakah mentafsirkan Yakobus, kaitkan kepada Taurat diberikan, nabi diberikan? Saudara-saudara, karena Surat ini ditulis kepada satu-satunya bangsa yang menerima Taurat. Yakobus ditulis untuk orang-orang yang namanya Yahudi. Orangnya Israel yang namanya 12 suku, “Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada keduabelas suku di perantauan.” Kenapa bukan kepada seluruh orang di dunia? Kenapa bukan kepada orang-orang yang menerima injil? Kenapa bukan kepada orang-orang yang sudah mengenal Yesus Kristus lalu mereka yang mengabar injil kepada bangsa yang lain? Kenapa ditulis ‘kepada keduabelas suku’? Saudara-saudara, satu-satunya buku di seluruh Kitab Suci Perjanjian Baru yang ditujukan hanya untuk 12 suku, apa sebabnya?

Karena Buku ini membicarakan tentang perbuatan dan 12 suku adalah 12 suku yang menerima Taurat yang anggap perbuatan cukup menyenangkan Tuhan. Nah Saudara-saudara sekalian, ini semua kaitan-kaitan yang tidak muncul di buku tafsiran Yakobus yang lain, dan saya akan memberikan penjelasan yang tuntas dan teliti kepada anda. Saudara-saudara, mengapakah Yakobus khusus memikirkan tentang 12 suku, mengapa dia tidak memikirkan tulis surat untuk seluruh dunia, untuk semua bangsa? Perhatikan hal yang penting sekali, karena orang-orang Yahudi yang mempunyai perbuatan tetapi akhirnya harus lepas dari pada motivasi melalui perbuatan diperkenan oleh Allah untuk menjadi orang beriman, mereka selalu terjerumus di dalam paradoks dan kesulitan yang luar biasa. Kesulitan itu adalah “kalau demikian apa bedanya kafir sama kita? Orang kafir dibenarkan melalui iman, kami musti menjalankan perbuatan; kami juga harus beriman, tetapi harus perbuatan, mereka seperti lebih enak dari kita. Kita disunat, kita mengalirkan darah, kita sakit, kita dari bayi sudah disiksa, mereka tidak usah.” Maka mereka ada yang tidak rela sekali orang kafir lebih enak dari orang Yahudi. Maka di dalam menjalankan perbuatan yang baik, mengikuti segala syariat Taurat, “Apakah ini suatu kuk yang kita orang 12 suku Yahudi harus tanggung, kamu kafir lolos? Enak banget lu ya!”

Nah Saudara-saudara, itu sebabnya dalam pasal 15 Kisah Para Rasul ada orang Yahudi yang bercekcok dengan orang kafir dan mengatakan, “Tidak bisa. Kamu menerima Tuhan Yesus, kamu diselamatkan, kamu tetap harus disunat karena kami pernah disunat, kalau kamu tidak disunat kamu tidak akan diselamatkan.” Kalimat itu mengakibatkan marah besarnya dari seorang bernama Paulus, maka Paulus bertengkar dengan mereka, Paulus berkelahi dengan mereka, berselisih pendapat dengan sangat sangat tegas. Lalu saya mau tanya, di dalam keadaan apakah orang Kristen harus berdebat? Di dalam kondisi bagaimana kita harus mempertahankan prinsip dan tanpa kompromi? Di dalam keadaan bagaimana kita harus berselisih sampai marah-marah besar? Bukankah itu kurang cinta kasih? “Oikumene dong, sama-sama lah, Protestan-kah, Katolik-kah, Karismatik-kah, Pantekosta-kah, Brethren-kah, semua sama, mari kita bersatu. [menyanyi dalam Tuhan kita bersaudara]. Tidak peduli ajaranmu apa, boleh saja.” Paulus tidak demikian! Paulus mengatakan, “Tidak bisa. Stop, jangan mengajar itu lagi!” Mengapa ada contoh seperti ini, apakah Paulus gila, apakah Paulus lupa, apakah Paulus adalah seorang yang sengaja mau berdebat, mau marah-marah, mau pecahkan Tubuh Kristus? Bukan, karena dia mau mempertahankan iman doktrin yang benar tidak boleh dikompromikan. Nah inilah yang menjadi semangat gerakan Reformed Injili. Kalau kita mau kompromi dari dulu sudah hancur, tetapi kita mau memenangkan kebenaran bagi Tuhan dan kemuliaan Tuhan, bukan bagi diri sendiri sehingga kita menjadi mercu suar, kita pertahankan sesuatu. Nah ini prinsip yang kita lihat dari Kisah Para Rasul 15:1-2, ada orang datang mengajar “Engkau kafir? Engkau sudah diselamatkan? Sekarang engkau tidak tentu keselamatan itu sah kecuali engkau harus disunat lagi.” Lho kenapa ya, kenapa musti disunat lagi? “Ya, Alkitab mengatakan harus sunat di Perjanjian Lama.” Kenapa Perjanjian Lama harus disunat? “Tuhan yang berjanji, “engkau harus sunat, di dalam tubuhmu engkau disunat untuk menjadi saksi, menjadi tanda Aku telah berjanji dengan engkau,” coba lihat Alkitab!” Betul juga ya. Nah orang itu gampang dibingungkan kalau ada orang bilang “coba lihat Alkitab,” engkau lihat-lihat, bingung. Sudah sering bingung belum? Belum pernah? Puji Tuhan. Kalau belum bingung besok bingungnya lebih besar.

Maka mereka rasa betul. “Kenapa dulu Paulus mengabar injil kepada kita kok lupa kasih tahu sama kita harus sunat ya? Wah kalau begini Paulus khotbahnya kurang beres dong, ini yang beres.” Sama dengan sekarang, “Engkau sudah Kristen tidak cukup, musti geletak di tanah, engkau musti ketawa tanpa sadar, engkau musti pingsan, engkau musti di..[tiup] terus jatuh, itu baru ada Roh Kudus, kalau enggak engkau nggak ada Roh Kudus.” Sama, sama seperti apa yang diajarkan oleh Alkitab, “Engkau belum disunat? Ohh nggak bisa, enggak bisa, kurang, engkau mau diselamatkan musti disunat, besok masuk Sorga yang nggak sunat dikeluarkan semua, engkau tidak diselamatkan.” “Wah bagaimana ya,” lalu mereka bilang, “Kalau begini ya sunat lagi saja, nggak rugi kok, sunat sakit 2 hari 3 hari besok masuk Sorga daripada nggak sunat besok masuk neraka bagaimana?” Paulus bilang nggak bisa. Stop, jangan mengajar itu lagi! “Kanapa tidak? Alkitab mengatakan, Alkitab mengatakan.” Kristus sudah sempurna menyelesaikan segala tuntutan, Kristus sudah melepaskan kita dari pada tuntutan Taurat. Nah di sini terbenturnya tafsir Alkitab, apa artinya Perjanjian Baru, apa artinya diselamatkan. Ini doktrin soteriologi. Sampai di mana kita berani mengatakan ini sudah cukup, ini tidak cukup? Paulus mempunyai pendapat yang akibatnya menghancurkan hubungan antara orang Kristen dengan orang Yahudi. Sampai sekarang orang Yahudi sulit diinjili, karena apa? Karena injil di dalam Yesus Kristus sendiri sudah self-sufficient atau tidak, kalau tidak self-sufficient perlu tambah lagi Taurat, perlu lagi sunat, perlu lagi melakukan perbuatan supaya diperkenan Tuhan? Nah inilah menjadi hal yang paling penting sehingga Paulus tidak kompromi, dia berdebat. Lalu mereka bilang, “Siapa lu Paulus? Lukan baru kemarin, anak kemarin berani mengajar, mari kita pergi cari yang senior, kamu baru lulus, tahu apa lu? Ayo pergi cari rektormu.” Siapa senior?

Paling senior ya Petrus. OK, semua berbondong-bondong pergi ke Yerusalem, lalu di situ rasul masih ada. “Petrus, ada kasus.” “Kasus apa?” “Kasus harus sunat atau tidak?” Petrus bilang, “Begini saja, lebih baik jangan putuskan sembarangan, kita semua kumpul lalu kita mendengar semua ajaran dari rasul-rasul supaya tahu, dan ini bukan keputusan pribadi.” Itu namanya konsultasi teologia pertama di dalam sejarah, pasal ke-15. Rasul semua kumpul, lalu Paulus, yang adalah yunior, menjadi orang yang terdakwa; lalu yang mendakwa dan orang-orang kafir semua kumpul di situ. Sesudah itu dengar pendapat-pendapat, mereka konsultasi selesai, Petrus berdiri dan mengatakan, “Dengan sesungguhnya aku kasih tahu kepadamu..” “Nah ini senior, ini boleh dengar, kalau yang lain jangan dengar, Paulus terlalu muda, kalau ini tua ini.” Mereka catat apa yang dikatakan. Dia mengatakan, “Sebenarnya mengenai berbuat dan menjalankan Taurat, disunat dan sebagainya, semua ini nggak ada orang dari nenek moyang sampai kita satupun tidak menjalankan, tidak perlu, diselamatkan ya diselamatkan, jangan ditambah-tambah lagi. Ngggak usah disunat.” Wah mereka yang datang ke Petrus minta menang, akhirnya Petrus tidak membela mereka, mereka loyo. Mulai hari itu orang Kristen diselamatkan oleh iman, jangan tambah lagi perbuatan, jangan tambah lagi jasa dirimu, jangan tambah lagi sunat sebagai syarat, jangan tambah lagi kondisi-kondisi yang lain. Itu namanya sola fide. Itu namanya hanya melalui iman.

bersambung …

Pengkhotbah : Pdt. Stephen Tong
SUMBER :
https://www.grii-jogja.org/kelakuan-taurat-dan-ujian-27-agustus-2017/