BAB VI :

BUAH INJIL

“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki,, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” (Yohanes 15:1-8)

“Saudara-saudara, aku mau, supaya kamu mengetahui, bahwa aku telah sering berniat untuk datang kepadamu — tetapi hingga kini selalu aku terhalang — agar di tengah-tengahmu aku menemukan buah, seperti juga di tengah-tengah bangsa bukan Yahudi yang lain. Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.” (Roma 1:13-14).

“Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya.” (Kolose 1:6b)

————————————

“Agama merupakan suatu hal yang sangat berlawanan dengan rasio yang sehat, merupakan takhyul dan satu hal yang seharusnya kita buang dalam sampah. Tetapi mengapa banyak mahasiswa dan kaum intelektual telah terpengaruh dalam api semacam ini?” Demikianlah satu pertanyaan dari orang komunis yang berusaha menumpas kekristenan di Cina dengan menghentikan atau merintangi pekerjaan Tuhan. Kalau Tuhan menggerakkan kita mengerjakan sesuatu, biarlah kita mempunyai suatu perasaan takut kepada-Nya dan tidak menolak apa yang dibebankan kepada kita, karena kesempatan-kesempatan seperti ini tidak selalu terulang.

Hendaklah, setiap hari kita melihat sebagai satu hari yang khusus, setiap minggu adalah minggu yang khusus, setiap tahun adalah tahun yang tidak kembali lagi. Dengan perasaan dan kesadaran semacam demikian, baru kita dapat secara maksimal mempergunakan hidup ini dengan baik. Fasih lidah kita terlalu terbatas sehingga kebenaran firman Tuhan itu terbatas oleh kesanggupan kita. Kita terlalu lemah. Di pihak lain hal ini membuktikan bahwa firman Tuhan terlalu limpah, sehingga kita terlalu sedikit mengenalnya.

A. HIDUP SI MISKIN

“Saudara-saudara, aku mau, supaya kamu mengetahui, bahwa aku telah sering berniat untuk datang kepadamu — tetapi hingga kini selalu aku terhalang — agar di tengah-tengahmu aku menemukan buah, seperti juga di tengah-tengah bangsa bukan Yahudi yang lain. Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.” (Roma 1:13-14).

“Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya.” (Kolose 1:6b)

Setelah kita mempunyai buah-buah seperti yang diajarkan Alkitab di dalam hidup pribadi kita, maka semua buah itu sudah ada dan tidak sulit bagi kita untuk memiliki buah yang terakhir dalam hidup kita, yaitu buah Injil. Buah Injil adalah membawa orang lain pada Tuhan. Betapa banyak orang yang menganggap dirinya Kristen belum pernah membawa satu jiwa pun kepada Tuhan karena hidupnya belum pernah diperanakkan pula dengan sesungguhnya, tidak memiliki hidup sorgawi, dan yang ada padanya hanyalah hidup Kristen warisan, hidup alamiah, hidup yang penuh dengan jerat dan cengkeraman dosa. Itulah sebabnya untuk menghidupkan diri sendiri pun tidak mungkin, untuk mendapatkan kenikmatan hidup sendiri pun sudah begitu payah, bagaimana mungkin ia dapat memiliki kelimpahan untuk membagikannya kepada orang lain?

Mengapa banyak orang Kristen tidak pernah berbuah? Karena mereka memiliki hidup tetapi hidup mereka terlalu miskin. Hidup kemiskinan rohani adalah hidup yang senantiasa mau memelihara diri untuk bereksistensi semata, tanpa mempunyai kekuatan untuk mengalirkan hidup bagi orang lain. Tuhan Yesus berkata, “Aku datang supaya kamu memiliki hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10b).

Hidup dan hidup yang berkelimpahan adalah dua hal yang berbeda. Satu kali saya mengalami kecelakaan lalu lintas, lalu di bawa ke rumah sakit. Akhirnya saya harus tidur di tempat tidur tanpa boleh bergerak selama 31 hari. Saya tidak bisa terus tidur, saya ingin berkhotbah, ingin melayani Tuhan, ingin mengunjungi banyak tempat, namun sekarang saya harus menunda semua itu dan harus tinggal di rumah sakit. Karena semua itu begitu parah, maka saya mulai memikirkan satu hal : Apakah saya masih hidup? Masih! Belum mati? Belum! Hidup apa? Hidup yang miskin, hidup yang tidak berkekuatan apa-apa! Waktu sehat saya dapat berdiri menyampaikan firman Tuhan terus menerus 12 jam sehari untuk melayani jiwa-jiwa yang perlu. Tetapi sekarang bukan saja tidak dapat menyampaikan firman Tuhan dan melayani orang lain, bahkan sikat gigi sekali pun tidak bisa. Saya menangis, sebab meskipun masih hidup, hidup itu tidak berkelimpahan.

B. HIDUP BERKELIMPAHAN

Tuhan Yesus mengatakan bahwa hidup berkelimpahan diberikan-Nya kepada kita. Berarti orang Kristen adalah orang yang dinamis, kaya, mempunyai kekuatan yang banyak. Kaya dan miskin, bukan kaya dalam materi dan uang, tetapi dalam iman, pengharapan dan kasih yang melimpah.

Jika kita memiliki hidup yang berkelimpahan, maka bukan saja kita dapat menjaga diri, tetapi juga mempunyai kekuatan lebih untuk melayani orang lain dan kerelaan untuk melayani. Hidup berkelimpahan dapat dilihat pada orang Kristen yang segala pekerjaannya beres, melayani dengan giat, berdoa untuk orang lain; seolah-olah ia mempunyai kekuatan, waktu dan segala sesuatu yang tidak habis-habis di dalamnya. Mengapakah ada orang seperti ini? Tapi sebaliknya, mengapa ada orang yang harus terus dilayani? Bedanya hanya terletak pada satu kalimat, yaitu hidup berkelimpahan.

Kadang-kadang ada orang datang pada kita mengajak datang ke kebaktian, tetapi kita menjawab : “Tidak ada waktu!” Lalu apakah orang yang mengajak kita ke kebaktian itu adalah orang yang kelebihan waktu? Tidak demikian! Mereka juga mungkin tidak punya banyak waktu. Tetapi ketika mereka mengingat akan jiwa kita yang mendengar Injil, mereka meluangkan waktu. Ketika mereka rela meluangkan waktu, ini membuktikan bahwa dalam diri mereka ada unsur kelebihan. Hidup yang berkelimpahan menjadi fondasi, menjadi rahasia di mana orang Kristen bisa berbuah. Berapa banyak orang telah kita bawa kepada Kristus, berapa banyak orang sudah menjadi Kristen karena pelayanan kita?

Mereka yang hidup tidak limpah dan mau terus dilayani, cenderung untuk terus merasa bahwa orang lain tidak bersikap baik pada dirinya, namun tidak pernah merasa dirinya bersikap kurang baik kepada orang lain. Mereka mengatakan, “Mengapa pendeta tidak mengunjungi saya? Mengapa majelis tidak mendatangi saya?” Tetapi mereka tidak pernah berpikir, “Mengapa saya tidak pernah menjenguk orang lain? Mengapa tidak pernah mendatangi orang lain?” Beda antara hidup yang papa dan hidup yang limpah terletak pada menuntut pelayanan dari orang lain, ataukah menuntut diri sendiri untuk terus menerus melayani.

C. HIDUP UNTUK SIAPA ?

Hidup yang berkelimpahan penuh dengan kesuburan dan kekayaan yang dari Tuhan, sehingga menjadikan kita hidup untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri. Barangsiapa yang hidup untuk diri sendiri saja, orang itu sedang berjalan dalam jalur anti Kekristenan! Hidup untuk diri dan hidup hanya bagi diri, adalah semangat yang sedang melawan kekristenan.

Semangat kekristenan adalah hidup bagi Tuhan, hidup bagi orang lain, hidup dengan membagi-bagikan diri dan mengorbankan diri untuk kebaikan orang lain. Dan semangat ini dimulai dengan Tuhan Yesus Kristus yang rela memberikan diri, rela menyerahkan diri dan nyawa-Nya di atas salib. Itulah cinta, pengorbanan, pelayanan, dedikasi, rohani, iman, dan itulah artinya berkorban.

Tuhan mencipta pohon bukan saja supaya memberi warna pada alam agar jadi indah sekali. Tetapi Tuhan menciptakan pohon agar berbuah dan dari buah ada biji. Selain warna dan bentuk, Tuhan juga menetapkan suatu kebenaran, yaitu hidup yang mengandung hidup. Hidup yang mengandung hidup, hidup yang mempunyai kekuatan yang melahirkan hidup baru, adalah satu dalil yang Tuhan berikan untuk memberi tanda bahwa hidup itu sungguh-sungguh hidup.

Dalil dari alam itu boleh kita terapkan dalam kehidupan rohani kita masing-masing. Pada waktu seorang Kristen memiliki hidup yang beres, iman yang beres, jiwa yang beres, hubungan dengan Tuhan beres, maka ia pasti mempunyai kesanggupan untuk berbuah. Kita tidak berbuah karena kita tidak beres, kita tidak berbuah karena kita miskin secara rohani, kita tidak berbuahkan buah Injil karena hubungan kita dengan Tuhan terputus oleh dosa.

Hidup berbuah Injil dimulai dengan kuasa perubahan luar biasa dari Roh Kudus yang memperanakkan kita. Saya tidak tahu, apakah Anda mempunyai pengalaman seperti itu atau tidak. Tetapi, adakah perubahan dalam hidup kita sebelum dan sesudah menjadi orang Kristen? Jikalau belum, mungkin sekali kita hanya Kristen yang ikut-ikutan saja. Apa gunanya kita ikut-ikutan seperti orang Kristen, tetapi di dalam jiwanya tidak ada Kristus? Orang yang tidak mengalami kuasa Injil dari Tuhan, tidak dapat disebut sebagai orang Kristen sejati. Orang Kristen sejati adalah orang yang sudah menerima kuasa dari Injil dan mendapat perubahan dari Injil dan hidup yang baru melalui Injil Kristus yang sudah bertunas dalam diri manusia, sehingga hidup itu sudah berbuah Injil.

Hidup dalam Injil yang sudah dinikmati dengan kuasa Roh Kudus, dapat dibagikan dan terjadi pada orang lain. Dengan demikian, kita berbuahkan Injil dan membawa sesama kepada Tuhan. Tidaklah sulit mengajak orang lain untuk pergi ke tempat-tempat yang buruk dan tidak beres. Tetapi mengajak orang untuk menerima kerajaan Allah itu tidak gampang. Di sinilah kita melihat bahwa kewajiban orang Kristen bukanlah untuk diri sendiri tetapi untuk orang lain. Kita membawa seseorang datang pada Tuhan, mengalihkan mereka dari warga negara setan menjadi warga negara Sorga. Berusaha membawa orang dari cengkeraman setan untuk datang pada Tuhan yang adalah Pengasih jiwa, itu adalah peperangan luar biasa.

D. HIDUP BAGI KERAJAAN ALLAH

Banyak orang yang membantah, menyatakan tidak setuju dan sebagainya, jika kita berbicara tentang Injil kepada mereka. Padahal kalau kita berbicara tentang hal lain, maka segala perkataan kita pasti diturutinya. Mengajak orang lain datang ke dalam kerajaan Tuhan itu bukan sesuatu ajakan biasa, bukan ajakan masyarakat, tetapi suatu peperangan rohani di mana kita memerlukan kekuatan Roh Kudus, dan tanpa kuasa Roh Kudus tidak ada seorang pun yang dapat berhasil dalam penginjilan! Tanpa kuasa Roh Kudus, tidak ada seorang pun yang dapat menjadi saksi Kristus! Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada orang-orang yang mengikuti Dia agar mereka berada di Yerusalem untuk berdoa, sampai Roh Kudus turun atas mereka dan mereka akan menjadi saksi Tuhan dari Yerusalem sampai ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8).

1. Kesadaran Akan Nilai Jiwa Manusia

Pengenalan nilai sangat menentukan sikap dan kegiatan dalam berusaha. Orang sibuk dari pagi sampai malam hari terus bergumul untuk mencari uang. Mereka betul-betul sadar bahwa uang itu bernilai. Tetapi kemudian, apa sebabnya ada orang yang pergi meninggalkan usahanya yang cukup besar, khusus untuk belajar sesuatu yang sama sekali tidak bisa menghasilkan banyak uang? Jawabnya adalah karena ia mengerti adanya nilai dalam bidang yang lain.

Suatu kali ada seorang pujangga besar Tiongkok bernama Lou-shin yang belajar ilmu kedokteran di Tokyo. Pada suatu hari teman-temannya mengajak dia untuk menonton film perang antara Jepang dan Tiongkok. Waktu orang Tionghoa yang ada di Jepang menonton perang antara Jepang-Tiongkok, maka ia sudah mempunyai kepekaan tertentu seperti kita menonton film perang antara Indonesia dengan Belanda. Lalu ada adegan beberapa orang Tionghoa yang ditembak oleh orang Jepang. Waktu mereka ditembak mati oleh orang jepang itu, si Lou-shin ini merasa sedih sekali sebab ia orang Tionghoa, dan lebih sedih lagi karena melihat orang-orang Tionghoa yang menonton film itu justru bertepuk tangan. Lalu mulai hari itu ia mengambil keputusan untuk tidak lagi masuk sekolah kedokteran melainkan menetapkan diri untuk menjadi pujangga. Ia menulis banyak buku dan essai untuk menyinggung orang-orang yang tidak mempunyai perasaan kebangsaan. Ia berkata bahwa ia tidak mau lagi mencari uang untuk mengobati orang lain. Kalau tubuh-tubuh mereka diobati sampai sembuh, tetapi jiwa mereka tidak mempunyai harga diri, maka bangsa ini akan ambruk. Sistem nilai yang berubah, memberikan konsep yang baru sehingga menyebabkan seseorang memilih yang lain.

Mengapa seseorang mengejar sesuatu? Karena nilai. Karena ia anggap itu bernilai, maka ia berani mengejar sesuatu itu. Mengapa kita tidak mengabarkan Injil pada orang lain? Karena kita tidak sadar akan nilai jiwa manusia yang perlu keselamatan dari Tuhan. Nilai jiwa seseorang merupakan sesuatu yang tidak dapat diganti, bukan saja tidak dapat diganti bahkan Yesus Kristus memberikan perbandingan demikian, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:26).

Di sini Tuhan Yesus berusaha memberikan pengetahuan kepada kita tentang nilai jiwa yang lebih dari seluruh dunia. Kalau nilai jiwa lebih daripada seluruh dunia, kita harus melihat berapa harganya satu jiwa dan membawanya datang kepada Tuhan. Tuhan Yesus berkata, “Jikalau di bumi ada satu jiwa yang bertobat, di sorga ada beribu-ribu malaikat bersorak.” Satu hal yang menggemparkan sorga adalah bertobatnya satu jiwa di bumi. Inilah yang kekal. Inilah yang terjadi untuk selama-lamanya. Jika ada mujizat seorang yang saklit disembuhkan, suatu hari orang itu akan mati, jadi itu tidak kekal. Tetapi, jika ada satu orang bertobat dan datang kepada Tuhan Yesus dan diampuni dosanya serta mendapatkan hidup yang baru, itu mujizat yang bertahan sampai selama-lamanya. Kekal, tidak akan layu, tidak akan digugurkan oleh zaman, bahkan di dalam kekekalan kita akan melihat mujizat yang dilakukan oleh Kristus tetap untuk selama-lamanya. Dengan pengertian akan nilai jiwa manusia, kiranya kita menggunakan waktu dan kesempatan yang kita miliki untuk mencintai orang berdosa.

2. Keseriusan Dalam Hal-Hal Yang Kekal

Kalau selembar kertas yang tidak terlalu penting kita robek, maka hal itu tidak mengapa. Tapi kalau kertas itu mempunyai nilai kekekalan, maka hal itu amat disayangkan. Manusia adalah makhluk yang mempunyai jiwa kekal. Apa artinya kekal? Kekal itu berarti tidak ada habis-habisnya. Bayangkanlah bahwa beberapa puluh tahun lagi kita mati. Anda mungkin berkata bahwa sesudah mati lalu selesai, tetapi sesungguhnya mati tidak selesai! Sesudah mati, kita akan masuk ke dalam kekekalan, yang tidak habis-habis, bertahun-tahun, beribu-ribu tahun, beratus-ratus ribu tahun, selama-lamanya. Kalau jiwa manusia itu bersifat selama-lamanya, maka kita tidak boleh menghina seorang penyemir sepatu di pinggir jalan atau seorang pengemis, atau seorang presiden, pejabat ataupun penjaja surat kabar. Mereka semua adalah manusia yang diciptakan oleh Tuhan dan memiliki jiwa kekekalan, semuanya setelah berhenti dari kehidupan ini kemudian harus menghadap Tuhan dalam kekekalan. Dalam keadaan sadar tentang hal kekekalan yang serius ini, mau tidak mau kita harus membawa Injil Yesus Kristus kepada orang lain.

Apa artinya gereja yang missioner? Artinya adalah gereja yang mengutus orang untuk mengabarkan Injil. Gereja yang setiap anggotanya adalah anggota yang berbuah. Jika gereja bukan gereja yang missioner, lebih baik ditutup saja. Gereja yang tidak mengabarkan Injil lebih baik mati! Gereja yang tidak memikirkan Pekabaran Injil tidak mungkin menjadi gereja yang bertumbuh. Gereja yang tidak mengabarkan Injil tidak mungkin menikmati penyertaan dari Tuhan Allah. Doktrin yang kuat merupakan suatu yang berakar ke bawah tetapi penginjilan yang berapi-api merupakan tunas yang tumbuh ke atas, berbuah ke atas.

Gereja harus memperkembangkan visi dan misi yang Tuhan berikan kepada kita, demi kemuliaan Tuhan. Kalau visi dan misi itu tidak ada, kita tidak perlu membuka mulut berkhotbah. Tapi jika ada orang Kristen yang harus diminta-minta dulu oleh pihak gereja baru mau memberikan uangnya, maka orang Kristen seperti itu tetap seorang yang hina, meskipun ia memberikan satu milyar Orang yang mengerti prinsip Alkitab akan tahu bahwa tidak ada satu rasul pun yang pergi mencari uang, tetapi orang-orang percaya memberikan persembahannya kepada para rasul. Tidak ada nabi yang meminta-minta uang, tetapi umat Tuhan diberikan teguran untuk jangan mencuri uang Tuhan, tapi menyerahkan uang Tuhan! Yang menggarap harus jujur, harus setia dan tidak boleh egois. Dan yang memberikan uang harus memberikan dengan suka rela dan tidak sembarangan menyebut diri menolong Tuhan. Tuhan tidak perlu ditolong. Tuhan bukan pengemis. Tuhan adalah Allah, yang akan memberikan kepada kita dengan penuh melimpah.

Kekekalan itu begitu besar, begitu serius dan menyebabkan kita tidak berani sembarangan. Perasaan tanggung jawab dari segala tingkah laku dan perkataan dan etika kita semua itu berdasarkan bahwa kita menghadap kepada Allah yang kekal. Jika saya menghadap Allah yang kekal, maka saya tidak boleh sembarangan. Semua perkataan saya, semua kelakuan saya, harus saya kerjakan, karena saya akan menghadap Allah yang kekal. Jikalau demikian, bolehkah kita melihat orang lain sebagai orang yang tidak penting? Every person is an eternal being. Setiap manusia adalah makhluk yang bersifat kekekalan, di mana kita perlu mempunyai jiwa yang kasih pada mereka dan kita serius pada mereka. Kalau kita melihat pada seseorang, kita bukan melihat dua mata, satu hidung, satu mulut, cantik atau tidak. Waktu kita melihat seseorang, lihatlah dia adalah peta dan teladan Allah yang sedang menuju ke neraka. Inilah makhluk yang punya kekekalan dan memerlukan berita Injil!

3. Kesadaran Akan Kebinasaan

Jangan sampai kita ditipu oleh liberalisme. Jangan ditipu oleh ajaran-ajaran yang tidak bertanggungjawab, yang mengatakan tidak ada neraka, tidak ada penghukuman kekal, tidak ada penghakiman terakhir. Di abad ke-19 ada banyak teolog-teolog yang berusaha mengkompromikan Alklitab dengan pikiran manusia, berusaha menyesuaikan dengan pikiran yang popular pada zaman itu, dan mereka mengkompromikan iman Kristen dengan tidak bertanggung jawab. Mereka berkata, Because God is love, it is imposible that He prepures the eternal fire for men’s sin. Kalau Allah itu kasih, maka tidak mungkin bagi Allah yang penuh kasih itu menyediakan api neraka bagi manusia. Ajaran ini kelihatannya benar, dan sebagai akibatnya banyak kaum intelektual bisa menerima dan mereka berpikir bahwa itu logis. Tetapi sesungguhnya, kita bukan mengabarkan sesuatu yang enak diterima atau sesuatu yang berdasarkan logika. Kita memberitakan firman Tuhan, kita memberitakan wahyu yang diberitakan pada kita. Apa yang diberitakan oleh Alkitab kita beritakan, apa yang tidak diberitakan oleh Alkitab tidak kita beritakan. Kita mengatakan : Saya tidak tahu, bukan karena kurang tahu, tetapi kita tidak mau tahu semua yang tidak sesuai dengan Alkitab dan apa yang tidak ada dalam Alkitab, kita tolak!

Alkitab mengatakan bahwa sorga dan neraka itu ada. Sorga dan neraka tidak menjadi ada karena kita membayangkan itu ada. Sorga dan neraka tidak menjadi tidak ada kalau kita membayangkannya tidak ada. Pendapat yang mengatakan bahwa lebih baik tidak ada sorga ataupun neraka adalah pikiran-pikiran subyektif tetapi bukan faktra, sebab Allah telah menetapkan apa yang telah Ia tetapkan.

Thomas Scott dari Inggris, adalah seorang politikus. Sebelum ia mati ia mengucapkan, I never believe in heaven and hell; but now I believe both, yet it is too late. Aku belum pernah percaya pada sorga dan neraka sampai saat ini, tetapi sekarang aku sadar, tetapi sudah terlambat. Apakah sorga? Apakah neraka? Apakah sorga adalah sebuah gedung besar yang didalamnya ada AC, dan neraka adalah tempat yang didalamnya ada api yang berkobar-kobar dan orang-orang berteriak? Sorga dan neraka bukan hanya satu pengertian yang bersifat superficial begitu saja, tetapi arti yang lebih dalam dari itu, sorga adalah tempat persatuan antara Sang Pencipta dan yang dicipta untuk selama-lamanya. Kita akan bergabung dengan sumber kebenaran. Kita bergabung dengan sumber cinta, sumber bijaksana, sumber kebajikan untukj selama-lamanya. Dan apakah neraka? Kita akan dibuang dari hadapan Allah yang penuh kasih, kebenaran, kesucian, kebajikan, untuk selama-lamanya. Hidup tanpa ada kesucian, kasih, kebenaran, dalam siksaan akan akibat dosa kita sendiri. Jikalau kita mengerti akan apa yang dikatakan Alkitab ini betul-betul ada dan pasti ada, karena ini adalah firman Allah, maka kita biarkan orang masuk dalam neraka begitu saja? Saat seorang menghembuskan nafas untuk yang terakhir kali, mengalihkan dia dari dunia yang kelihatan menuju pada dunia yang tidak kelihatan, di situ merupakan suatu one way trafiic, point of no return, keadaan yang tidak mungkin kembali lagi.

Salah satu kebijaksanaan yang harus kita miliki adalah dengan melihat bagaimana orang melintasi batasan antara fana dan kekal. Jangan lihat berapa jaya, berapa kaya, berapa mulia atau berapa hebatnya seseorang. Tapi lihatlah pada saat ia pergi menuju kepada kekekalan. Bagaimana jiwanya pada saat ia pergi menuju kepada kekekalan. Dokter membuktikan bahwa gelombang dalam otak orang yang sudah mengenal Tuhan waktu ia meninggal dunia sangat stabil. Tapi vibrasi dari orang yang tidak mengenal Tuhan dan tidak berdamai dengan Tuhan, maka gelombang vibrasinya begitu naik turun dan menakutkan luar biasa. Ini satu fakta, satu hal yang sungguh-sungguh, itu sebabnya kita mengabarkan Injil.

4. Cinta Tuhan mendorong Kita

Karena cinta Tuhan mendorong kita, maka kita tidak mungkin hidup tidak membawa jiwa. Kita tidak mungkin hidup hanya bagi diri kita sendiri saja. Kita menjadi Kristen, didorong cinta kasih Tuhan. Pada waktu kita jatuh cinta untuk pertama kali pada seseorang, pada waktu itu kita berkata seolah-olah tidak bisa lagi hidup tanpa dia. Di Jakarta, ada seorang Kristen yang sudah tua, kemudian menyerahkan banyak bukunya untuk gereja. Setelah orang membaca-baca buku itu, ditemukan surat cinta yang ditulis 30 tahun sebelumnya. Kalimat puitis itu indah sekali. Orang yang pendiam kalau sudah jatuih cinta bisa menjadi pujangga. Orang yang pelit luar biasa pada saat jatuh cinta bisa memberikan segala sesuatu kepada orang yang dicintainya. Waktu jatuh cinta, mau tidak mau, harus didorong oleh emosi untuk bersatu dan untuk memperoleh yang dicintai.

Sekarang ini kita tidak memberitakan Injil karena kekurangan cinta Tuhan yang mendorong kita. Waktu Tuhan mendorong kita dengan cinta, maka kita melihat setiap jiwa itu sebagai sasaran dalam rencana Tuhan Allah mau memperoleh mereka. Tetapi di dalam keadaan demikian kita sadar kewajiban kita. Kalau sudah didorong, maka tidak mungkin kita meninggalkan atau membiarkan begitu saja. Kita harus membawa mereka pada Tuhan. Dalam cinta tidak ada ketakutan, kata Alkitab. Kita sering mau mengabarkan Injil kepada seseorang, tapi takut pada mereka, takut kalau mengabarkan Injil nanti orang itu marah. Cinta menjadi paradox. Tetapi Alkitab berkata bahwa kasih yang sempurna tidak ada ketakutan (1 Yohanes 4:18).

Tidak semua dari kita dilahirkan menjadi orang yang gagah berani. Tetapi dengan berdoa memohon agar Roh Kudus memberikan kepada kita keberanian, maka akhirnya di dalam cinta kasih Tuhan yang sempurna, tidak ada ketakutan. Tuhan menyertai kita, jangan takut. Dari seluruh kekuatiran yang ada pada kita, 98% sebenarnya tidak pernah terjadi. Dan sisa yang 2% itu ada dibawah tanggungan Tuhan, hanya Dia yang memberikan pertolongan pada kita.

Waktu cinta sudah mendorong dan memenuhi hati kita, maka kita menjadi lain. Kita melihat jiwa-jiwa yang lain mempunyai nilai yang luar biasa, dan cinta mendorong kita untuk memberitakan Injil kepada mereka. Kesadaran untuk berbuah adalah karena kita harus berjumpa dengan Tuhan kelak. Kalau kita sebagai orang Kristen tidak pernah berbuah, bagaimana kita kan bertemu dengan Tuhan?

Seseorang divonis oleh dokter bahwa hidupnya tak akan lama lagi, karena ia mendapat penyakit yang sangat parah. Orang itu menangis dan memanggil seorang pendeta untuk datang kepadanya. Pendeta itu menanyakan akan kesiapan hatinya menghadapi kematian dan berkata kepadanya, “Kalau Tuhan mau mengambil jiwamu, sudahkah bersedia hati?” Memang ada kalanya Tuhan menyembuhkan, tetapi ada kalanya tidak. Orang yang sakit tadi kemudian dengan berlinangan air mata mengatakan bahwa dirinya sudah siap kalau Tuhan memanggil dia, ia sudah rela hati. Ia sudah diselamatkan. Tetapi mengapa menangis? Ia menangis karena hidupnya akan berakhir dengan cepat, dan akan menuju kepada kekekalan,tetapi ia sedih karena belum pernah membawa orang lain kepada Tuhan. Ia akan berhadapan dengan Tuhan dengan tangan kosong, ia merasa malu kepada Tuhan. Tuhan mencintai dan menyelamatkan dirinya, tetapi ia sendiri belum pernah membawa jiwa kepada Tuhan. Pendeta itu begitu sedih dan perasaannya terhanyut. Akhirnya pendeta itu berkata, “Tuliskanlah perasaanmu itu dan akan dijadikan lagu untuk dinyanyikan orang lain.” Orang itu mulai menulis :

Dapatkah aku berjumpa Tuhan dengan tangan hampa?

Jiwaku sudah diselamatkan,

Tetapi aku belum mengerjakan apa-apa bagi Tuhan,

Bagaimana aku berjumpa dengan Dia?

Setelah ia selesai menulis lagu itu, kemudian ia meninggal. Pendeta itu menyuruh saeorang komponis yang mengasihi Tuhan untuk menjadikannya sebuah lagu. Lagu itu sekarang telah dinyanyikan oleh banyak orang.

Sudahkah Anda berbuah Injil? Sudahkah Anda membawa saudara, orang tua, pembantu, kolega, teman sekolah, dan kenalan Anda kepada Tuhan? Paulus berkata, “Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidakl terpelajar. Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu…..”

Maukah Anda memberitakan Injil Tuhan sejak saat ini?

Amin.
SUMBER :
Nama Buku : Hidup Kristen Yang Berbuah
Sub Judul : Bab VI : Buah Injil
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : LRII, 1992
Halaman : 79 – 92