D. BUAH KEBENARAN / KEADILAN
2 Korintus 9:8-10, menunjukkan suatu dalil yang tak pernah berubah dari zaman ke zaman, yaitu kebajikan akan menerima benih yang baru dari Tuhan. Amsal 3:27-28 mengajarkan bahwa jika kita mampu, hendaklah kita membagi-bagikan milik kita kepada mereka yang memerlukan.
Banyak orang yang mempunyai kebiasaan sepertinya merekalah orang yang perlu dibantu dan selamanya tak pernah berhenti berambisi untuk hanya mendapatkan apa yang dirasanya perlu. Orang memiliki kebiasaan untuk senang jika mendapatkan sesuatu dan tidak senang jikalau ia memberi sesuatu. Manusia mempunyai semacam kecenderungan egois. Tetapi siapakah yang benar-benar perlu dibantu? Orang yang betul-betul perlu dan orang yang merasa diri perlu adalah orang yang berbeda. Saya boleh merumuskan orang demikian dalam dua kalimat: “Orang yang menganggap dirinya perlu dibantu, justru tak perlu dibantu; tetapi orang yang sesudah betul-betul berusaha dan tetap tidak dapat mencukupi kebutuhannya, orang itulah yang harus kita perhatikan keperluannya.”
Orang Kristen hendaknya mempunyai etika inisiatif. Orang-orang beriman yang betul-betul berusaha dan tetap miskin harus kjita bantu dengan saksama. Orang Kristen harus mempunyai mata yang tajam untuk melihat, dengan bijaksana dari Tuhan tentang bagaimana membantu orang yang miskin. Kita sepatutnya membantu orang-orang yang perlu dibantu, dan mendidik serta memperhatikan bagaimana mempersiapkan orang-orang yang agung yang bisa dipakai Tuhan di kemudian hari. Jika dua hal itu bisa dikerjakan, maka gereja memiliki hari depan yang baik. Firman Tuhan menjanjikan satu hal kepada kita. Kalau engkau memberi kepada orang lain, maka Tuhan memberi kepadamu (Lukas 6:38). Orang yang tidak pernah sukacita untuk memberi kepada orang lain, ia tak pernah menjadi orang yang diberkati oleh Tuhan. Lebih berbahagia orang yang memberi daripada orang yang menerima.
“Kalau kantung tidak berisi uang, itu bukan berarti miskin; tetapi kalau hati kosong tanpa niat untuk berjuang mencapai yang lebih baik, itu adalah kemiskinan seumur hidup”, demikianlah ibu saya sering menasihati kami anak-anaknya. Kalau kita mampu, janganlah lupa untuk membantu orang miskin yang perlu; dan bukan pula membantu mereka sedemikian rupa sehingga menjadi lumpuh tetapi membantu mereka untuk menjadi giat dan bisa berjuang, ini mengakibatkan suatu sharing dari iman kita kepada orang lain. Ibu saya harus bekerja berat setiap hari dari pagi sampai malam untuk membesarkan anak-anak, namun ia menggunakan setiap hari Jum’at pergi mengabarkan Injil dan mengunjungi orang sakit – demikianlah walaupun fisiknya lelah luar biasa, namun ia tetap memiliki sukacita di hatinya. Ibu saya menyisihkan apa yang bisa dibawanya dari rumah untuk memberi kepada orang-orang yang lebih miskin dari keluarga kami. Kesan-kesan seperti itu amat membekas dalam hati saya. Suka memberi akan buah kebenaran, kebajikan, keadilan, buah dari orang Kristen yang sejati. Selama ini ada berapa banyak uang yang ada pada Anda? Lalu sudah berapa banyak orang yang sudah Anda tolong?
Social Gospel itu melumpuhkan, tetapi Social Concern (menolong dan membantu mereka yang perlu) adalah ajaran dari Alkitab. Apakah orang memberi selalu akan menjadi miskin dan kekurangan? Suatu fakta kehidupan yaitu: Tak ada orang yang membantu orang lain dan akhirnya dilupakan oleh Tuhan. Alkitab berjanji bahwa orang benar yang suka membantu orang miskin tidak akan mempunyai keturunan yang menjadi pengemis (Mazmur 37:25). Jika anak Anda mempunyai niat perjuangan, maka meskipun Anda tidak meninggalkan yang satu sen pun untuk dia, anak itu tidak mungkin mati karena tidak ada uang. Lebih-lebih jika orang tua bisa menjadi teladan dan contoh untuk berbuahkan kebenaran, maka benih kebenaran akan tertanam dalam diri anak mereka dan pada saatnya benih dalam hati anak akan membuahkan kebenaran pula.
Tuhan mempunyai dua pekerjaan yang khusus, Dia menyediakan benih untuk penabur dan roti untuk dimakan. Allah memberi benih dan memberi roti; manakah yang Anda lebih suka menerimanya? Roti atau benih? Roti bisa langsung dimakan tetapi benih mesti ditanam, perlu waktu untuk bertumbuh dan berbuah, dipanen. Lalu digiling dan dibakar agar bisa jadi roti. Banyak orang Kristen menginginkan roti tapi tidak banyak orang Kristen yang mau benih. Banyak orang mau supaya Tuhan langsung memberi apa yang mereka minta dalam doa, langsung menjawab apa yang mereka doakan – inilah orang Kristen yang suka roti, tapi tidak suka benih. Manakah yang lebih bijaksana, orang yang memohonkan benih atau orang yang memohonkan roti kepada Tuhan? Orang yang meminta benih adalah orang yang lebih bijak, karena roti segera habis setelah kita makan, tetapi benih tak pernah berhenti bertumbuh dan membuahkan hasil. Alkitab mengajarkan agar kita menjadi orang yang bijak, bukan orang yang bodoh. Gereja yang bijaksana akan menanamkan benih firman Tuhan dan tentu saja untuk menuai hasilnya memerlukan waktu yang panjang dan penuh kesabaran. Lebih mudah mengadakan kebaktian yang besar daripada kebaktian yang bersifat stabil dan berkembang setahap demi setahap dan jelas dalam mengikuti pimpinan Tuhan.
Tuhan pemberi roti dan Tuhan pemberi benih adalah Tuhan yang sama, tetapi anugerah itu memberikan akibat yang berbeda. Barang siapa yang banyak menolong orang lain dan berhati lapang untuk menolong orang lain, maka orang itu bukan hanya menerima roti, tetapi juga menerima benih. Bunga mawar yang hari ini Anda bisa lihat dan pegang, adalah bunga yang ada sebelum Adam tinggal di taman Eden. Setiap butir beras yang Anda makan, bersumber dari induknya dan sumbernya permulaannya ada sebelum Adam. Rahasia hidup adalah benih yang terus-menerus berbuah. Kematian akan menelan satu generasi tetapi benih akan terus melanjutkan keturunan dan kematian akan ditertawakan oleh benih yang baru. Kita harus belajar memiliki semangat mempertumbuhkan dan merealisasikan bakat-bakat yang ada dalam diri kita, lalu sesudah secara optimal baik-baik memperkembangkannya untuk Tuhan dan untuk sesama, bukan untuk diri kita sendiri.
Roti adalah barang jadi yang enak dinikmati, tapi tidak bertumbuh lagi. Saya harap kita mempunyai sikap bijaksana yang memohonkan benih dari Tuhan, benih yang berakar dan berbuah dan mengolah buah dari benih tersebut sebagian menjadi roti dan sebagian lagi tetap sebagai benih – dengan demikian Tuhan memberikan kecukupan kepada kita.
E. BUAH BIBIR
“Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.” (Ibrani 13:15)
Ucapan bibir yang memuliakan Tuhan adalah buah Bibir yang bersyukur kepada Tuhan, senantiasa berterima kasih kepada Tuhan dan mulutnya tidak dikotori oleh hal-hal yang tidak perlu yang mempermalukan nama Tuhan. Pada waktu mengalami kesulitan, kita selalu ditipu oleh setan dengan kalimat: “Tuhan telah melupakan engkau.” Pada waktu kita senang, setan berkata: “Lupakanlah Tuhan.”
Tuhan tak pernah melupakan kita dan seharusnya kita tak pernah melupakan Tuhan. Seringkali kita tidak konsisten dengan perkataan kita. Mulut dan bibir kita tidak mempunyai buah yang baik padahal buah Bibir adalah pohon hidup. Buah bibir orang benar adalah sumber kehidupan (Amsal 10:11). Dari mulutnya keluar kalimat-kalimat yang mengakibatkan hidup yang baru. Bibir harus dipelihara dengan baik. Surat Yakobus mengatakan bahwa orang yang sempurna dan tidak bercacat cela yaitu orang yang bibirnya tidak bercacat cela, lidahnya mengatakan hal-hal yang betul-betul baik, membangun orang lain (Yakobus 3:2). Kecelakaan akan datang pada mereka yang tidak memperhatikan perkataannya sendiri. Peribahasa Tionghoa mengatakan: “Penyakit masuk dari mulut, kecelakaan keluar dari mulut.”
Pada waktu mendapatkan bahaya ataupun musibah, biasanya orang berkata: “Di manakah Tuhan? Mengapa hal ini terjadi?” Martin Luther mengatakan: There’s no ‘Why’ in the heart of believers. Tidak ada pertanyaan ‘Mengapa’ dalam hati orang percaya.” Orang Kristen yang hanya mau berkat saja dari Tuhan, tidak mungkin rohaninya bisa teguh. Orang Kristen yang hanya mau kesuksesan dan kemakmuran tanpa membayar harga, tidak mungkin mempunyai buah Bibir yang memuliakan nama Tuhan.
Waktu Ayub mendapatkan musibah-musibah besar bahkan musibah yang merenggut nyawa sepuluh orang anaknya, ia menjadi contoh bagi orang-orang sebagai orang yang berbuah Bibir memuliakan Tuhan. Tidak demikian halnya dengan istri Ayub, ia tidak seperti Ayub, melainkan sebaliknya. Pada waktu sepuluh anak Ayub mati dan dimasukkan ke dalam peti dan rumah Ayub penuh dengan peti mati yang menyimpan jenasah anaknya (peristiwa itu adalah hal yang paling pedih bagi diri setiap orangtua, termasuk Ayub). Tetapi ia mengatakan: “Tuhan yang memberi, Tuhan juga yang berhak menerimanya, terpujilah nama Tuhan untuk selama-lamanya.” Adakah orang yang memuliakan Tuhan dengan bibirnya pada waktu anak-anaknya mati dihadapan orangtuanya? Pujian yang keluar dari manusia pada waktu kematian, ditimpa musibah, bahaya dan penderitaan adalah konser yang paling mulia. Tuhan mau menunggu dan sedang mencari orang yang ketika mendapatkan penderitaan, bibirnya tetap beres, orang itu berbuah Bibir. Kalau Anda bijaksana, maka pada waktu mengalami kesulitan Anda akan berkata: “Tuhan, meskipun hal ini begitu sulit, saya tahu bahwa Engkau tak pernah berbuat salah.”
Ketika Anda menderita sengsara dan kesulitan serta mulai memaki-maki nama Tuhan, maka itulah saatnya setan paling senang karena di dalam dunia ini makin banyak orang yang diciptakan oleh Tuhan sedang mempermalukan Tuhan mereka sendiri. Bukankah kalau kita diberi kesempatan melayani Tuhan itu juga karena anugerah Tuhan? Bukankah kalau kita diberi beban berat itu berarti kepercayaan yang besar dari Tuhan diberikan kepada kita? Phillip Brooks mengatakan: “Jangan minta pekerjaan yang sama besarnya dengan kekuatanmu; tetapi sebaliknya mintalah kekuatan yang lebih besar untuk pekerjaan yang dipercayakan kepadamu.” Ini suatu kepercayaan di mana kita rela menanggung beban tugas yang besar dari Tuhan bahkan melebihi kekuatan kita, dan memohon kekuatan yang lebih besar dari Tuhan untuk melaksanakannya. Bolehkah mulai hari ini Anda berjanji agar tidak lagi menggunakan bibir melayani setan dan tidak lagi mengatakan kalimat yang tidak membangun orang lain serta tidak lagi mengeluarkan kalimat yang mendukakan Roh Kudus tetapi hanya mengeluarkan kalimat-kalimat yang beres?
F. BUAH SEJAHTERA
Ibrani 12:9-11 berisikan pengajaran tentang suatu perdamaian dan kesejahteraan atas mereka yang taat kepada pengajaran. Ayat ini merupakan suatu perbandingan antara bapa duniawi dan Bapa sorgawi.
Seorang ayah mewakili sifat keadilan dan kekerasan Tuhan, seorang ibu mewakili kemurahan dan kelembutan Tuhan juga. Apabila hal ini bisa harmonis dalam pendidikan anak, maka anak-anak akan dididik dengan baik. Bapa kita di dalam dunia mendidik dan menghajar kita dan didikan serta ajarannya selalu mendatangkan sedih dan dukacita. Bagaimana dengan Bapa di sorga? Bapa di sorga juga demikian. Bapa dunia mengajar sesuai dengan apa yang dianggapnya baik, bagaimana dengan Bapa di sorga? Bapa di sorga memiliki cara dan tujuan pendidikan yang paling agung, paling suci dan tak mungkin Ia sembarangan menghajar anak-anak-Nya dalam Kristus. Kalau Anda mengatakan: “Kalau Tuhan cinta saya, janganlah menghajar saya, janganlah mendisiplin saya.” Maka Tuhan akan mengatakan: “Justru karena Aku mencintai engkau maka Aku mendisiplin engkau. Aku menghajar dan mencambuk engkau.” Hukuman dan cambukan itu berbeda; hukuman adalah untuk para kriminal tetapi cambukan dan ajaran diperuntukkan bagi anak sendiri.
1. Ketaatan Pada Ajaran Tuhan
Tuhan tidak akan membiarkan seseorang tetap menerima cinta-Nya tanpa disertai hidup yang diubahkan. Tuhan mau kita menjadi orang Kristen yang beres. Kristus mencintai Anda, maka Dia mati di salib. Apakah Anda tergerak karena cinta-Nya dan hidup berbuah banyak bagi kerajaan Allah? Tuhan mengatakan satu hal tentang buah orang Kristen yaitu: “Buahmu itu tetap.”
Jadi selain kewajiban untuk berbuah, ada satu hal lagi yaitu ketahanan atau sesuatu yang bisa bertahan. Jadi buah kita bukanlah buah yang sementara kelihatannya indah, mewah, bagus, tetapi sebentar kemudian menjadi layu. Buah kita harus bisa bertahan sampai Tuhan Yesus datang kembali. John Sung hanya 2 kali ke Indonesia, tetapi hasil buah kedatangannya bertahan 40 sampai 50 tahun sesudahnya – itulah kebangunan rohani yang sejati. Sekarang begitu banyak kebangunan rohani yang diadakan, yang begitu muluk-muluk, berapi-api dan berkobar-kobar, tetapi 3 minggu kemudian apinya sudah habis. Di sinilah Kristus mengatakan satu hal yang penting, yaitu: Bertahan. Hiduplah bagi Tuhan dengan memelihara kualitas iman yang murni dari muda sampai tua, dari hari Anda bertobat sampai bertemu dengan Tuhan. Yang penting dalam hidup bukanlah penampakan luar tetapi karakter hidup, karya serta pemikiran. Sebagaimana pada waktu muda Anda cinta Tuhan, tetaplah sampai mati mencintai Tuhan. Jika pada waktu Anda bertobat begitu murni dan tetap demikian sampai puluhan tahun kemudian hidup di dunia, maka itulah buah yang tetap.
2. Kepatuhan Astas Disiplin Tuhan
Kita tidak dapat mendustai bahwa orang Kristen adalah orang yang penuh kelemahan. Orang Kristen bisa jatuh dalam godaan dan tidak ada satu orang Kristen pun yang tidak mungkin berbuat dosa. Kita harus membenci dosa tetapi bagaimana pun juga kita tidak boleh membenci orang berdosa. Kita harus mencintai orang berdosa sehingga dengan segala pengertian dan segala usaha, kita mengharapkan adanya perubahan dari hidup orang yang berdosa. Mengharapkan adanya perubahan, itulah hal yang menjadi suatu kekuatan baru bagi kita untuk terus melayani. Kesabaran dan cinta kasih yang mengharapkan perubahan orang lain, akan mengakibatkan ketekunan, upaya, dan doa syafaat yang murni dari kita. Lalu mengapa banyak orang yang tidak berubah? Karena mereka tidak mau diajar. Kalau kita beres di dalam segala sesuatu, bisa dipercaya dan bertanggung jawab dalam menjalankan apa yang sudah kita janjikan kepada orang lain, maka hari depan kita itu lapang dan kita bisa berjalan di jalan yang baik.
Kalau kita selalu tidak bertanggung jawab, selalu menipu orang lain, itu sama artinya dengan melempar batu yang besar ke depan jalan kita. Janganlah lupa bahwa apa yang di depan kita, akan kita jalani nantinya. Kita perlu melemparkan dosa yang telah kita lakukan, tetapi bukan ke depan tapi ke samping. Pada waktu kita melakukan kesalahan-kesalahan yang melawan akan prinsip-prinsip etika dan moral yang berasal dari Tuhan, maka pukulan Tuhan akan datang kepada kita. Kalau pukulan itu kita mau terima, mau mengaku dan mau menanggungnya, maka kita masih mempunyai hari depan yang baik. Tetapi justru banyak orang berani berdosa tidak berani mengaku dosa, inilah kebodohan manusia. Berani berdosa tapi tidak berani menanggung hukuman; berani berbuat dosa, tapi tidak berani menanggung kesalahan; berani berbuat dosa tapi tidak berani menanggung ajaran dari Tuhan. Orang seperti itu tidak mungkin mempunyai sejahtera.
Satu contoh yang penting dalam Alkitab yaitu pada waktu Daud menghitung rakyat Israel (2 Samuel 24:1-25). Pada waktu menghitung rakyat Israel, Daud sebenarnya sudah menerima tawaran dari setan. Hanyalah Tuhan yang mempunyai mata yang begitu tajam, yang menilai baik-tidaknya tindakan-tindakan tertentu.
Di sinilah kesulitan jika kita tidak mempunyai kepekaan, sebab kita tidak bisa membedakan dan menganggap semua sama. Alkitab mengatakan bahwa Daud menerima satu desakan dari setan (1 Tawariukh 21:1), tetapi di dalam ayat yang lain dituliskan bahwa Tuhanlah yang mendorong Daud melakukan hal itu. Tuhan mengizinkan setan merangsang Daud sehingga dia bersalah di dalam satu hal yang tidak disadarinya. Secara lahiriah, membuat sensus seperti Daud itu tidak salah bahkan semua negara di dunia melakukannya. Lalu mengapa waktu Daud melaksanakan sensus ia dianggap bersalah oleh Tuhan? Jawabannya adalah karena motivasi Daud yang berusaha membanggakan diri. Motivasi yang tidak beres muncul dalam hatinya.
Orang yang memberikan 10 rupiah dari seluruh uangnya yang berjumlah 30 rupiah, mempunyai cinta yang besar tetapi orang yang memberikan 10 rupiah dari 1 juta rupiah yang dimilikinya, sudah menghina Tuhan. Walaupun kelihatan sama-sama 10 rupiah, tetapi dibelakangnya ada motivasi yang berbeda. Orang yang satu memberikan karena cinta, orang yang lain memberikan karena takut dilihat orang lain sebagai orang yang tidak mau memberi. Ada satu orang yang memberi karena melihat orang lain memerlukannya; ada orang lain yang memberi karena motivasinya hendak menyombongkan diri di hadapan Tuhan. Itulah yang terjadi waktu Daud menghitung prajurit Israel – Tuhan Allah menghukum dia.
Seorang nabi diutus kepada Daud untuk menghentikan perbuatannya. Nabi Gad mengatakan terus terang kepada Daud bahwa Tuhan akan memberikan musibah kepada bangsa Israel karena perbuatan Daud. Daud harus memilih dari tiga macam kecelakaan yang akan Tuhan datangkan kepada umat Israel dan dia memilih untuk jatuh ke dalam tangan Tuhan dan bukan ke tangan manusia. Daud memilih pedang dari Tuhan untuk menebang dirinya, lalu Tuhan memukul bangsa itu dengan pedang-Nya dan yang mati dalam tiga hari itu ada 70.000 orang. Zaman ini terlalu banyak orang Kristen suka mendengarkan khotbah yang isinya menyatakan cinta kasih Allah tetapi lupa bahwa Allah juga mnempunyai cambuk dan pedang; bahkan Allah menghajar anak-anak-Nya sendiri.
Kalau ajaran dari tangan Tuhan tiba kepada kita, janganlah kita lari tetapi taat dan menerimanya, telan dan tanggunglah kesulitan yang timbul sebagai akibat dari dosa Anda; dan sesudah menerima ajaran Tuhan dengan taat maka seumur hidup Anda akan menjadi lain, akan berubah. Anda tidak seperti dulu lagi yang penuh dengan kegelisahan dan hanya menginginkan kesuksesan yang sifatnya superfisial dan lahiriah tetapi tidak ada prinsip dasarnya. Jadi pada waktu Allah mencambuk, Anda sakit di badan tetapi damai di hati.
Setelah ajaran dari Tuhan Anda terima, maka Anda akan mempunyai satu kestabilan. Sejak menerima buah Sejahtera, Anda akan menilai orang lain dengan stabil dan tenang, tidak lagi iri dan dengki, tetapi memiliki hubungan pribadi yang lebih dekat kepada Tuhan. Orang yang demikian berkata kepada Tuhan: “Meskipun aku harus lapar, aku bersyukur kepada-Mu karena sudah menjalankan kehendak-Mu; meskipun aku harus menanggung sakit yang berat akibat dosaku sendiri, jiwaku sudah disembuhkan oleh Tuhan.” Sejahtera sebagai satu buah yang luar biasa dimiliki mereka yang taat kepada ajaran Tuhan.
Begitu banyak orang Kristen tidak mau diajar oleh Tuhan. Pada waktu kesulitan melarikan diri dan tidak mau menanggungnya, padahal lari ke mana pun orang demikian sudah menjadi kesulitan bagi dirinya sendiri. Orang demikian tidak akan lolos dari egoisme, kebencian, dan tidak bisa lolos dari hidup yang tidak pernah menjadi matang. Hendaklah kita menjadi seperti Daud, yang rela diajar dan dididik oleh Tuhan dan menjadi anak Tuhan yang baik.
Tuhan kadang-kadang memukul, mencambuk dan mendisiplin kita. Orang Kristen yang tidak mau didisiplin oleh Tuhan, tak mungkin menjadi orang Kristen yang baik. Jangan kira setelah menjadi orang Kristen, Anda boleh leluasa berbuat dosa. Apa sebabnya Yesus Kristus berteriak di atas kayu salib: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Karena pada waktu itu Dia menanggung dosa Anda dan dosa saya. Di hadapan Allah tidak ada dosa yang terkecuali, tidak ada keringanan atau pun dispensasi atas dosa. Allah itu suci adanya. Anak-anak Allah yang dicintai-Nya, tidak mungkin luput dari pada hajaran Bapa. Orang yang melarikan diri dari disiplin Tuhan, bahkan mau mencari gereja yang menyenangkan diri dan tidak menerapkan disiplin, tak ada kemungkinan bertumbuh dalam kerohaniannya.
Kalau perlu dipukul oleh Tuhan, janganlah lari karena pukulan Tuhan menghasilkan buah Sejahtera. Anak yang tak pernah didisiplin dan dipukul sepatutnya bahkan yang keingainannya selalu dituruti, tidak akan memiliki kepribadian dan hidup yang benar. Anak yang tidak disiplin orang tuanya sebenarnya tidak memiliki kepuasan dalam jiwanya meskipun segala keinginannya dituruti, karena di dalam sanubari dan nalurinya ia mengetahui bahwa hal itu tidak benar, akhirnya pada waktu ia dihajar dan mendapatkan pukulan yang perlu, barulah hidupnya tenang dan sejahtera.
Setelah Allah menghukum dan memberikan pengajaran kepada kita anak-anak-Nya, barulah kita mempunyai damai sejahtera. Buah Sejahtera terjadi setelah pukulan yang patut. Sebelum itu terjadi, bagaimana pun Anda kelihatan lancar dan tidak pernah terganggu apa-apa, tidak pernah hati Anda memiliki sejahtera yang sejati. Begitu banyak orang bisa meloloskan diri dari hukum negara, begitu banyak orang bisa meloloskan diri daripada hakim, jaksa dan pengadilan, tetapi hati mereka tak akan pernah merasakan damai sejahtera sampai suatu hari orang itu menerima hukumannya.
Prinsip Alkitab mengatakan supaya kita menerima ajaran dan menanggung hukuman. Para hamba Tuhan yang melayani dalam khotbah, harus memberi keseimbangan antara pengajaran tentang kasih Allah dan pengajaran tentang hukuman Allah. Jangan mengkhotbahkan hal yang satu dan meninggalkan yang lainnya. Setelah menanggung ajaran dan hukuman barulah Anda menghasilkan buah Sejahtera. Pada masa kini banyak orang Kristen melarikan diri dari cambukan Tuhan dan mau supaya tidak usah dihukum atau diajar dan disiplin. Orang demikian pergi ke mana-mana, tetapi hatinya tidak pernah memiliki sejahtera, kecuali kembali kepada Tuhan, dan mengaku dosa, serta minta Tuhan mengajar dan mendisiplin dirinya.
Amin.
SUMBER :
Nama Buku : Hidup Kristen Yang Berbuah
Sub Judul : Bab III : Buah-buah Orang Kristen
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : LRII, 1992
Halaman : 29 – 48