PRAKATA

Kemandulan merupakan suatu hal yang paling memalukan bagi orang Israel, khususnya kaum wanita. Karena mereka merasa sangat malu menjadi tertawaan masyarakat. Sebaliknya, anak-anak penerus generasi di dalam keluarga menjadi kemuliaan besar bagi mereka.

Bukankah hal ini juga merupakan tradisi Timur yang tidak asing bagi kita? Pada waktu Tuhan menciptakan tumbuh-tumbuhan, Dia menghendaki tumbuh-tumbuhan itu mengeluarkan buah yang mengandung biji di dalamnya. Sehingga selain menjadi hasil pertumbuhan, buah-buah juga boleh menjadi tumbuhan yang baru; inilah dalil hidup. Biarlah orang Kristen mengerti dalil ini di dalam pertumbuhan iman dan kerohaniannya, sehingga tubuh Kristus di dalam dunia ini boleh menikmati kepuasan yang secukupnya melalui penderitaan di dalam proses berbuah. Juga mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan melalui penyajian syukur kita kepada-Nya melalui bukti kita tetap hidup dengan sehat dalam iman.

Berapa banyakkah orang Kristen yang tidak berbuah? Berapa banyakkah orang Kristen yang menempati bumi tanpa menerima anugerah bahkan menghamburkan waktu secara sia-sia? Bukankah ini waktunya bagi kita mengintrospeksi diri sendiri dan kembali kepada Sumber kekuatan yang abadi untuk menghidupkan kembali rohani kita agar mampu berbuah? Alangkah kecewanya pada waktu Tuhan berkata kepada orang Israel: “Bukankah yang Kutanam adalah anggur yang manis, mengapa menghasilkan buah yang asam?” Alangkah kecewanya pada waktu Yesus memberikan perumpamaan tentang pohon yang tiga tahun tidak berbuah yang seharusnya ditebang, namun Tuhan yang penuh dengan kesabaran masih memberikan satu tahun lagi serta menunggu buah yang diharapkan.

Bagaimanakah dengan hidup kita? Apakah kita mengecewakan Tuhan? Atau maukah kita mengalami kuasa berbuah demi memuaskan hati Tuhan kita dengan menyajikan buah-buah hidup sebagai Kristen?

Jakarta, April 1992

Pdt. DR. Stephen Tong

————————————————

BAB I :

POKOK ANGGUR YANG BENAR

Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” (Yohanes 15:1-8)

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” (Yohanes 15:16)

———————————————-

Dalam abad ini banyak orang mengira mereka telah mengalami pekerjaan Roh Kudus. Tetapi jika kita kaji dengan teliti berdasarkan terang firman Allah, ternyatalah bahwa kebanyakan orang yang sering mengatakan bahwa dirinya dipenuhi Roh Kudus itu kurang mempunyai pengertian dan bahkan belum mempelajari mengenai ajaran Roh Kudus secara ketat dan sempurna dalam Alkitab. Kita perlu memiliki pengertian berdasarkan wahyu Tuhan dalam Alkitab mengenai Roh Kudus. Dalam pasal 14 dan 16 Injil Yohanes, Tuhan Yesus memberikan pengajaran mengenai Pneumatologi, doktrin Roh Kudus.

Dalam Matius 5, Yesus berbicara mengenai Kerajaan Allah yang menjadi pengharapan dan fase baru di dalam sejarah manusia. Pengajaran teragung ini ditujukan kepada para murid-Nya, serta juga didengarkan oleh ribuan orang. Tetapi ketiga pasal penutup dalam Injil Yohanes ini hanya didengarkan oleh 12 murid saja. Ini merupakan pengajaran yang eksklusif yang sangat penting dan mendalam sebagai suatu ungkapan rahasia kebenaran Allah.

A. KESEJATIAN DAN BUAH YANG LEBAT

Yohanes 15 menyatakan mengenai hidup berbuah dan hidup bersatu dengan Kristuis, union with Christ. Dalam pasal 10, Tuhan Yesus menyatakan diri, “Akulah pintu” dan “Akulah gembala yang baik”. Tetapi dalam pasal 15 ini Tuhan Yesus menyatakan diri dengan satu istilah remeh dan hina, “Akulah pokok anggur yang benar (sejati).” Yesus menyamakan diri sengan tumbuhan yang begitu remeh. Yohanes 15:1 dan 6 mempunyai istilah yang penting sekali, yang saling mengisi dan menjelaskan satu dengan yang lain. Ayat 1 mengatakan tentang “yang benar”, yaitu kualitas dan kesejatian. Sedangkan ayat 8 menyebutkan “banyak”, yaitu jumlah atau kuantitas. Di sini kualitas dan kuantitas saling melengkapi.

Yesus mengatakan “Akulah pokok anggur yang sejati” dan “kamu harus berbuah banyak.” Gereja selalu menjadi timpang dan tidak seimbang karena hanya menekankan salah satu aspek saja, entah itu dari kualitas atau kuantitas. Banyak gereja sekarang memperhatikan dan memperdebatkan mengenai pertumbuhan gereja, namun penekanan mereka cenderung hanya di dalam aspek kuantitas semata-mata. Kuantitas yang identik dengan banyaknya orang yang datang ke gereja. Siapa pun yang datang, asal anggota gereja bertambah, akan menjadikan gereja itu berkembang; demikian teori mereka. Banyak orang berkata: “Lihat, gereja anu begitu banyak anggotanya. Bukankah hal itu menunjukklan bahwa Tuhan memberkatinya?”

Tetapi iman yang berdasarkan firman Tuhan tidak bisa menerima kuantitas sebagai tanda satu-satunya sebuah gereja diberkati oleh Tuhan. Kuantitas harus diuji dengan kualitas dan kualitas harus diuji dengan kuantitas. Orang-orang yang dipengaruhi oleh Kekristenan sepanjang sejarah gereja seperti orang Marcion, Arius, Gnostik, Neo Platonisa ataupun Manichaeis sudah pernah berkembang menjadi besar dan menganggap Yesus adalah nabi dan orang suci, tetapi ajaran mereka tetap tidak bisa kita terima menjadi sejajar dengan kebenaran Alkitab. Mari kita membedakan dengan jelas berdasarkan suatu kriteria yang penting, yaitu kualitas dan kebenaran dari pengajaran.

Yesus berkata, “Aku adalah pokok anggur yang sejati…..maka kamu harus berbuat banyak.” Ayat 1 mementingkan mementingkan kualitas, baru dilanjutkan dengan ayat 8 yang menekankan akan kuantitas. Kuantitas harus berdiri di atas kualitas. Jika kualitas tidak menjadi dasar dari kuantitas maka kuantitas akan menyelewengkan, mencairkan dan membengkokkan serta mengubah esensi Kekristenan yang sejati. Kuantitas bukan kualitas, kualitas bukan kuantitas. Kualitas dan kuantitas tidak perlu berbenturan, sebaliknya bisa berkerja seiring sejalan. Namun demikian kita harus berdasarkan kualitas sebagai pokok, baru menuntut kuantitas.

Mengapa Tuhan Allah tidak memakai setiap orang untuk dipercayakan melakukan pekerjaan Tuhan yang besar? Waktu Taurat diberikan kepada Israel, maka saat itu 3000 orang dibinasakan. Pada waktu Tuhan mau memakai sekelompok orang untuk menyatakan kemenangan besar, maka Ia menjaring dari antara puluhan ribu orang sampai tersisa 300 orang saja yang dipimpin oleh Gideon. Semua ini mengajarkan kepada kita suatu hal yang sering tidak kita pedulikan yaitu kualitas. Kita menganggap bahwa Tuhan harus berterima kasih kepada kita jika kita melayani Dia. Kita menganggap bahwa Tuhan memerlukan uang kita, bahkan jika kita bisa membawa banyak jiwa kepada Tuhan, kita cenderung menganggap diri sebagai orang yang hebat dan sukses.

Prinsip dari Tuhan mengatakan, “Saring dulu sampai orang-orang itu betul-betul mengasihi Aku dan murni hatinya.” Jikalau orang yang mau melayani Tuhan tidak mau melewati ujian dan saringan Tuhan, maka Tuhan sendiri yang akan menyaring dengan tangan-Nya yang kuat untuk menyingkirkan orang-orang yang tidak beres. Kalau motivasi kita tidak dimurnikan oleh darah Yesus Kristus dan jika kita melayani Dia hanya untuk mencari muka atau kedudukan dan kemuliaan dengan kegiatan kita, maka Tuhan akan turun tangan menyaring kita.

Waktu Uza berusaha menolong peti perjanjian yang sedang miring, maka Tuhan membunuh dia. Tuhan tidak memerlukan orang yang tangannya tidak beres. Waktu Ananias dan Safira mempersembahkan uangnya dengan tidak jujur, maka Tuhan menyingkirkan mereka. Petrus berkata, “Kalian bukan menipu manusia, melainkan Tuhan.” Mereka harus mati pada saat itu juga, karena Tuhan menyaring umat-Nya. Ketika Bileam menjadi nabi yang tidak lagi taat kepada Tuhan, ia disingkirkan oleh Tuhan. Yesus mengatakan, “Akulah pokok anggur yang sejati.”

Bukankah kita harus menjadi gentar melihat begitu banyak orang yang kelihatan giat bagi Tuhan, tetapi pada suatu hari mungkin disingkirkan oleh Tuhan? Bukankah kita harus menjadi gentar melihat orang yang kelihatan berusaha menolong Tuhan tetapi tidak mengerti bahwa Tuhan tidak memerlukan pertolongan siapapun? Tuhan akan menyaring dan menyingkirkan dia. Tuhan akan memakai sekelompok orang yang murni mau melayani Dia untuk melakukan pekerjaan yang besar. Jangan bermain-main dengan Tuhan! Dia Mahasuci. Tidak ada seorang pun yang dapat mempermainkan Dia. God is consuming fire. Tuhan kita adalah api yang menghanguskan.

Mengapa banyak orang Kristen yang waktu muda kelihatan beres, tetapi setelah tua menjadi bengkok? Mengapa banyak penginjil yang mula-mula begitu rendah hati tapi setelah sukses menjadi sombong luar biasa? Jawaban dari seorang pendeta atas pertanyaan itu adalah satu kalimat pendek, “Kalau Anda adalah emas murni, mengapa harus takut api?” Kalimat ini pendek tetapi penuh kekuatan. Kita tidak perlu mengkuatirkan banyak hal untuk mulai melayani Tuhan, yang penting adalah murnikan hati Anda sampai Anda menjadi seperti emas yang sejati, murni dan tidak takut api. Hendaklah motivasi kita murni, pelayanan kita murni, dengan hasrat mau dipakai Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kekristenan berdiri di atas dasar kesungguhan dan kesejatian.

Sejati, baik dan indah, merupakan idaman dari kebudayaan manusia. True, good, and beautiful, ketiganya merupakan arus pokok yang penting dalam kebudayaan Barat dan Timur. Barangsiapa mempunyai kesungguhan sebagai dasar dan mempunyai kebaikan sebagai motivasi serta mempunyai keindahan dalam penyampaian, orang itu boleh dikatakan sangat sempurna. Bahkan seorang filsuf di Tiongkok mengatakan bahwa sebenarnya agama boleh diganti dengan tiga esensi ini. Filsuf tersebut berteori bahwa yang manusia perlukan bukanlah ibadat, moralitas atau apa pun, tetapi manusia membutuhkan kesungguhan, kebajikan dan keindahan dalam seluruh aspek hidup. Tetapi iman Kristen Reformed menolak teori itu karena sebenarnya kesungguhan tidak mungkin dicapai oleh manusia kalau kita tidak beribadah kepada Tuhan dan tidak memiliki hidup di dalamn Kristus.

Kesungguhan hanya ada pada Kristus. Di dalam Dia tidak ada hal-hal yang palsu, tidak ada topeng dan kemunafikan. Tuhan Yesus berkata kepada orang Farisi, ”Celakalah kamu, karena di luar kalian terlihat indah, tetapi di dalamnya penuh dengan tulang yang busuk.” Jika kita tersenyum di luar sementara di dalam penuh dengan kebencian, apa gunanya kita menjadi orang Kristen? Kalau orang mempunyai kesopanan tetapi hatinya tidak percaya kepada orang lain, penuh dengan kejahatan dan pikiran tidak benar, bagaimanakah dia dapat bersaksi bagi Tuhan?

Orang yang luar dan dalamnya sama memang tidak mudah mendapat teman akrab. Ia selalu disalah-mengerti orang lain dan selalu kurang indah dalam penampilan. Tetapi walaupun banyak kelemahannya, orang itu masih diberkati Tuhan karena kesungguhannnya. Belajarlah menjadi orang yang sungguh-sungguh. Belajarlah mempunyai cinta, rendah hati, pelayanan, kehidupan, iman dan rohani yang sungguh. Orang yang rohaninya sungguh-sungguh kurang baik masih lebih baik daripada orang yang kerohaniannya baik di luar palsu di dalam. Orang yang sungguh-sungguh congkak lebih baik daripada orang yang rendah hatinya palsu.

B. KEKEKALAN KRISTUS DINYATAKAN

Istilah Aku adalah, yang diucapkan Yesus selalu merupakan suatu pengenalan diri Kristus dalam satu esensi Ilahi yang sejati dan kekal. Dalam Keluaran 2:14, Tuhan berfirman kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Allah menyatakan dengan tuntas, I AM THAT I AM. Ia adalah Allah yang tidak berubah. Siapakah yang tidak pernah berubah? Benda tidak berubah bentuk karena waktu, tetapi benda itu akan menjadi rusak dan hancur. Bumi, gunung, galaksi, dan seluruh alam semesta berada di tengah perubahan. Ibrani 1 mengatakan, bahwa langit dan bumi makin lama makin tua, tetapi satu-satunya yang tidak ada dalam proses perubahan yaitu Tuhan Allah sendiri. Dulu I AM, sekarang I AM, besok I AM. I AM THAT I AM. Dengan status seperti inilah Kristus berinkarnasi, menjadi manusia, dan berkata, “Aku adalah pokok anggur yang sejati.” Kesejatian Kristus ditonjolkan melalui istilah I AM. Seorang tua-tua yang mencintai Tuhan berkata: “Saya menjadi orang Kristen sudah puluhan tahun. Saya sadar ada semacam kesenjangan besar antara yang dibicarakan oleh mulut orang Kristen dengan yang dijalankannya.”

“Aku adalah pokok anggur yang sejati.” Istilah “adalah” menunjukkan fakta, bukan hanya teori, menyatakan hidup, bukan mimpi, menyatakan kelakuan, dalam kehidupan sehari-jari bagaimana kita memuliakan Tuhan, bukan hanya mendengarkan khotbah yang muluk-muluk di telinga kita. Kesejatian seperti inilah yang diperlukan setiap orang.

C. MENGAPA POKOK ANGGUR?

Ada pohon cemara yang besar dari Libanon, ada pohon ara yang subur dan berbuah banyak, ada pohon-pohon yang banyak dicatat dalam Alkitab, tetapi Tuhan Yesus tidak memakainya melainkan memakai pohon anggur sebagai analogi untuk menyatakan diri. Mengapa? Yesus Kristus tidak mengatakan, ”Aku adalah pohon aras Libanon”, namun ia mengatakan, “Aku adalah pokok anggur yang sejati.” Suatu contoh yang sederhana dipakai-Nya bagi diri-Nya. Dia tidak mau meninggikan diri sendiri. Demikianlah gereja dibangun dan perkerjaan Tuhan dapat dikerjakan dengan baik jika orang-orang di dalamnya tidak menegakkan dan menonjolkan diri sendiri.

Kalau tanaman anggur boleh disebut pohon, maka itu adalah pohon yang paling tidak berbentuk. Artinya, bila seorang petani anggur membangun para-para yang pendek untuk tanaman itu, maka pohon anggur akan merambat di para-para yang pendek. Tetapi bila para-paranya tinggi, maka tanaman ini akan merambat tinggi. Tanaman anggur tidak mempunyai bentuk sendiri. Yesus berkata, “Aku adalah pokok anggur yang sejati dan Bapa-Kulah pengusaha-Ku, yang membentuk Aku.” Kristrus menjadi contoh kita. Hal ini mengajarkan bahwa kalau Tuhan kita sendiri saja dibentuk di tangan Bapa dan tidak mempertahankan apa yang ada pada-Nya menjadi kecongkakan-Nya, maka biarlah kita pun meneladani-Nya.

Cara Tuhan menilai pemberian seseorang bukan dari jumlahnya, melainkan dari hatinya. Kita harus menilai dari cara Tuhan menilai. Itu sebabnya yang kaya tidak boleh sombong dan yang miskin tidak boleh minder. Yesus justru pernah memuji persembahan dari seorang janda yang memberikan dua keping perak karena janda itu telah memberikan seluruh nafkahnya. Banyak orang kaya memberikan sisa-sisa untuk Tuhan, seolah-olah Tuhan sama seperti anjing. Allah melihat hati nurani sedalam-dalamnya. Yesus Kristus berkata, “Di dunia, burung memiliki sarang, serigala mempunyai lubang, namun Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”

Pada waktu datang ke dunia sebagai manusia, Yesus Kristus tidak mempunyai tempat tidur, tidak mempunyai waktu cukup untuk makan, pergi ke sana ke mari untuk menolong orang lain bahkan orang menghina Dia. Mereka berkata, “Bukankah Dia anak Yusuf tukang kayu itu?” Yesus tidak menjawab apa pun. Ia hanya mengatakan satu kalimat, “Bagaimana jika engkau melihat Anak Manusia kembali ke tempat asal-Nya dan melihat kemuliaan-Nya bersama dengan Bapa?”

D. BERBUAH ATAU DI BAKAR?

Alkitab mengatakan bahwa iman yang sejati dibangun di atas Alkitab. Bila seseorang tetap tidak bertobat sesudah mendengarkan firman, maka meskipun orang mati seperti Lazarus bangkit dari kematian dan menjadi penginjil, tetap orang itu tidak akan bertobat dan beriman. Firman Tuhan menumbuhkan iman yang teguh, sedangkan mujizat tidak. Gereja yang memakai waktu cukup panjang untuk pemberitaan firman Tuhan hendaknya menghindari kesaksian kosong dan egoisme manusia. Jika kita tidak berbuah, maka alternatif lain adalah kita akan dikumpulkan dan dibakar. Yohanes Pembaptis berkata, “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.”

Kita tidak mungkin mencintai Yesus Kristus kecuali kita mengerti berapa besar pengorbanan Yesus Kristus untuk kita. Seperti pohon anggur, Yesus rela ditanam, diinjak, merambat dari tanah kering dengan daun kecil yang gampang dipatahkan, lalu dibentuk sesuai dengan pengusaha-Nya yaitu Allah Bapa. Bila Dia yang adalah pokoknya dan kita diibaratkan sebagai ranting anggur, masih beranikah kita berlaku sombong dan menganggap diri berjasa bagi kerajaan Allah?

Anugerah Tuhan bukan hanya untuk diri sendiri. Anugerah Tuhan bukan untuk dipermainkan, tetapi untuk dibagikan kepada orang lain sepanjang kita hidup. Maukah kita berkata kepada Tuhan, “Pakailah saya supaya lembut seperti Kristus dan taat seperti anggur, tidak membentuk diri dan menuntut hak sendiri; tetapi berserah kepada Pengusaha saya, yaitu Tuhan” supaya kita bisa berbuah banyak dan tidak dilempar ke tempat pembakaran?

Amin.

SUMBER :
Nama Buku : Hidup Kristen Yang Berbuah
Sub Judul : Prakata – Bab I : Pokok Anggur Yang Benar
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : LRII, 1992
Halaman : 1 – 8