Dewa Vishnu sudah bosan mendengarkan permohonan salah seorang penyembahnya, hingga suatu ketika ia menampakkan diri di hadapannya dan berkata, “Sudah kuputuskan, aku akan memberikan tiga hal, apa pun yang kau minta. Sesudah itu, tidak ada sesuatu pun yang akan kuberikan kepadamu lagi.”
Penyembah itu dengan gembira langsung mengajukan permohonan yang pertama. Ia meminta, agar isterinya mati sehingga ia dapat menikah lagi dengan wanita lain yang lebih baik. Permohonannya dikabulkan dengan segera.
Tetapi ketika teman-teman dan sanak saudaranya berkumpul menghadiri pemakaman istrinya, dan mulai mengenangkan kembali semua sifat baiknya, penyembah ini sadar bahwa ia telah bertindak terlampau gegabah. Saat itu ia menyadari bahwa dulu ia buta terhadap segala kebaikan isterinya. Apakah ia masih bisa menemukan wanita lain yang sebaik dia?
Maka ia memohon kepada dewa, agar menghidupkan isterinya kembali. Kini permohonannya tinggal satu lagi. Ia bermaksud tidak akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya, karena ia sudah tidak akan sempat memperbaikinya lagi.
Ia bertanya kemana-mana. Beberapa kawannya menasihatinya, agar ia minta diluputkan dari kematian. Tetapi apa gunanya tetap hidup, kata kawannya yang lain, kalau badannya tidak sehat? Untuk apa sehat, kalau tidak punya uang? Lalu, apa gunanya uang kalau tidak punya sahabat?
Tahun demi tahun telah lewat dan ia belum juga dapat memutuskan apa yang harus dimintanya: hidup, kesehatan, kekayaan, kekuasaan, atau cinta. Akhirnya ia menyerah dan berkata kepada dewa, “Berkenanlah kiranya Dewa memberi nasihat, apa yang sepantasnya saya minta?”
Melihat kebingunan orang itu, Vishnu tertawa dan berkata,” Mintalah hati yang damai, entah apa pun yang terjadi dalam hidupmu.” (Anthonny De Mello)
…
Sumber : Buku Relasi dengan Tuhan, https://books.google.co.id/books