Pak TongSebelumnya

FUNGSI DAN TUGAS HATI NURANI (2)

“Bagi orang suci, semuanya suci, tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman, satu pun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis.” (Titus 1:15)

II. TAHAPAN FUNGSI HATI NURANI

Seperti telah dibicarakan di atas, bahwa sifat peta dan teladan Allah di dalam diri manusia memiliki banyak sekali aspek di dalamnya. Salah satu aspek tersebut adalah aspek moral. Hati nurani tidak banyak berbicara di dalam aspek-aspek yang lain, tetapi hati nurani secara khusus banyak turut campur dalam aspek moral ini.

 A. Memberi Pencerahan

Berdasarkan hal di atas, tugas hati nurani yang pertama adalah memberikan pencerahan kepada kita. Ia memberikan cahaya, yang menjadi penyataan bagi kita, sehingga kita dapat melihat sesuatu dengan nyata. Jikalau di malam yang sangat gelap, sama sekali tidak ada terang, maka orang hitam terlihat hitam, orang putih juga terlihat hitam. Semuanya hitam. Sampai ada cahaya masuk ke dalam ruangan itu, barulah kita dapat membedakan mana yang berkulit hitam dan yang berkulit putih. Tidak mungkin kita dapat membedakan putih dan hitam jika tidak ada cahaya. Ketika cahaya bersinar, semua menjadi nyata. Berarti cahaya merupakan alat untuk menyatakan sesuatu. Konsep ini disebutkan oleh Alkitab: “Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi tampak, sebab semua yang tampak adalah terang.” (Efesus 5:13).

Demikian juga Tuhan Yesus mengatakan bahwa “Kamu adalah terang dunia.” (Matius 5:14). Itu berarti keberadaan orang Kristen harus menjadikan seluruh dunia menjadi nyata akan apa yang benar dan apa yang salah. Inilah fungsi pertama hati nurani, maka hati nurani juga boleh disebut sebagai “mata rohani” seseorang. Alkitab menegaskan bahwa jika “matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.” (Matius 6:22-23). Di sini kita melihat fungsi pencerahan dari hati nurani, memberikan cahaya dari dalam.

B. Membantu Mengadakan Pembedaan

Sesudah ia memberikan pencerahan, maka ia juga menolong kita untuk dapat mnelakukan pembedaan. Manusia perlu ditolong untuk dapat membedakan. Kemampuan membedakan putih dan hitam. Benar dan salah, dicantumkan dalam pengajaran Alkitab, ”Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi Hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.” (Roma 2:15). Meskipun mereka tidak memiliki Taurat, hati mereka berfungsi seperti Taurat, yaitu untuk membedakan hal yang baik dan yang jahat.

Allah tidak meletakkan hati nurani di dalam makhluk yang lain, kecuali manusia. Dengan fungsi hati nurani ini, manusia diberikan kemampuan untuk membedakan apa yang baik dan jahat, apa yang benar dan yang salah; atau apa yang harus kita lakukan dan yang tidak boleh kita lakukan.

Orang yang dapat membedakan adalah orang yang berbijaksana. Jikalau kita tidak mampu membedakan sesuatu dari yang lainnya, yang baik dan yang jahat, gelap dan terang, yang seharusnya dan yang tidak seharusnya, maka kita akan menjadi manusia yang sembrono, melakukan segala sesuatu dengan tidak bertanggung jawab. Tetapi apabila kita sudah dapat membedakan dengan sungguh-sungguh apa yang baik dan apa yang tidak baik, maka kita mulai menjadi seorang yang berbijaksana dengan kemampuan pembedaan yang bijaksana. Itu sebab kemampuan membedakan ini sangat penting.

Setan seringkali tidak menginginkan ketajaman pembedaan ini, bahkan ia berusaha untuk merusak ketajaman pembedaan yang ada di dalam diri kita ini. Itu alasan penting sekali bagi kita untuk seumur hidup memelihara hati kita agar tetap mampu membedakan mana yang baik atau jahat, mana yang benar atau salah, mana yang seharusnya atau yang tidak boleh. Sedikit pun hal ini tidak boleh dikompromikan, karena pembedaan ini merupakan awal dari keputusan yang akan kita ambil. Kalau pembedaan ini sudah rusak, maka pengambilan keputusan pasti tidak beres.

 C. Memberi Kekuatan Pertimbangan

Fungsi hati nurani yang ke-tiga adalah memberikan pertimbangan. Ini menyangkut persetujuan atau merasa keberatan terhadap sesuatu hal. Istilah “keberatan hati nurani” berulangkali muncul di dalam 2 Korintus 10. Mengenai pertimbangan ini, Alkitab mencatat dalam 2 Korintus 4:2, “Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.” [Di dalam terjemahan yang lain dicantumkan: “berada di dalam pertimbangan hati nurani orang lain.”] Di sini kita mendapati, bahwa apabila hati nurani telah melakukan pertimbangan dan hasilnya keberatan, maka itu berarti tidak diperbolehkan. Hal ini juga akan menolong bagaimana kita mengambil suatu keputusan. Pertimbangan hati nurani mempengaruhi pengembalian keputusan seseorang.

Setelah dicerahkan, ditolong untuk membedakan dan diberi kemampuan pertimbangan, maka manusia diberi kebebasan. Setelah diberi tahu, manusia dapat tetap menyatakan bahwa tidak peduli dengan semua itu dan tetap mau berbuat semaunya seperti yang ia kehendaki.

Orang yang melacur tahu kalau pelacuran itu tidak baik. Darimana ia mengetahuinya? Apakah dari ibunya atau dari buku, ataukah hati nuraninya? Mana mungkin jika satu orang dicintai 5 orang, lalu pada saat yang sama ia dapat mencintai mereka secara merata setiap orang 20%. Memang kita dapat mencintai anak-anak kita dengan merata, sekalipun itu bukan berarti memperlakukan semua pribadi sama. Anak laki-laki saya perlakukan lebih keras, karena kelak ia harus menopang seluruh keluarga. Dan anak yang ekstrovert diperlakukan sedikit berbeda dari anak yang introvert. Tetapi kita dapat memberikan cinta kepada anak, atau saudara atau orangtua secara merata. Namun hal ini tidak mungkin di dalam pernikahan, cinta antara suami isteri. Tidak mungkin seseorang dapat mencintai lima pacar sekaligus secara sama rata, karena ada satu konsentrasi yang menuntut cinta itu diarahkan hanya kepada satu orang. Kalau lebih dari satu, berarti tidak beres. Dalil ini adalah dalil yang tidak dapat dilawan atau diubah karena dalil ini telah ditetapkan oleh Tuhan. Itu sebabnya, kita selalu mengaitkan cinta dengan dua hal, yaitu arah dan kekekalan, sehingga muncul kalimat: “Aku hanya cinta kepadamu untuk selama-lamanya.” Kalau orang itu mengatakan: “Aku cinta rame-rame semuanya” pasti sang gadis itu tidak mau pacaran sama dia. Maka di sini, secara daya dasar, tidak perlu sekolah tinggi dulu atau belajar psikologi dulu, seseorang dengan sendirinya akan masuk ke dalam dalil yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Maka “satu” dan “kekekalan” ketika digabungkan dengan “cinta” akan menghasilkan sesuatu yang sangat luar biasa, yang tidak pernah dapat di lawan oleh manusia dengan kebudayaan seperti apa pun juga.

Maka akibatnya jika masyarakat memperbolehkan anggotanya menikah dengan lebih dari satu orang, pasti akan timbul dampak negatif yang tidak beres, karena cintanya tidak mungkin murni lagi. Demikianlah juga fungsi hati nurani.

Hati nurani telah memberikan tiga fungsi dan kini ia memberikan kebebasan kepada manusia itu sendiri. Dalam hal kebebasan ini, manusia dapat jatuh ke dalam dua jenis keputusan:

  • Saya sudah mengetahui itu jahat, saya sudah mengetahui hal itu tidak boleh dilakukan, setelah saya pertimbangkan, karena memberikan keuntungan, sekalipun jahat akan saya lakukan.
  • Mulai memikirkan untuk tidak melakukan, karena resiko terlalu besar. Saya adalah manusia yang memiliki watak, kewajiban dan moral, yang harus bertanggung jawab kepada Tuhan Allah. Maka saya tidak mau melakukan hal yang tidak benar.

D. Memperingati

Setelah kebebasan diberikan, maka hati nurani akan melaksanakan tugasnya yang ke-empat. Ketika seseorang sudah tahu hal yang salah atau jahat,. Dan ia tetap melakukannya, maka sekarang hati nurani memberikan tugas yang paling penting, yaitu: peringatan.

Hati nurani akan menegaskan untuk tidak melakukan hal itu. Kita tidak boleh melakukannya, dan hati nurani menuntut kita untuk berhenti saat itu. Di sini hati nurani bekerja dengan berat sekali. Dia berusaha keras untuk menjaga dan menghalangi. Itu sebabnya, hati nurani memiliki tugas berat sebelum dan sesudah berdosa. Sebelum berdosa, ia akan berusaha menarik kita agar jangan pergi, karena di situ ada jurang, Ketika kita menetapkan sesuatu dalam pikiran kita, sebelum kita melakukannya, akan ada peringatan dari hati nurani kita. Hati nurani selalu memberikan peringatan yang keras sekali. Di sini kita akan menyadari kesetiaan suara yang dikirim oleh Tuhan betapa baik dan betapa indahnya hal itu. Kita adalah manusia yang berdaging dan dapat jatuh. Yang kita perlukan adalah perasaan takut kepada Tuihan dan kepekaan kepada suara hati nurani yang tidak kotor, yang bersih dan murni.

Ketika hati nurtani memberikan peringatan, peringatan itu jangan dilanggar. Hati nurani sedemikian setia, merupakan suara yang mewakili Tuhan, yang memberikan kepada kita petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan yang sangat berharga. Tidak pernah ada orang yang melanggar hukum moral yang tidak mendapat teguran sebelumnya dari hati nuraninya. Setiap orang, jika ia melanggar sesuatu, lebih dari sesuatu yang ditetapkan oleh Tuhan, sekalipun tidak ada Taurat, hati nurani kita sendiri akan menjadi hukum Taurat bagi kita (Roma 2:14-15). Meskipun mereka tidak memiliki Taurat dan tidak diadili oleh hukum Taurat, tetapi mereka memiliki hati nurani yang merupakan Taurat di dalam hati mereka. Hati nurani ini diberikan Tuhan di dalam hati mereka untuk membedakan hal yang baik dan jahat, yang pada akhirnya akan bersaksi kepada Tuhan akan apa yang mereka perbuat.

Meskipun hati nurani kita sudah rusak, sudah lemah, atau sudah dibengkokkan, bagaimanapun juga hati nurani akan mengatakan sesuatu kepada kita khususnya ketika pertama kali kita berkecimpung ke dalam dosa pada waktu dulu. Ketika pertama kali kita pergi mencari pelacur, atau pertama kali menyontek, atau pertama kali menipu orang lain, hati kita akan berdetak keras sekali. Itu terjadi karena hati nurani kita mengetahui bahwa kita akan melanggar. Pada saat itu peringatan hati nurani itu bertindak keras sekali.

Setelah ia memberikan peringatan keras, hati nurani tidak pernah mengambil alih atau memaksa kemauan kita. Maka keputuisan kita itulah yang akan berubah menjadi tingkah laku. Pada saat itu hati nurani disingkirkan, dan kita memaksakan tindakan kita. Dan keputusan pikiran, kemudian ditransformasikan menjadi suatu tindakan.

E. Tidur Sementara

Pada saat transformasi keputusan menjadi tindakan ini, menurut seorang teolog Norwegia, Dr.Hallesby, fungsi atau tugas hati nurani saat itu adalah tidur sementara,. Hati nurani akan menyerah dan tidur sementara, saeolah-olah memberikan kebebasan kepada manusia itu. Itu sebab, ketika seorang berbuat dosa, seringkali ia merasa lega dan tidak ada gangguan, terasa enak sekali. Ia merasa seperti raja. Ia seperti orang yang naik rollercoaster, bebas berputar-putar, tetapi tidak dapat lepas dari relnya. Pada saat ia merasa bebas, ia tidak dapat berhenti di tengah. Ia harus mengikuti terus sampai seluruh acara itu selesai. Di sini kita melihat prinsip dosa. Kebanyakan orang berbuat dosa pada awalnya ia yang aktif, setelah itu ia pasif. Pada saat ia berbuat dosa, ia menyangka sedang aktif,padahal ia aktif di dalam kepasifan yang ia tidak sadari. Saat itu ia sedang menjual hak kebebasan dirinya. Ia tidak sadar kalau ia sedang menghancurkan kebebasan yang ia miliki. Ia sangka, ia bebas menjual kebebasan. Pada saat ia menjual kebebasan, memang pasti bebas, karena setelah kebebasan itu dijual, maka ia langsung kehilangan kebebasannya. Setelah itu ia memasuki kebebasan yang palsu.

Ketika seorang sedang bebas menjual kebebasannya, ia merasa tidak terganggu oleh hati nuraninya. Maka ia merasa ia betul-betul bebas. Ia berperan seperti Allah, berbuat semaunya sendiri. Hanya Allah yang memiliki kebebasan mutlak, karena hanya Allah yang dengan kerelaan-Nya telah menundukkan dan menyelaraskan kebebasan mutlak-Nya dengan seluruh sifat dasar-Nya yang suci, adil dan baik. Jadi Allah sendiri yang telah menyerahkan kebebasan mutlak-Nya sendiri untuk diikat oleh kesucian, keadilan dan kebajikan-Nya sendiri, sehingga kebebasan-Nya tidak keluar dari jalur. Tetapi kebebasan manusia belum kembali dan belum dipersatukan dengan kebebasan Allah. Akibatnya, manusia masuk ke dalam kebebasan yang aktif tetapi pasif. Kebebasan yang kelihatan seperti bebas, padahal tidak. Ini menjadi suatu kenikmatan yang tidak lagi memiliki jalan keluar bagi penyesalannya yang tidak pernah selesai. Di dalam kenikmatan yang beberapa menit di mana sepertinya kita bebas, setelah itu ada catatan yang akan terus menuduh dan mencatat kita seumur hidup kita, bahkan terus menuntut sampai di depan pengadilan A;lalh.

Di dalam Kejadian, ada satu kalimat yang keluar dari mulut Abraham, yang sangat saya kagumi, yaitu: “Masakah Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” (Kejadian 18:25). Allah yang menghakimi seluruh muka bumi ini, tentu harus menghakimi dengan keadilan. Konsep penghakiman dan keadilan ini telah dikaitkan dan disatukan pertama kali keluar dari mulut seorang yang beriman, yang disebut sebagai bapa orang beriman. Maka di sini, keadilan menjadi prinsip penting dan wakil suara Tuhan merupakan wakil keadilan.

Pada saat kita berbuat dosa, wakil itu diam. Bukan berarti hati nurani mati, tetapi ia hanya tidur. Setelah kita berbuat dosa, maka ia langsung bangun kembali.

F. Menyelidiki Hati

Setelah kita berdoa, Hallesby mengatakan, ia langsung meloncat ke atas panggung penghakimannya. Tetapi bagi saya, hati nurani langsung mengadakan penyelidikan terhadap diri kita, tepat seperti yang dikatakan oleh Amsal 20:27. Hati nurani itu bagaikan roh yang merupakan pelita Allah, yang meneliti seluruh lubuk hati manusia. Kini, sinar cahaya untuk memberikan percerahan itu, dipakainya untuk menyelidiki lubuk hati manusia. Harap diperhatikan, ia tidak akan sembarangan melakukan tuduhan tanpa alasan, karena ia adalah penyelidik yang diletakkan Tuhan di dalam hati kita masing-masing. Kita tidak mungkin menyembunyikan dosa kita di mana pun juga. Hati nurani itu begitu rajin menyelidik.

Seringkali setelah berbuat dosa, kita baru menyatakan bahwa seharusnya kita tidak melakukannya. Dan itu berarti sudah terlambat, karena kita sudah pernah melawan fungsi atau tugas ke-empat yang dikerjakan oleh hati nurani. Setelah kita melawan, menolak dan melakukan apa yang kita mau, untuk sementaraia memberikan kebebasan kepada kita. Tetapi itu adalah kebebasan yang palsu. Setelah itu ia melakukan penyelidikan dan penyelidikan itu dilakukan dengan begitu teliti dan tuntas.

 G. Menegur dan Menghakimi

Setelah menyelidiki secara tuntas, kemudian hati nurani menjalankan fungsinya yang ke-tujuh, yaitu menegur dan menghakimi. Ia mulai menegaskan bahwa kita telah berbuat dosa dan menjadi orang berdosa. Ketika hati nurani menjalankan peneguran dan penghakiman, ia sama sekali tidak kompromi. Tidak peduli kita orang kaya atau miskin, raja atau pengemis. Semua tindakan berdosa mendapatkan peneguran dan penghakiman dari hati nurani dengan sangat adil dan tidak memandang bulu. Itu alasan, ada orang yang pikir kalau dia berkhotbah menyenangkan orang kaya, ia akan disukai oleh orang kaya. Tidak! Justru ia akan dibenci, karena di dalam diri orang kaya, hati nuraninya tetap akan mengatakan apa yang benar dan tidak benar. Orang seperti itu akan dihina orang, Itu sebab, Paulus berkata di 2 Korintus 4:2, bahwa ia tidak berbuat sembarangan dan tidak menipu untuk dipertimbangkan oleh hati nurani setiap orang lain. Kita mengetahui bahwa orang dengan sendirinya akan peka sekali mengerti apakah seseorang sungguh-sungguh hamba Tuhan atau bukan, apakah seseorang sungguh-sungguh melakukan firman Tuhan atau tidak, atau apakah seseorang betul-betul menegur menurut firman Tuhan atau tidak. Di dalam hati mereka ada satu penilaian yang sangat peka. Penilaian ini dikerjakan oleh hati nurani.

H. Menjadi Saksi Dunia

Setelah itu, hati nurani akan menanti datangnya hari kiamat. Pada saat itu, ia akan menjadi saksi dosa kita di hadapan Tuhan Allah. Ia adalah wakil suara Tuhan, maka ia harus setia kepada Tuhan. Ketika kita melawan dia, menolak dan mengabaikan dia, ia tetap sabar menunggu. Pada suatu hari, di hari penghakiman Allah itu, ia akan berdiri dan menjadi saksi atas segala sesuatu yang telah kita lakukan. Maka tidak ada seorang pun yang dapat melarikan diri lagi. Inilah pekerjaan hati nurani.

Amin.
SUMBER :
Nama Buku : Roh Kudus, Suara Hati Nurani, dan Setan
Sub Judul : Bab 2 : Fungsi dan Tugas Hati Nurani (2)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2011
Halaman : 59 – 70