keluarga-bahagiaBAB VI :
ORDO SUAMI-ISTRI KRISTEN

Padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu. Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.” (Maleakhi 2:14b-15)

Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” (1 Petrus 3:4)

Dalam terjemahan lain berbunyi demikian:

Meskipun Allah mempunyai kelebihan kekuatan rohani-Nya, sehingga boleh menciptakan banyak orang, bukankah Ia hanya menciptakan satu orang? Mengapa Ia hanya menciptakan satu orang? Karena Ia mau manusia memperoleh keturunan yang beribadah. Itu sebab harus kau pelihara hatimu! Siapa pun tidak boleh memperlakukan istri yang diperistri pada masa muda, dengan segala kelicikan.” (Maleakhi 2:15)

Sedangkan engkau, di dalam hatimu mengandung senantiasa kelembutan dan ketenangan sebagai hiasan hatimu, karena hal ini sangat berharga di hadapanTuhan Allah.” (1 Petrus 2:4)

———-

Dalam pembahasan sebelumnya telah diutarakan betapa hubungan suami-istri menjadi hubungan yang paling erat dan indah, yang di dalamnya dilambangkan hubungan antara Kristus dan Gereja-Nya. Ia menyerahkan diri untuk menebus dan mencari mempelai perempuan untuk menjadi milik-Nya selama-lamanya. Ia begitu mencintai orang-orang yang dimiliki-Nya, bahkan mencintai mereka sampai selama-lamanya. Ini adalah cinta yang paling abadi, dan hubungan suami istri dilambangkan dengan cinta seperti ini. Itu alasan saya sangat menekankan perlunya kita menghargai pernikahan, karena ini merupakan hubungan yang bisa melambangkan hubungan antara kita dengan Tuhan.

Alkitab berkata kepada kita, bahwa ketika seorang suami mencintai seorang istri, dan seorang istri mencintai seorang suami, mereka mendirikan sebuah keluarga seperti keluarga Tuhan Allah sendiri. Demikianlah kita berada di dalam Kristus, kita berada di dalam keluarga Tuhan sendiri. Di dalam keluarga di dunia ini kita memerlukan cinta dari Tuhan sebagai dasar, prinsip, dan kekuatan, sehingga kita bisa menjalankan kehidupan kekeluargaan kita masing-masing. Alkitab memang berkata, “Allah adalah Kepala dari Kristus, dan Kristus adalah Kepala dari Gereja, dan pria adalah kepala dari wanita, dan suami adalah kepala dari istri.” Kini marilah kita memikirkan arti dari kata “kepala”.

ARTI KATA “KEPALA”

Apakah “kepala” berarti sewenang-wenang melakukan kehendak sendiri? Apakah “kepala” berarti suatu kemuliaan yang menindas orang-orang yang dikepalainya? Tidak. Lalu apa artinya? Terkadang kita mendengar seorang pria yang mengambil satu ayat Alkitab, lalu sembarangan menafsirkan menurut kehendak dan pikirannya, menganggap Allah membela dia sebagai suami dan boleh berbuat segala sesuatu.

Allah menciptakan laki-laki tetapi tidak membela laki-laki untuk menindas perempuan. Allah menciptakan perempuan juga bukan untuk ditindas, bahkan Ia juga tidak membela perempuan untuk mempermainkan laki-laki. Ada pria yang sangat menghina dan mempermainkan perempuan. Ada juga perempuan yang suka mempermainkan laki-laki. Ini semua karena latar belakang mereka yang pernah dipermainkan atau diperlakukan secara tidak adil, sehingga mereka membalikkan segala sesuatu dan memperlakukan lawan jenis secara tidak seharusnya. Tetapi kita tidak boleh demikian. Kita harus senantiasa kembali kepada Alkitab, dan firman Tuhan seharusnya memimpin pengalaman kita, dan mengoreksi pengalaman kita. Ada wanita yang dipermainkan pria beberapa kali, sehingga dengan pengalaman ini ia mengambil rumusan bahwa semua pria di seluruh dunia jahat. Ada juga pria yang beberapa kali dipermainkan oleh wanita, lalu ia mengambil kesimpulan dari pengalaman bahwa yang disebut wanita itu adalah seperti binatang yang tidak bisa dipercaya. Barangsiapa mengambil keputusan atau rumusan atau kesimpulan berdasarkan pengalaman pribadi, ia tidak mungkin hidup berbahagia. Tetapi setiap orang yang betul-betul mau mengerti akan segala kebenaran yang sesuai dengan prinsip Alkitab, dia akan mencapai kebahagiaan.

Beberapa waktu yang lalu, seseorang berkata kepada saya, “Saya tidak mungkin menikah karena saya tahu semua perempuan itu selalu mempermainkan laki-laki.” Saya katakan, “Kasihan betul engkau. Kalau engkau sudah mengambil rumusan dan keputusan demikian, engkau belum mengenal betapa indah Allah menciptakan wanita, kalau wanita itu taat kepada firman Tuhan.” Demikian juga wanita yang mengatakan bahwa ia tidak mau menikah karena ia tahu banyak laki-laki yang suka mempermainkan wanita. Ini tidak benar. Biarlah kita yang sudah mempelajari firman Tuhan kembali kepada prinsip-prinsip Alkitab.

Kita mendirikan kebahagiaan kita bukan di atas pengalaman kita sendiri, tetapi mendirikannya di atas pimpinan Tuhan sendiri. Yang menciptakan menusia telah menciptakan manusia menurut peta dan teladan Dia. Karena itu, kalau pria taat kepada firman Tuhan, ia akan memancarkan peta dan teladan Allah yang mulia kepada wanita. Demikian juga wanita kalau ia taat kepada firman Tuhan, mengerti prinsip-prinsaip Alkitab dan taat kepada pimpinan Roh Kudus, ia akan memancarkan peta-teladan Allah dari aspek yang lain, yang mulia dan hormat kepada pria. Saling memberikan pemancaran peta dan teladan ini akan mengakibatkan anak-anak melihat pancaran peta dan teladan Allah melalui ayah dan ibunya. Inilah satu kebahagiaan yang luar biasa. Kita bisa melihat keluarga merupakan suatu bayangan dan cermin dari hidup yang berbahagia sekaligus berbahaya.

Ada hidup keluarga yang mencerminkan kebahagiaan seperti di sorga, dan ada hidup keluarga yang mencerminkan bahaya seperti di neraka. Ada orang yang hidup dalam hubungan suami-istri seperti menikmati penyertaan Tuhan di dalam sorga; ada juga yang melangsungkan hidup suami-istri seperti mengalami kepahitan layaknya di dalam neraka. Jangan main-main, dan biarlah kita selalu mempunyai pengharapan bahwa di dalam mematuhi firman Tuhan, kita mencapai kebahagiaan yang selama ini belum pernah kita ketahui, yang dulu belum pernah kita rasakan, kita akan semakin lama semakin masuk ke dalam kemungkinan kebahagiaan itu.

POSISI PRIA SEBAGAI KEPALA

Pria adalah kepala wanita. Pada waktu kalimat ini disebutkan, banyak pria yang senang mendengarnya. Mengapa Tuhan mengatakan itu? Apa artinya? Ini berarti menghindari pertarungan yang tidak ada habis-habisnya di dalam satu keluarga. Kalau keluarga dilihat sebagai tempat di mana setiap individu mempunyai hak yang sama, tetapi juga mempunyai kebebasan yang tidak perlu dimusyawarahkan, ini merupakan tempat adanya kebahagiaan. Tetapi keluarga juga dilihat sebagai suatu keutuhan dan kesatuan di mana harus ada otoritas kebenaran yang mengatur segala sesuatu. Di sini perbedaannya. Tetapi jikalau kita hanya mengambil satu kalimat, yaitu pria adalah kepala wanita, dan tidak mau mengerti perlunya hal ini menjadi prinsip pengaturan, maka kita akan jatuh ke dalam bahaya yang besar. Pria-pria yang suka ayat itu, tetapi tidak mengaitkannya dengan seluruh ordo universal, akan menjadi seorang diktator.

Allah menghendaki seorang suami menundukkan diri kepada prinsip Alkitab, dan Kristus sebagai Kepala keluarga terlebih dahulu. Christ ia the Master of the family (Kristus adalah Tuhan atas Keluarga). Ia adalah Kepala dari seluruh keluarga. Pria yang menaati Kristus baru mempunyai wewenang untuk menjadi kepala keluarga. Ini merupakan suatu syarat yang di dalamnya kita diberi anugerah. Perintah-perintah Tuhan selalu ditambah dengan janji, dan janji-janji Tuhan selalu didahului oleh syarat-syarat yang penting. Setiap kali Tuhan mengatakan, “Kamu harus….”, Tuhan pasti akan memberikan kekuatan dan janji. Seorang pria yang diberi hak untuk menjadi kepala keluarga adalah seorang yang juga diberi syarat dan diperintahkan untuk taat kepada Kristus. Kalau seorang pria sendiri tidak taat kepada Tuhan, tidak menundukkan diri kepada Kristus yang menjadi Kepala, dia juga tidak berhak menjadi kepala di dalam keluarga.

Takut kepada Allah adalah dasar dari segala otoritas. Takut kepada Allah adalah rahasia bagaimana otoritas itu dapat dipelihara dengan baik. Berapa banyak pemimpin-pemimpin agama yang menggunakan nama Allah untuk memperkuat diri. Itu tidak akan diberkati oleh Tuhan. Plato pernah berkata, “Bangsa yang tidak berketuhanan, tidak mungkin mempunyai kekuatan yang besar.” Saya tidak tahu jelas apakah Plato merumuskan hal itu secara psikologis, bahwa ketuhanan dan kepercayaan adanya Tuhan adalah kekuatan yang mempersatukan bangsa, atau ia percaya betul-betul bahwa melalui Tuhan yang mengatur, baru politik bisa menjadi beres.

Kita melihat beberapa waktu yang lampau ketika Saddam Husein mencaplok Kuwait, dia sama sekali tidak memakai nama Tuhan. Irak adalah satu negara sekuler. Irak tidak menganggap Islam sebagai agama negara sehingga ia bukan seperti negara Islam lainnya. Irak adalah negara sekuler yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Baru beberapa hari sebelum habisnya waktu yang ditentukan oleh PBB, ia memerintahkan menuliskan Allahu Akbar di atas bendera Irak. Ini berarti ia sudah mempermainkan nama Allah supaya kekuatannya bisa bertambah. Jangan sampai kita memperalat Allah; tetapi kita harus menaklukkan diri kepada Allah, baru bahagia Allah bisa diberikan kepada kita masing-masing. Jikalau seorang yang menjadi kepala pemerintahan atau kepala negara takut akan Tuhan dengan sungguh-sungguh, Tuhan akan memberikan kekuatan yang luar biasa untuk menjadi penguasa.

Keluarga memerlukan satu kepala keluarga saeperti negara memerlukan satu kepala. Pemerintahan dan kuasa yang berotoritas sangat dibutuhkan setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Ada kebutuhan akan otoritas. Negara yang tidak mempunyai pemerintahan, sebenarnya bukanlah negara. Itu tidak mungkin mencapai ketenteraman yang sesungguhnya. Karena itu para Reformator, baik Luther maupun Calvin, mengatakan bahwa pemerintahan yang paling rusak sekalipun tetap lebih baik daripada tidak ada pemerintahan. Itu sebabnya keluarga pun memerlukan suatu ordo kekuasaan. Ini berarti harus ada satu kepala. Dan di sini Alkitab berkata kepada kita bahwa pria adalah kepala keluarga. Jadi, posisi kepala keluarga dijatuhkan kepada yang berjenis kelamin pria. Di sini pria-pria harus ingat bahwa di dalam keluarga, engkau mewakili Tuhan, tetapi bukan Tuhan. Berarti engkau perlu menaklukkan diri pada Tuhan yang sejati, yang hidup. Maka dari Sumber Bijaksana, Kebenaran, Kasih, dan kekuasaan, engkau mendapatkan suatu posisi yang resmi dan tepat, selain juga mendapatkan kebahagiaan sejati.

Pria sebagai kepala keluarga bukan dalam arti berkuasa sewenang-wenang. Maknanya sangat dalam sekali. Coba lihat tubuh kita. Tubuh ini terbentuk dari dua kaki, dua tangan, tubuh dan kepala. Segala hal penting difokuskan pada kepala. Tangan, kaki, dan lain-lain akan melayani segala hal yang ditentukan oleh kepala. Kepala yang mengatur segala sesuatu dalam seluruh tubuh. Oleh sebab itu, alat yang berfungsi untuk melihat, mendengar, mencium, berpikir, berbicara, ada di kepala. Kepala mempunyai sifat wakil dalam aspek yang penting sekali. Seorang pria yang mau menjadi kepala keluarga biarlah mampu melihat tugas yang sangat berat, selalu memikirkan akan keamanan dan bahaya, kebahagiaan dan kesulitan yang ditanggung keluarga. Yang menjadi kepala harus menanggung pikiran yang berat. Banyak orang yang suka menjadi kepala tetapi tidak mau kepala pusing. Yang ingin menjadi kepala harus bersedia menanggung segala kepusingan. Sejak kecil saya tidak suka jadi kepala, tetapi akhirnya tidak bisa melarikan diri jadi kepala. Tetapi setelah jadi kepala, baru tahu begitu banyak kepusingan yang terjadi. Kalau tidak mempunyai mental kuat dan pikiran stabil dan adil untuk mengatur semuanya, kepala akan menjadi pusing luar biasa. Jangankan menjadi kepala dari suatu organisasi besar, kepala organisasi kecil pun pusing. Jadi, kepala harus berani menanggung kesulitan.

Demikian juga dalam kehidupan berkeluarga. Tidak ada satu keluarga pun yang tidak mempunyai kesulitan. Ada peribahasa: “Di bawah setiap atap ada ratap.” Di bawah setiap genteng ada kesulitan tersendiri. Masing-masing keluarga mempunyai buku yang sulit dibaca. Setiap rumah mempunyai kesulitan. Sering kali kita melihat keluarga lain berbahagia sekali, karena kita melihat mereka sedang tersenyum. Padahal mereka tersenyum hanya karena mereka sedang dilihat.

Jika kita merasa paling menderita sendiri, maka kita sudah terjebak dalam perangkap Iblis. Iblis selalu menipu kita. Pada waktu Anda tersendiri, ia akan berbisik, “Anda adalah orang yang paling menderita di antara seluruh alam semesta.” Lalu Anda menutup pintu, sendirian, lalu melihat cermin, “Ya betul.” Semakin melihat, semakin susah. “Tidak ada orang yang susah seperti saya.” Orang yang menderita di dunia ini banyak, jangan mau ditipu oleh Iblis. Jangan kita merindukan atau iri kepada keluarga orang lain. Orang lain mempunyai ladang sendiri. Kita mempunyai ladang sendiri. Mari kita garap. Kalau kita tidak menggarap ladang yang Tuhan berikan, hanya iri melihat ladang orang lain, kita tidak akan pernah lebih berbahagia. Ini rahasianya. Puaslah dengan yang ada pada kita. Puaslah dengan ladang yang Tuhan berikan kepada kita. Garaplah dengan sekuat tenaga.

Ada orang berkata, “Suamiku terlalu keras. Suaranya ketika marah seperti kerbau.” Ingatlah, itu berarti kamu nyonya kerbau. Bila Anda menikah dengan seorang seperti singa, ingatlah kamu nyonya singa. Bila engkau bertanya kepada kuda, binatang apa yang paling bagus? Ia akan menjawab, :suamiku yang paling bagus.” Demikian juga hendaknya kita mengerti bila diberi suatu keluarga, mari kita garap baik-baik, sehingga mungkin yang tadinya bersuara kerbau bisa menjadi domba. Siapa tahu? Banyak orang bisa mengalami perubahan. Kita melihat ayat yang mengatakan, jika istri dengan ketenteraman, kestabilkan, kediaman, taat kepada Tuhan, dan tunduk kepada suami, maka seorang istri akan menggerakkan suaminya secara luar biasa.

KONSEKUENSI PRIA SEBAGAI KEPALA

1. Menanggung Resiko dan Beban Keluarga

Bila pria bersedia menjadi kepala, itu berarti dia harus bersedia pusing, menanggung segala resiko dan beban. Saya harap semua pria yang belum menikah tidak menaruh suatu pengharapan untuk menikah dengan anak perempuan dari keluarga kaya supaya hidup lebih mudah, tidak perlu susah-susah cari uang. Ini bukan pikiran yang baik. Bukan berarti tidak boleh menikah dengan orang kaya, karena bisa-bisa anak perempuan kaya tidak menikah semua. Tidak salah menikah dengan anak perempuan orang yang terkaya, tetapi motivasimu tidak boleh menginginkan kekayaan dari keluarga perempuan itu.

Sebagai seorang pria, katakan pada diri sendiri, “Saya adalah kepala keluarga. Saya harus berjuang sendiri untuk menanggung beban berat selaku kepala keluarga.” Secara tidak sadar, pria yang hidup bersandarkan pada wanita akan menjadi minder dan wanita itu menghina pria itu. Jadi, setiap pria, berusahalah baik-baik, “Meskipun aku menikah dengan anak orang kaya, aku tidak berharap mendapatkan sesuatu dari pihak wanita.” Saya bersyukur kepada Tuhan, sejak permulaan saya sudah berjanji tidak mengganggu dan tidak menginginkan kekayaan istri atau keluarganya. Saya mau berjuang seumur hidup untuk keluarga saya, karena saya seorang pria yang diberikan hak dan kekuatan untuk berjuang membahagiakan keluarga saya.

2. Berkewajiban Memelihara dan Melindungi Keluarga

Seorang pria bukan saja harus bersedia menanggung segala kesulitan, namun juga berkewajiban memelihara keluarganya. Ini merupakan defence ministry (pelayanan perlindungan). Seluruh keluarga bergantung padanya untuk di bela, dilindungi, dan di pelihara. Oleh sebab itu, secara fisik pun wanita berbeda dengan pria. Punggung pria lebih lebar daripada wanita, Pinggul wanita lebih lebar daripada pria. Ada perbedaan yang harus kita akui. Pria ditugaskan untuk memikul beban berat. Pria bekerja di luar rumah untuk menanggung segala beban berat dan menanggung resiko berat. Wanita bekerja di dalam rumah, menjaga dan membahagiakan keluarga di bawah atap.

Singa yang mencakar dan bergigi tajam, tidak berpunggung lebar. Gajah yang begitu besar, punggungnya relatif tidak besar. Manusia diberikan punggung lebar dengan kewajiban tertentu yaitu menghadapi segala beban besar. Satu-satunya binatang yang punggungnya lebih lebar adalah kepiting. Tetapi kepala kepiting masuk, menunjukkan ia kurang berani. Bagi saya, bahu yang satu untuk memikul salib, bahu lainnya untuk memikul beban sehari-hari yang diberikan kepada saya. Dan beban ini tidak dapat dipisahkan. Beban sehari-hari pun merupakan salib dari Tuhan. Mari kita pikul kuk mengikut Tuhan dan tidak takut akan segala beban kesulitan dan resiko sebagai kewajiban yang harus kita tanggung.

3. Menganalisa dan mengambuil Keputusan secara Tepat

Pria harus mempunyai ketangkasan menganalisis dengan tenang dan mengambil keputusan dengan tepat. Berpikir secara tajam dan dingin, mengambil keputusan secara tepat adalah hal yang sulit. Kebanyakan wanita tidak diberi Tuhan kemampuan untuk melakukannya. Karena itu seorang pria harus menganalisis dan mengambil keputusan dengan berani sehingga istri memiliki keamanan, perlindungan, dan sejahtera karena suaminya dapat mengambil keputusan yang benar.

Istri tidak akan mematuhi suami yang tidur terus-menerus, malas, tidak berani ambil resiko, dan memperalat istri untuk kesenangan diri. Pria demikian tidak berhak menjadi kepala. Untuk menjadi kepala, pria harus melaksanakan syarat-syarat yang diberikan oleh Alkitab. Mari, kita yang menjadi pria ingat bahwa kita ini pria, mempunyai tanggung jawab berat selaku kepala. Dengan mematuhi prinsip Alkitab sebagai kepala, maka istri akan patuh.

Sedangkan istri yang ingin menjadi kepala suami, sekalipun suami sudah menerapkan prinsip Alkitab selaku kepala, sudah menjadikan suaminya sebagai kuli. Allah tidak menciptakan pria untuk menjadi kuli wanita, kecuali pria itu sendiri tidak ingin tugasnya sebagai kepala keluarga.

POSISI WANITA SEBAGAI MAHKOTA SUAMI

Ada wanita yang menerima suami sebagai kepala dengan syarat ia menjadi leher. Sebenarnya Alkitab memberikan posisi yang lebih indah, yaitu “istri yang baik adalah mahkota suami.” Jika ada istri yang betul-betul taat kepada suami, orang tidak akan merasa kasihan wanita itu kehilangan hak wanita itu. Orang yang mengerti Alkitab akan berkata, “Keluarga itu baik, karena ada istri yang sangat baik.” Istri yang baik menyebabkan semua orang menghargai dan menghormati keluarga itu.

Di Oklahoma, seseorang mengadakan pesta. Sebelumnya, di hadapan saya, tuan rumah itu dimarahi habis-habisan oleh nyonya rumahnya. Sepanjang pesta, istri itu marah-marah terus, semuanya salah dalam pandangannya. Suami itu diam saja. Istrinya merasa menjadi wanita yang hebat. Padahal semua tamu berbisik-bisik mencela sang istri. “Keluarga ini tidak beres.” Setelah semua sudah pulang, saya berkata kepada istri itu, “Engkau sudah melanggar prinsip-prinsip penting dalam Alkitab.” Jawabnya, “Mengapa? Memang suamiku tidak beres dan bodoh.” “Caramu memaki suami di muka umum bisakah mengubah suamimu?” “Semoga.” “Pernahkah dia menjadi lebih baik?” “Tidak” “Itu karena sikapmu terhadapnya di hadapan umum pun tidak pernah beres.”

Tidak ada satu orang pun bisa menerima kalau istri bersikap lebih keras terhadap suami di hadapan umum. Bagaimanapun, Allah menciptakan pria dengan bentuk tubuh dan gerak-gerik yang lebih tepat untuk menyatakan sikap otoritas. Jikalau seorang pengkhotbah pria berteriak di atas mimbar, Saudara bisa terima dengan baik karena bentuk tubuh dan postur tubuhnya dibentuk untuk berlaku demikian. Tetapi bila seorang wanita yang berlaku begitu, engkau akan merasa tidak tepat karena Allah tidak menciptakan wanita dengan posisi seperti itu. Seorang wanita yang lembut, tidak banyak bicara, mempunyai keagungan dan kesucian, mempunyai kuasa luar biasa besarnya. Cara Allah menciptakan wanita dan pria itu berbeda. Kalau pria berbicara lemah lembut kita merasa juga tidak cocok. Karena itu kita harus kembali kepada prinsip penciptaan dalam common grace. Mari kita taat kepada-Nya. Saya harap jika Anda ingin anak laki-laki tetapi tidak mendapatkannya, jangan sekali-kali anak perempuan Anda diberi baju lelaki. Itu bukan pendidikan, tetapi pemuasan diri. Mari kita mematuhi prinsip Alkitab agar segala sesuatu berjalan dengan baik.

Karena Allah menciptakan pria berbeda dengan wanita. Keindahan dan keanggunan seorang wanita tidak terletak pada kehebatannya berteriak-teriak, melainkan pada kewibawaan yang tersimpan di dalam. Keanggunan yang tidak dipamerkan, itulah mahkota wanita. Wanita yang diganggu di jalan tetap bersikap diam, stabil, itu merupakan kekuatan terbesar di alam semesta. Wanita yang tenteram dan takut kepada Tuhan, mempunyai kesucian dalam hatinya, merupakan kekuatan melawan pria-pria yang tidak beres.

Jikalau suami Anda tidak beres, tetapi melihat Anda betul-betul hormat kepada Tuhan dan hidup suci, pasti akan ada tusukan dalam hati nuraninya, walupun dia tidak beres. Tetapi jika Anda hanya bisa berteriak-teriak, Anda mungkin merusak keindahan Anda sendiri. Memang sulit ditahan bila seorang wanita sudah terlalu down dan kecewa. Tetapi ingatlah bahwa engkau diciptakan sebagai wanita yang mempunyai keindahan dan senjata ampuh yang berlainan dengan pria. Kalau Anda berusaha memakai tangan untuk memukul, menjambak, menjewer, pasti Anda akan diperlakukan dengan hina karena senjata Anda bukan di situ. Ketika pria melihat wanita begitu galak, ia akan lebih berani bertindak keras. Waktu itu Anda menjadikan dia sebagai binatang.

Istri yang baik adalah mahkota bagi suaminya. Kalimat ini menjadi inspirasi yang mengajak kita berpikir lebih dalam akan keindahan wanita. The beauty of the lady. Kesempurnaan dari dalam keluar, yang stabil, patuh kepada Tuhan dan tidak sembarangan diganggu. Itu tidak ada pada apa pun kecuali pada wanita yang diciptakan menurut peta dan teladan Tuhan Allah.

Ada seorang konsul jenderal dari Tiongkok untuk Manila, Dr. James Hui, lulusan Universitas Peking. Ketika ia menjadi konsul di beberapa kota di Asia, ia bermain-main dengan beberapa istri orang lain. Istrinya begitu cinta Tuhan dan tidak pernah bertanya banyak-banyak. Setiap kali ia pergi berjudi atau berdansa, pulang larut malam, istrinya menyediakan kopi susu dan kue. Istrinya tidak banyak bicara, sehingga suaminya serba salah untuk berbicara atau tidak. Akhirnya ia sadar, di manakah ia bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari istri saya? Kalau di rumah sudah ada istri yang sedemikian baik, buat apa cari perempuan lain di luar? Di luar rumah senyuman wanita lain tidak ada gunanya. Itu hanya permainan, kenikmatan badaniah yang tidak pernah memberikan keanggunan yang sungguh-sungguh dalam hidup saya. Akhirnya ia bertobat dan kembali kepada istrinya.

Umumnya, istri yang terlalu susah akan banyak mengomel supaya didengar suami. Tetapi suami justru tidak mau mendengar omelannya, hanya mau melihat ekspresi wajahnya saja. Akhirnya terbentuk sirkulasi yang buruk. Semakin istrinya berteriak, “Jangan pergi!”, suaminya justru pergi. Jangan lupa bahwa Anda dulu menikah karena ada daya tarik dalam keindahan masing-masing. Sekarang kalau Anda memamerkan kerusakan atau kejelekan Anda, itu tidak benar, karena itu hanya akan merusak keintiman dan hubungan baik antara suami dan istri.

Amin.
SUMBER :
Nama buku : Keluarga Bahagia
Sub Judul : Bab VI : Ordo Suami-Istri Kristen
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2014
Halaman : 67 – 80