keluarga-bahagia6. Sakit dan Tua

Kita bisa sakit dan tua. Pada waktu seseorang sehat, ia akan lincah dan gesit, tidak menjadi beban orang lain sehingga lebih mudah mengatakan sayang dan cinta. Bagaimana dengan orang yang sudah sakit? Pada waktu orang yang kita cintai sakit, kita akan sayang sekali dan bertanya-tanya mengapa dia sampai sakit, lalu berusaha mengulurkan tangan membantu dia. Ketika dua hari belum sembuh masih kita bantu, tetapi ketika berbulan-bulan tidak sembuh, kita mulai berpikir bahwa uang sudah habis banyak untuk ke dokter, bosan merawat dia, lalu kita sia-siakan dia. Tentu Saudara ingat kisah orang yang sakit 38 tahun di pinggir kolam Bethesda (Yohanes 5:1-18), keluarganya sudah tidak datang lagi. Saya percaya pada permulaannya mereka memelihara dia, tetapi akhirnya tidak kuat lagi. Itulah sebabnya pada waktu pernikahan Saudara masih ingat janji: “Baik waktu sehat maupun sakit, saya tetap mencintai.” Ini janji di hadapan Allah, umat Tuhan, dan hamba Tuhan, kalimat itu harus diulangi terus-menerus. Pada waktu kita mengatakan “cinta” itu mudah, tetapi pada waktu cinta itu menghadapi fakta, itu menjadi sulit. Kita harus menghadapi fakta bahwa pasangan kita mungkin menjadi tua atau sakit, atau punya kelemahan kesehatan yang lama. Prepare for the worst and do the best! Kita harus memikirkan dan mempersiapkan keadaan yang paling buruk, tetapi bukan berarti kita menyerah kepada sikap yang pesimistis, melainkan kita kerjakan secara positif.

Ada pendeta yang istrinya sakit berpuluh-puluh tahun. Pendeta ini tetap setia dan melayani dia. Waktu istrinya meninggal, dia menangis dan merasa bersyukur kepada Tuhan bahwa ia bisa melayani pasangannya begitu lama. Tetapi ada orang yang melihat pasangannya baru sakit sedikit ia mulai benci, menyeleweng, dan lain-lain. Kiranya Tuhan memberikan kekuatan kepada kita. Saya harap khususnya mereka yang belum menikah, Saudara sudah melihat segala sesuatu sampai ke dalam tulang sumsum baru Saudara mengambil salib Saudara dan mengikut Tuhan, baik dalam membentuk keluarga maupun mengadakan suatu usaha, karier, dan sebagainya. Milikilah persiapan mental karena itu menandakan bahwa diri Saudara adalah seorang yang mempunyai kemahiran dan kematangan sebagai pribadi yang bertanggung jawab.

7. Perubahan Status Ekonomi

Bagaimana kalau kita mendadak jadi miskin atau kaya? Pada waktu keluarga kita menjadi miskin dan sulit, apakah kita sudah bersedia di dalam kesulitan apa pun, tetap pikul salib bersama pasangan kita. Janganlah berkawan dengan mereka yang hanya bisa berfoya-foya bersama, tetapi juga jangan berkawan dengan mereka yang hanya bisa menanggung beban-beban bersama tetapi tidak bisa menikmati kesuksesan bersama-sama. Ini dua macam orang yang berbahaya. Waktu susah, bersama-sama berjuang menanggung beban, tetapi begitu sukses langsung berebut keuntungan bagi diri sendiri. Itu bukan kawan seumur hidup. Demikian juga sebaliknya, pada waktu pada waktu sama-sama kaya bisa, waktu senang bersama bisa, tetapi waktu susah kita ditinggalkan. Itu juga bukan kawan yang baik. Carilah kawan yang bisa sama-sama memikul salib, mengalirkan air mata, menanggung beban berat, melintasi lembah-lembah bayang maut, tetapi sesudah itu pada waktu kita sukses bisa sama-sama menyenangi dan menghargai kesuksesan orang lain. Jikalau Anda mempunyai kawan yang akrab, akrab bukan karena emosinya begitu dekat, kesenangannya sama, tetapi akrab karena pada saat terjadi perubahan status ekonomi tetap tidak mengubah persahabatan keduanya. Suami-istri lebih dari kawan-kawan yang paling akrab di dunia. Karena itu, suami-istri harus mempunyai persiapan hati untuk sama-sama kaya, sama-sama miskin, sama-sama senang, sama-sama susah, sama-sama menikmati kesenangan materi, sama-sama menanggung kesulitan dengan air mata. Itu suami isteri yang baik.

Fakta ekonomi merupakan fakta yang begitu riil yang tidak bisa dihindari atau tidak dilihat. Tetapi pada waktu kita punya harta, marilah kita bersyukur dan menikmati bersama-sama, tetapi pada waktu kita tidak punya harta, kita tetap bersyukur kepada Tuhan. Di dalam keadaan apa pun suami-istri tetap rela menerima fakta. Saya menganjurkan Anda untuk tidak berusaha membandingkan suami atau istri Anda dengan orang lain. Sama-sama keluarga jangan melihat keluarga orang lain. Yang sukses secara materi belum tentu sukses secara keseluruhan hidup. Demikian juga yang kurang kaya, gagal dalam materi, tidak berarti adalah orang yang kurang sukses.

Saya pernah bertemu dengan seorang bernama Daniel Majesty, salah seorang concert-master yang terbesar dan terbaik di dunia dari Cleveland Orchestra. Dia berkata kepada saya, “Memang sebagai seorang musisi saya tidak kaya, tetapi saya menikmati hidup saya. Saya sudah memilih hidup seperti ini, dan itu membuat saya tidak bisa terlalu kaya, tetapi saya sungguh-sungguh menikmati hidup ini. Saya bersyukur kepada Tuhan.” Ia sungguh-sungguh menjadi seorang concert-master yang berjiwa besar dan Injili. Sebelum pementasan ia selalu meminta seluruh symphony untuk berdoa terlebih dahulu. Ia sadar itu adalah karunia Tuhan.

Akhirnya ia bertemu dengan Jahja Ling, president conductor dari Cleveland Orchestra dan menjadi teman baik. Di sini saya melihat suatu persekutuan dan kebahagiaan yang indah sekali yang tidak dipengaruhi oleh status ekonomi. Suami dan istri perlu mempunyai kesadaran bersama, kalau kita miskin, miskin bersama. Tidak perlu minder kalau suami Saudara tidak sekaya suami orang lain, dan tidak menjadi sombong pada saat suami Saudara lebih kaya daripada orang lain, karena kekayaan materi tidak menandai kekayaan rohani seseorang! Dengan demikian kita mempunyai kestabilan identitas kita. Berjuang bersama! Jangan kira kalau seseorang miskin baru rohaninya bisa baik, dan juga jangan kira jika suami Anda menjadi kaya, rohaninya pasti menjadi baik. Itu tidak tentu. Kadang-kadang pada waktu kemiskinan datang, itu bisa mengguncangkan iman kita, tetapi kadang-kadang pada saat ekonomi menjadi kuat sekali, justru membuat suami menyeleweng. Itu sebabnya ekonomi dan status ekonomi jangan mengganggu keluarga kita. Biarlah kita tetap beriman kepada Tuhan.

Di provinsi Shantung, ada sepasang suami-istri yang berjualan kain. Lalu setiap Tahun Baru Imlek, malamnya mereka berdoa bersama, bersyukur kepada Tuhan untuk berkat Tuhan pada tahun itu, lalu berdoa untuk tahun depan. Dari muda mereka bersama-sama bekerja dan membanting tulang untuk membesarkan anak-anak dan mereka biasa berdoa. Tetapi pada suatu tahun tertentu, suami ini bersyukur karena tahun itu untung 100 bal kain. Istrinya mengaminkan. Lalu suami minta 200 bal untuk tahun depan, tetapi istrinya minta 150 bal saja. Akhirnya si suami marah. Lalu istrinya berdoa, “Tuhan, jangan dengar doa dia. Kalau untung hanya 100 sampai 150 bal, dia tetap cinta saya, kalau 200 bal, dia akan mencari istri muda.” Ini fakta sejarah dan banyak dikutip oleh banyak pendeta zaman dulu dalam khotbah mereka.

Betapa banyak suami-istri sebelum kaya tetap setia satu dengan yang lain, tetapi setelah mereka mempunyai kekayaan banyak, tidak menjadi lebih rukun, tidak menjadi lebih saling mencintai, tetapi justru mulai menyeleweng. Peribahasa Tionghoa mengatakan: pada waktu menikah pertama, carilah orang dari keluarga yang baik moralnya, tetapi kedua kali cari yang seksi saja. Ini kelemahan banyak orang. Di Barat begitu banyak orang cerai. Mari kita kembali kepada firman Tuhan, “Jangan sumurmu kau bagi dengan yang lain, jangan istrimu kau buang di tengah jalan. Biarlah dada istrimu memuaskan engkau.” Mari kita berdoa, kita berjanji agar Tuhan mnemberkati kita dan keluarga kita supaya hidup kita bisa menjadi saksi Tuhan.

KUNCI KEBAHAGIAAN

Kini mari kita melihat beberapa hal kecil yang penting yang bisa menjadi kunci kebahagiaan dan tidak boleh dilupakan dalam relasi keluarga.

1. Penampilan

Sesudah menikah, jangan katakan, “Pokoknya sekarang sudah ada surat nikah.” Lalu rambutnya berantakan, penampilan kotor. Tetaplah wanita menghias diri baik-baik supaya suami Saudara melihat Saudara seperti pada waktu pacaran, begitu cantik. Banyak istri suka berhias secantik mungkin untuk orang lain tetapi di hadapan suami sendiri tidak. Ingatlah bahwa Saudara menikah dengan suami Saudara, berhiaslah untuk suami Saudara. Yang bekerja berat suami Saudara, tetapi hasilnya Saudara pakai untuk menghias diri bagi orang lain. Apakah ini kesempatan untuk mencari orang lain? Istri yang bijaksana berhias sebaik mungkin untuk suaminya. Tampak selalu bersih dan rapi. Yang paling berhak melihat keindahan istri adalah suami. “Yang paling berhak menikmati cintaku adalah suamiku. Aku akan memberikan yang terbaik, sikap yang paling indah kepada suamiku, Karena kepada dialah aku berjanji untuk hidup bersama selama-lamanya.” Hal-hal kecil seperti itu jangan dilupakan.

Suatu malam ketika menginap di sebuah keluarga, saya mendengar anjing melolong. Lalu saya keluar. Saat itu tuan rumah dan nyonya rumah juga keluar. Waktu itu saya baru melihat istrinya jelek luar biasa. Padahal biasanya di luar penampilannya selalu baik. Saya kira itu tidak baik.

Ada suatu kebiasaan bahwa kalau seseorang sudah terlalu dekat, ia bisa bebas bertindak sembarangan saja. Saya termasuk kelompok ini. Seringkali kurang memperhatikan dan kurang merasa perlu memelihara sikap yang baik. Sebagai seorang pemikir, pengkhotbah, saya dituntut untuk banyak berpikir. Ketika sedang berpikir, wajah ini kurang senyum. Kadang istri saya bilang, “Beberapa hari ini engkau kurang sayang kepada saya.” “Ah, masa?” “Wajahmu serius terus.” Wajah saya ini berkerut bukan karena tidak sayang, tetapi karena terlalu banyak pikiran yang lain. Tidak gampang untuk berkhotbah, menuntut banyak pemikiran karena setiap kalimat harus dapat saya pertanggung-jawabkan, bukan asal bicara. Kalimat itu harus berdasarkan Kitab Suci dan pimpinan Tuhan. Ketika suami sedang merengut, bawakan cermin supaya ia melihat wajahnya. Jangan simpan pertanyaan dalam hati yang menyebabkan kebimbangan. Bila bertumpuk, menjadi suatu hal yang tidak baik. Berusahalah saling menyenangkan satu dengan yang lain. Berarti kedua pihak aktif. Jika satu pihak merasa diri ada sesuatu yang kurang menyenangkan, biarlah kita koreksi. Di pihak lain, katakanlah dengan humor.

Ketika Anda mau tidur, sudah membaringkan diri lalu melihat di sudut kamar, ada laba-laba kecil dengan sarangnya, dalam hati mulai menggerutu, “Istri macam apa ini?” Lalu setiap malam engkau melihat terus sarang laba-laba itu, sambil menghitung 5 hari, 7 hari, 9 hari. Laba-laba itu masih ada, bahkan bertambah dengan cucunya. Semakin melihat, semakin jengkel. Itu dipakai Iblis. Cara terbaik adalah ketika melihat laba-laba itu, ambil sapu dan bersihkan sendiri. Tetapi kalau terus Saudara lihat dan menuduh istri Saudara, semakin bertumpuk kebencian itu. Jangan biarkan diri tersandung oleh hal-hal yang kecil. Berusahalah untuk menyenangkan pihak yang lain. Kalau sampai lupa, sampai tidak mungkin tahan, beritahukan bukan dengan cara menuntut seperti hakim tetapi dengan humor.

2. Jaga Perkataan

Berusahalah untuk tidak melempar batu bagi masa depan. Setiap kalimat yang kita ucapkan harus diucapkan dengan hati-hati. Jangan sampai perkataan itu diingat, dan menjadi batu penghalang bagi masa depan. Hari depan kita masih panjang. Orang-orang yang tidak mau memikirkan hari depan selalu dengan tidak sengaja melempar batu untuk hari depan. Kalau mau melempar batu, jangan ke depan tetapi ke pinggir karena Saudara masih mau jalan. Hari depan perlu rata. Begitu banyak orang dagang gagal karena melihat sekarang untung tetapi tidak melihat hari depan ada batu. Begitu banyak orang pada waktu hari tua tidak mempunyai kawan karena waktu muda hanya mencari keuntungan dari orang lain tetapi tidak memikirkan bagaimana hari depannya. Begitu banyak pemerintahan tidak sukses karena mereka hanya mempunyai mata yang terlalu dekat tetapi tidak mempunyai pandangan yang luas. Jikalau seseorang mempunyai pandangan jauh ke depan, dalam berdagang, bersahabat, berkeluarga, akan selalu memikirkan hal-hal yang menyumbat dan merintangi untuk bertindak hati-hati.

Ketika seseorang marah, maka segala perkataan jelek akan keluar, didorong Iblis untuk berkata-kata buruk. Tetapi berbahagialah orang yang bisa menahan diri dan lidah. Siapakah orang yang sempurna? Alkitab berkata bahwa orang yang sempurna adalah orang yang dapat menahan lidahnya. Ketika seseorang menahan lidahnya maka banyak batu yang tidak perlu dilempar ke depan sehingga tidak menghambat jalan kita. Keluarga juga demikian. Tahan nafsu, kemarahan, dan perkataan yang tidak perlu. Suatu hari depan dengan jalan yang lancar perlu dipelihara mulai sekarang. Tidak sembarangan melempar batu besar, batu busuk ke depan, agar jangan di masa depan kita menanggung akibat perbuatan kita di masa lampau.

3. Saling Menghadapi Pribadi yang Dicintai dan Dihormati dalam “I-Thou Relationship

Kacamata adalah benda (Inggris:it), sebagai benda yang tidak mempunyai hubungan dengan saya. Tetapi dengan setiap orang yang berpribadi, tanggapan yang kita ambil harus berbeda. Sesosok pribadi mempunyai kehormatan yang tidak boleh diganggu, perasaan yang tidak boleh diejek, kewibawaan yang tidak boleh dikurangi. Tanggapan seorang pribadi harus dijaga. Perlakukan pasangan Saudara sebagai seorang pribadi. Jangan memperalat suami Anda atau istri Anda. Karena kurang menghormatinya sebagai seorang pribadi, Anda memperlakukan istri Anda secara licik. Itu sebabnya, ia menangis dan tangisannya di dengar oleh Tuhan Allah.

Maleakhi mengatakan kalimat yang sangat menyentuh saya, “Bukankah Allah mempunyai kekuatan rohani yang lebih besar sehingga bisa menciptakan lebih banyak orang? Tetapi Ia hanya menciptakan pria dan wanita menjadi satu kesatuan, bukan empat atau lima.”

[Ayat ini memang sulkit diterjemahkan. Ayat di atas dilihat dari terjemahan bahasa Mandarin. Terjemahan yang paling dekat dengan teks bahasa aslinya (Ibrani) adalah terjemahan NIV yang berbunyi, “Has not the LORD made them one? In flesh anda spirit they are his.” (“Bukankah Allah membuat mereka menjadi satu? Di dalam daging dan roh mereka dijadikan.”) Terjemahan bahasa Indonesia dekat dengan terjemahan RSV, tetapi penekanannya tetap jelas bahwa Allah hanya membuat satu wanita untuk satu pria, dan mereka dijadikan satu dengan maksud agar mereka memperoleh keturunan.]

Ayat-ayat yang kita baca menjadi prinsip penting bagi monogami, bukan poligami. Sebuah keluarga, satu suami, satu istri, menjadi satu dasar kebahagiaan yang paling penting. Barangsiapa selain istri sendiri masih berpikir tentang perempuan lain, telah tanpa sadar merusak keluarganya sendiri. Barangsiapa tidak puas dengan istri sendiri lalu melihat ke kanan dan ke kiri, orang itu merisikokan keluarganya sendiri dalam bahaya yang besar. Satu ayat yang sangat menyentuh hati dari kitab Ayub, “Aku pernah berjanji dengan mataku, bolehkah aku terus-menerus melihat seorang dara?” Sesudah menikah dan berkeluarga, berhentilah melihat perempuan lain dan puaskanlah dirimu dengan istri Anda. Biarlah istri Anda menjadi sumber kebahagiaan untuk keturunan Anda. Biarlah istri mendapat kepuasan hanya dari Anda. Biarlah Anda mendapatkan kepuasan dari istri Anda yang sah, yang dari muda Anda nikahi. Satu suami, satu istri, tidak mungkin mendapatkan penyakit kelamin. Ada peribahasa kuno mengatakan satu wanita yang bergaul rapat dengan tiga pria akan menjadi racun dalam tubuhnya. Pria yang setia kepada istrinya seumur hidupnya akan mendapatkan keturunan yang darahnya bersih, tidak terjangkit penyakit kelamin, betul-betul diberkati oleh Tuhan. Wanita yang setia kepada suami, tidak bercabang hati untuk orang lain, akan mendirikan satu keluarga yang bahagia.

Saya berani mengatakan kalimat-kalimat ini dengan suara keras karena saya tahu terlalu banyak orang yang mempermainkan cinta dan seks. Terlalu banyak orang yang meremehkan kebahagiaan keluarga. Saya berani mengatakan kalimat ini karena saya tahu ini adalah perintah Tuhan, dan ini perintah yang sudah saya jalankan. Seumur hidup saya hanya mengenal tubuh seorang wanita, yaitu tubuh istri saya. Tuhan bisa memberikan kekuatiran, pemeliharaan dan kesetiaan yang cukup jika engkau betul-betul takut kepada-Nya. Kiranya Tuhan memberkati kita masing-masing.

4. Jangan Ada Pribadi Ketiga dalam Pernikahan

Kita juga tidak mengizinkan pribadi ketiga mencampuri keluarga sehingga menjadi tidak keruan. Jikalau ada seorang wanita yang menceritakan segala kegagalan pernikahannya kepada Anda, sementara Anda sudah beristri, jangan mendengarkan terlalu banyak kalimat-kalimatnya. Karena wanita yang mencetuskan segala kesusahannya, seharusnya berbicara kepada wanita lain atau orangtua atau pendeta dan istri pendetanya, bukan kepada pria yang sudah beristri. Karena banyak bicara bisa menimbulkan simpati, dan simpati akan menimbulkan bercabangnya hati, dan sebagainya. Masalah suami-istri harus diselesaikan antara suami dan istri bersama dengan Tuhan. Jangan sampai orang ketiga campur tangan dan memberi racun dalam keluarga kita. Bagaimana pun, hubungan antara suami dan istri adalah hubungan paling intim yang tidak bisa dilampaui oleh siapa pun kecuali Tuhan sendiri. Dan hanya prinsip-prinsip dari Tuhan yang bisa memberikan penyelesaian bagi kita.

Kalau Anda mencari konselor atau psikiater, jangan lupa bahwa Anda tidak boleh mencari psikiater yang tidak berdasarkan firman Tuhan. Banyak psikiater tidak dapat menyelesaikan masalah yang timbul di dalam keluarganya sendiri. Karena ketika menjadi psikiater ia bertindak sebagai penganalisis, sedangkan dalam keluarga ia adalah subyek. Maka, hanya dengan menjadikan Tuhan sebagai Kepala keluarga Anda permasalahannya baru bisa menjadi beres.

Kalau tidak, masing-masing menganggap diri sebagai kepala keluarga, dan persoalan tidak akan pernah beres. Yang menikah adalah suami-istri, tidak seharusnya mertua ikut campur. Mertua boleh memberikan nasihat tetapi tidak boleh turun tangan untuk menjadi pengatur di rumah anak-menantu, Jika ada orang ketiga masuk ke dalam bayang-bayang cinta dan melakukan interupsi, maka kebahagiaan akan lari dari keluarga itu. Hati-hati!

5. Pikirkan Kebahagiaan Keturunan

Satu hal lagi, senantiasa pikirkan kebahagiaan untuk keturunan. Kadang ketika emosi sudah meluap sehingga ingin bercerai, maka tidak sempat berpikir tentang anak. Statistik membuktikan bahwa banyak keluarga yang terpecah belah dan tidak berbahagia menghasilkan anak yang kurang ajar. Banyak anak yang menjadi pencopet, yang tidak beres dalam masyarakat, berasal dari keluarga yang broken home. Bagaimanapun, orangtua harus memikirkan kebahagiaan anak-anak dan hari depan mereka,. Kita harus menciptakan keluarga bahagia untuk memberi kekuatan membesarkan mereka. Tidak berarti keluarga bahagia juga akan menghasilkan anak-anak yang bahagia seratus persen. Juga tidak berarti keluarga yang kurang bahagia anaknya juga tidak bahagia. Tidak tentu. Tetapi bagaimanapun, orangtua harus memikirkan anak-anaknya. Kerusakan yang dialami, kesedihan, dan luka yang ditanggung oleh anak karena suami dan istri bercekcok, sulit untuk diobati oleh apa pun. Kiranya Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk berpikir baik-baik bagi anak-anak kita.

Kalau Allah mempunyai kekuatan lebih untuk menciptakan banyak wanita, kenapa Allah hanya menciptakan satu? Supaya kamu mendapatkan keturunan beribadah. Salah satu kebahagiaan paling besar adalah mempunyai keturunan yang beribadah, mencintai Tuhan, yang beriman sungguh-sungguh. Hartamu yang paling besar bukan rumahmu, bukan tanah yang banyak atau angka yang panjang dalam bank, tetapi anak-anak yang beribadah dan takut kepada Tuhan, beriman, dan berkerohanian yang suci, yang akan berguna bagi seluruh dunia.

Amin.

SUMBER :
Nama buku : Keluarga Bahagia
Sub Judul : Bab VII : Kendala dan Kunci Kebahagiaan
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2014 Halaman : 81 – 103