keluarga-bahagiaBAB III :
URUTAN PENTING DALAM KELUARGA

“Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki, dan Kepala dari Kristus ialah Allah….. Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki…… Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.” (1 Korintus 11:3, 8-9, 11-12)

Kini kita perlu memperhatikan urutan (ordo) dalam beberapa hal yang berkenaan dengan kehidupan keluarga Kristen.

1. Rantai atau Urutan Otoritas Universal

Hal ini sangat penting untuk kita mengerti demi mencegah terjadinya kekacauan dalam masyarakat: the chain of authority of the universe – rantai atau urutan otoritas universal. Ini merupakan dasar keharmonisan hidup. Paulus mengemukakan prinsip yang penting ketika ia mengatakan bahwa Kristus adalah Kepala setiap pria; pria adalah kepala dari wanita; dan Allah adalah kepala dari Kristus. Apa arti yang terkandung dalam penegasan ini? Inilah yang disebut rantai atau urutan otoritas universal. Kita tahu bahwa dalam dunia ini ada yang disebut penguasa. Yang menguasai disebut penguasa. Pada waktu kuasa ada pada penguasa, semua orang takluk kepadanya. Tetapi kuasa itu tidak melekat pada pribadi. Kuasa bisa lepas dari pribadi. Maka dalam bahasa Inggris disebutkan When he is still in power ketika Ferdinand Marcos menjadi penguasa, in power”. Ini artinya bukan kuasa berada dalam dia, tetapi dia yang ada dalam kuasa.

Orang Timur mengatakan, “Saya melahirkan anak.” Pengertiannya adalah saya menjadi inisiator, sumber, lalu anak keluar dari saya. Tetapi orang Barat mengatakan, A child is born into my family. Seorang anak dilahirkan ke dalam keluarga saya.” Konsep anugerah jelas sekali dalam pemikiran Barat. Seorang anak dilahirkan ke dalam keluarga saya, diberikan oleh Allah. Konsep Timur “Aku melahirkan anak” berarti anak itu mendapat anugerahku. Konsep Kekristenan ini secara tidak disadari sudah menjadi tulang dan daging dalam kebudayaan Barat.

A child is born into my family. Saya diberi seorang anak. Ini menunjukkan rantai urutan yang berkaitan satu dengan yang lain dari atas ke bawah dalam otoritasnya. Paulus mengatakan dengan jelas bahwa kebahagiaan tidak terlepas dari pengertian urutan otoritas ini, yaitu Allah adalah kepala Kristus, Kristus adalah kepala pria, pria adalah kepala wanita, dan ayah-ibu adalah kepala anak-anak. Ini merupakan mata rantai dengan urutan yang jelas. Bila tidak dimengerti dan tidak dipatuhi, maka akan timbul kekacauan. Kekacauan seluruh umat manusia timbul karena manusia merusak urutan ini.

Seharusnya Allah menguasai Adam, Adam menguasai Hawa dan Hawa menguasai ular. Karena Allah lebih tinggi daripada manusia, dan manusia lebih tinggi daripada binatang. Bila urutan ini dirusak, dosa mulai masuk. Ini tidak mungkin dimengerti di luar Kitab Suci. Filsafat manusia tidak pernah memberikan pengertian yang penting seperti ini. Hanya Firman Tuhan, wahyu dari Roh Kudus yang dapat memberikan kepada kita pedoman yang begitu jelas.

Tetapi dalam Kejadian 3 kita melihat untuk pertama kalinya urutan ini dirusak. Ular yang memerintah Hawa, Hawa memerintah Adam, dan Adam melawan Allah. Karena Adam terlalu taat kepada isterinya, maka segalanya menjadi kacau-balau. Tidak salah jika suami mendengar perkataan isteri, demikian juga sebaliknya bila isteri mendengar perkataan suami tidak salah. Tetapi dalam urutan ini, kebenaran Allah yang harus menguasai pendengaran. Sehingga kalau wanita mendengar binatang, pria mendengar wanita, Allah tidak didengar oleh pria, semua kacau.

Maka Paulus menegaskan prinsip yang penting ini, yaitu pria adalah kepala wanita, Kristus adalah kepala pria, dan Allah adalah kepala Kristus. Kristus adalah Kepala Gereja. Pemerintah adalah kepala rakyat, orangtua menguasai anak. Seluruh Kitab Suci mnemberi pengertian yang begitu menyeluruh dan jelas mengenai ‘the chain of authority of the universe’, otoritas yang berurutan dalam alam semesta dari Tuhan Allah. Demikian juga keluarga harus mempunyai prinsip ini: seorang pria kalau ingin mendapatkan keluarga yang bahagia, ia harus mengerti bagaimana menundukkan diri pada perintah Kristus. Lalu wanita menundukkan diri kepada pria yang menundukkan diri kepada Kristus. Anak-anak menundukkan diri kepada pengajaran bapa dan ibu yang menundukkan diri kepada Kristus. Dengan demikian keluarga menjadi bahagia.

Banyak keributan bisa dihindarkan, banyak kekacauan tidak perlu terjadi jikalau kita terlebih dulu mengerti prinsip-prinsip ini. Prinsip-prinsip ini tidak hanya ditujukan kepada pasangan yang baru menikah, tetapi juga berlaku bagi pasangan yang sudah lama menikah. Tidak perlu dianggap terlambat, karena kita masih bisa mengoreksi hari depan.

2. Urutan dalam Diri Pribadi

Urutan yang seharusnya di dalam suatu pribadi adalah kebenaran Allah menguasai pikiran. Pikiran menguasai emosi. Emosi menguasai badan (seks). Dengan kesadaran akan urutan dalam diri pribadi ini, baru kita bisa mencapai pernikahan yang berbahagia.

Seringkali pernikahan gagal karena urutan ini dikacau-balaukan, di mana seks menguasai emosi, emosi menguasai pengetahuan, dan pengetahuan selalu mengkritik firman Allah. Inilah hidup manusia yang belum diperanakkan kembali. Kadang saya takut mendengar orang yang menyatakan diri sudah dilahirkan kembali karena banyak kesalahan besar yang justru dilakukan oleh orang-orang yang mengaku diri sudah dilahirkan kembali. Pengertian “dilahirkan kembali” saja sudah disalah-gunakan dengan konsep yang sempit; yang pernah mengacungkan tangan dalam suatu kebaktian, pernah menyatakan diri sebagai orang Kristen di depan umum, dulu bukan Kristen dan sekarang jadi Kristen.

Orang seperti James Baker, Jimmy Swagart, yang menjadi pendeta televisi (televangelist) besar di Amerika justru melanggar urutan dalam diri pribadi ini. Mereka mengkritik banyak gereja tetapi mereka sendiri justru jatuh di dalam kesalahan besar. Jangan hanya mengucapkan slogan, omong kosong, dan meninggikan diri, tetapi hiduplah dengan sungguh-sungguh melakukan prinsip-prinsip Alkitab.

Urutan yang benar adalah kebenaran Tuhan menguasai pikiran, dan rasio menguasai emosi, emosi menguasai seks, baru masuk ke dalam hidup pernikahan. Dengan demikian seumur hidup engkau berjalan pada jalur yang benar. Kepada pemuda-pemudi yang belum menikah, biarlah firman Tuhan menguasaimu, sehingga pikiranmu ditaklukkan pada firman. Biarkan pikiran dan prinsip itu menguasai emosi, kemudian emosi menguasai seks.

3. Urutan dalam Waktu.

Urutan dalam waktu sangat penting dalam pernikahan, karena banyak orang menikah sebelum mereka seharusnya menikah. Begitu banyak orang yang menikah karena dianggap waktunya sudah tiba, karena tubuhnya sudah cukup matang untuk menikah. Kalau seorang menikah karena fisiknya sudah matang untuk menikah, maka orang itu sama saja dengan binatang. Satu-satunya syarat bagi binatang untuk menikah adalah karena fisiknya sudah matang. Tetapi manusia tidak demikian. Aspek hidup manusia begitu kompleks, rumit, dan sempurna. Urutan waktu yang tepat bagi seseorang untuk menikah adalah setelah ia memiliki kematangan untuk mandiri dalam pikiran yang jelas, memiliki kewajiban dan perasaan yang cukup serta pandangan murni dengan motivasi yang sungguh-sungguh, dan memiliki kasih sayang yang bisa dipertanggung-jawabkan dengan dasar kebenaran yang dimengerti, barulah orang itu boleh masuk ke dalam pernikahan.

Ada orang yang berumur 20 tahun mempunyai kematangan pribadi lebih daripada yang berumur 40 tahun. Ada pula orang berumur 80 tahun yang berkonsep seperti anak-anak. Urutan waktu dan kematangan merupakan hal yang paradoks. Ada anak kecil yang sudah memiliki tanggung jawab. Tetapi ada orang dewasa yang tidak menepati janji, tidak membayar utang, dan sebagainya, sangat kekanak-kanakan.

Untuk mendapatkan kebahagiaan dalam pernikahan, pernikahan jangan diatur oleh seks, tetapi oleh pengertian yang lebih mantap. Kita hanya bisa menikah dengan seseorang yang memiliki kematangan dalam aspek seperti ini, karena kita mempertaruhkan sepanjang umur hidup kita selanjutnya ke dalam tangannya. Jangan sampai seumur hidup mencuci muka dengan air mata. Jangan hanya bersukacita dalam hari pernikahan, berlimpah bunga aneka warna, makanan berlimpah, tamu begitu banyak, namun setelah itu terus menghadapi fakta yang kejam, tamu mungkin tidak datang lagi, hadiah hanya datang sekali, yang terkadang diberikan tidak sepenuh hati. Tetapi justru pedoman dan prinsip penting yang sangat kita butuhkan, tidak seorang pun memberikannya.

Seorang yang tidak pernah menghargai pernikahan belum pernah mencapai kesempurnaan yang mutlak dalam hidup pernikahan. Dapat dipastikan bahwa seorang yang sebelum menikah sudah naik ke atas tempat tidur, tidak akan mendapatkan kepuasan dan kedamaian yang sesungguhnya. Seks sebelum pernikahan tidak menjamin kita mendapatkan kebahagiaan. Begitu banyak orang yang mengira bahwa dapat menikmati sesuatu dengan mencuri-curi sebelum pernikahan adalah suatu keindahan. Alkitab pernah mengajarkan air curian lebih manis, tetapi air yang didapatkan secara sah seolah-olah hambar. Tetapi kesan kemanisan yang didapatkan dari curi-curi akan mengganggu kesempurnaan hatimu.

Barang murah selalu tidak dihargai. Mercedes jarang kelihatan yang cacat, tetapi mobil Toyota banyak yang penyok. Memang Mercedes lebih baik daripada Toyota, tetapi tidak lebih baik terlalu banyak daripada Toyota. Sebabnya adalah karena harganya lebih mahal. Barang mahal selalu lebih disayang, barang murah selalu dianggap enteng. Gadis yang terlalu cepat membuka pakaiannya akan dipermalukan oleh laki-laki. Tetapi kalau laki-laki memang mencintaimu, peliharalah keanggunan tubuhmu sampai hari pernikahan, maka kita adalah orang yang bijaksana.

Mungkin kita akan mengatakan bahwa teori itu memang cocok untuk masa dulu, tetapi tidak cocok untuk sekarang. Saya berkata, kalau tidak cocok, maka tidak cocok untuk mereka yang tidak takut kepada Tuhan. Jikalau kita merasa cocok dengan orang yang tidak takut kepada Tuhan, silahkan, tetapi bahayanya besar. Barangsiapa betul-betul mencintai Tuhan silahkan menolak permintaan kekasihmu yang melebihi batasan. Penolakan ini membuat dia disadarkan, sehingga berpikir, “Ini perempuan yang berharga.”

Barangsiapa meminta sesuatu karena dorongan nafsu yang menguasai emosinya, sedangkan rasionya seakan tertidur, maka setelah semua terjadi, laki-laki itu akan menganggap gadis itu perempuan yang murahan. Pria ingin merasakan seks sebelum menikah, tetapi juga ingin menikah dengan seorang perawan. Ini sikap yang kurang ajar, tidak adil, dan nakal, suatu dosa!

Wanita, milikilah bijaksana dan penghormatan atas pernikahan!

Amin.