Dr. Stephen Tong2. Pengantara Tunggal

Yesus adalah satu-satunya Juruselamat,karena Dia adalah satu-satunya Perantara. Jika saya bisa dan mengerti bahwa Jerman dan saya ingin memberitakan isi buku berbahasa Jerman kepada orang Indonesia, maka saya juga sekaligus harus mengerti bahasa Indonesia. Jika saya ahli bahasa Indonesia, tetapi tidak mengerti bahasa Jerman, tidak mungkin saya bisa membaca dan memberikan pengertian kepada orang Indonesia. Sebaliknya, seorang professor Jerman, yang mengerti dengan sangat tepat buku tersebut, tetapi jika tidak mengerti bahasa Indonesia, maka ia juga sama sekali tidak bisa menjelaskan dan memberikan pengertian kepada orang Indonesia. Jika saya mengerti kedua bahasa dengan fasih, saya bisa membaca buku berbahasa Jerman tersebut dengan baik dan tepat, saya juga bisa menjelaskan dan memberikan pengertian kepada Saudara dengan baik dan tepat pula. Inilah fungsi pengantara.

Di hadapan Allah, tidak ada satu pun makhluk lain yang adalah Allah, karena semua mereka dicipta. Di hadapan manusia, tidak ada nabi yang adalah Allah, karena semua nabi adalah manusia yang dicipta. Sehingga siapa yang bisa mewakili Allah terhadap manusia, dan yang mewakili manusia terhadap Allah? Hanya satu, yaitu Allah yang menjadi manusia. Manusia tidak mungkin menjadi Allah, karena manusia mempunyai kuasa yang terbatas, tetapi Allah sanggup menjadi manusia, dan semua manusia dijadikan oleh Dia.

Pada waktu Tuhan Allah sendiri turun dengan membungkus diri dan melakukan kehadiran dengan tubuh manusia, Ia telah membatasi diri dan mengosongkan diri. Ia menyatakan diri dalam tubuh manusia yang berdaging dan berdarah. Maka Yesus Kristus berkata: “Barangsiapa telah melihat Aku ia telah melihat Bapa;…..Barang siapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Allah yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 14:12;12:44). Tidak ada seorang pun manusia yang mungkin dan berani mengatakan kalimat sedemikian, kecuali Dia adalah Allah yang menjadi manusia. Yesus juga berkata: “Aku telah memperkenalkan Bapa kepadamu. Jika engkau mengenal Aku, engkau juga mengenal Bapa dan jika engkau tidak mengenal Anak, engkau juga tidak mengenal Bapa. Dan Bapa-Ku juga akan menjadi Bapamu.” (Yohanes 8:18-19 –parafrasa). Di sini Anak Tunggal akan membawa anak-anak lain untuk diadopsi oleh Bapa di sorga. Kristus, sebagai Anak Tunggal akan membawa kita kepada Bapa-Nya, sehingga boleh diterima sebagai anak-anak angkat oleh Tuhan Allah.

Yesus adalah Anak tuinggal Allah yang dilahirkan dan kita adalah anak-anak adopsi yang sebelumnya diciptakan. Pada saat kita menjadi anak-anak Allah, kita dicipta ulang di dalam Kristus (2Korintus 5:17). “Kita semua adalah ciptaan Allah, yang dicipta di dalam Kristus Yesus untuk melakukan semua kebaikan yang telah disediakan Allah sebelumnya, Ia mau agar kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10) Yesus Kristus satu-satunya yang diutus menjadi Juruselamat, dan Yesus Kristus satu-satunya Allah yang menjadi manusia, sehingga boleh menjadi perantara yang sah antara Allah dan manusia.

Jikalau Yesus adalah Allah dan tidak menjadi menusia, maka Dia tidak bisa dan tidak sah untuk dipaku di kayu salib. Allah tidak bisa mati. Jika Ia tidak menjadi manusia dan mempunyai tubuh, Ia tidak mungkin dipaku. Sebaliknya, jika Yesus hanyalah manusia, bukan Allah, maka Ia tidak mungkin bangkit, karena manusia biasa tidak mempunyai kuasa untuk bangkit sendiri. Manusia tidak mempunyai kekuatan untuk mengalahkan kuasa kematian.Yesus adalah manusia, barulah Ia bisa mewakili Saudara dan saya. Yesus adalah Allah, barulah Ia bisa mewakili Tuhan Allah. Ketika mewakili Tuhan Allah, Yesus menyalurkan anugerah; ketika mewakili manusia, Ia menanggung dosa. Inilah tugas ganda seorang Pengantara atau Mediator.

3. Sang Kudus yang Tunggal

Yesus adalah Juruselamat karena Ia tidak berdosa. Syarat Juruselamat yang ketiga adalah “tidak berdosa”. Jikalau saya tidak bisa berenang dan berada di sebuah kapal yang sedang tenggelam, pastilah saya sangat ketakutan. Di tengah ketakutan itu, tiba-tiba saya melihat sebuah pelampung. Saya meraih dan mendapatkan pelampung itu, sehingga saya terselamatkan dari kapal yang tenggelam tersebut. Pada saat saya sedang terapung-apung di tengah lautan,tiba-tiba tidak terlalu jauh dari tempat saya, saya melihat Saudara berseru meminta pertolongan dan hampir tenggelam. Maka saya katakan kepadamu: “Saya akan menyelamatkan engkau, saya sanggup menyelamatkan engkau.” Engkau bertanya, “Mengapa engkau menyelamatkan saya?” Saya jawab, “Sebab saya memiliki ban pelampung.” Lalu Saudara mengatakan bahwa Saudara mau diselamatkan. Apa dasar saya menyelamatkan? Berdasarkan pelampung.

Tetapi, pada saat saya mendekat ke arah Saudara, pelampung saya mulai mendesis. Ban tersebut bocor dan menjadi semakin kempis.Sambil ban itu semakin kempis, saya berteriak, “Saya akan menyelamatkan engkau!” Maka pada saat itu Saudara meragukan apakah saya bisa menyelamatkan, karena Saudara melihat ban yang saya pakai sudah semakin kempis.

Jikalau kita sendiri tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri, lalu berteriak-teriak dan berjanji bisa memberi keselamatan kepada orang lain, itu sungguh perlu diragukan. Tidak ada satu orang pun yang bisa menyelamatkan orang lain, karena semua orang telah berdosa,dan karena upah dosa adalah maut, maka mereka pun akan menemui kematian. Maka jelas orang berdosa tidak mungkin bisa menyelamatkan orang berdosa lainnya.

Benarlah jika seorang nabi mengatakan,“Jangan Anda berharap saya bisa menyelamatkan Anda.” Itu adalah nabi yang jujur, nabi yang berani mengaku bahwa ia tidak mungkin bisa menyelamatkan. Nabi-nabi tidak bisa menyelamatkan, rasul-rasul juga tidak bisa menyelamatkan. Maka Petrus mewakili semua rasul, mengatakan, Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 4:12).

Yesus bisa menyelamatkan kita karena Ia tidak bedosa. Di dalam Injil Yohanes diceritakan bahwa pada suatu ketika pemimpin-pemimpin agama mengutus orang-orang untuk mengintai Tuhan Yesus. Diupayakan agar bisa menemukan kesalahan Tuhan Yesus sehingga bisa diajukan kepengadilan. Mereka benci dan sangat iri hati kepada Tuhan Yesus. Melalui cerita dalam Injil Yohanes ini kita melihat bagaimana orang berdosa bisa mempunyai sifat yang jahatnya luar biasa. Kita bisa melihat pemimpin-pemimpin agama yang mengatur strategi yang sedemikian licik untuk mencelakakan orang yang mereka benci. Betapa mengerikan dosa para pemimpin agama seperti ini. Orang biasa berbuat dosa biasa, tetapi pemimpin agama berbuat dosa yang jauh lebih mengerikan. Mereka mengirim dan menyelundupkan orang-orang mereka di tengah-tengah para pendengar, bukan untuk mendengar khotbah Tuhan Yesus, tetapi justru untuk mencari kesalahan, mengadukannya, menjeratnya ke pengadilan dan mencelakakan Tuhan Yesus. Mereka mau membunuh Yesus.

Pada saat mereka mendengar khotbah Tuhan Yesus, mendengar satu kalimat yang membuat mereka sangat terkejut. Yesus berkata: Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?” (Yohanes 8:46). Mereka sangat terkejut, karena kalimat ini tidak mungkin bisa sembarangan diucapkan. Mereka mencoba mencari-cari kesalahan dan mau mencatat kesalahan Tuhan Yesus. Namun, ternyata mereka tidak dapat menemukannya. Yesus tidak berdosa. Siapakah manusia di dunia yang berani meneriakkan kalimat seperti itu? Apakah Saudara berani mengatakan kalimat seperti itu? Apakah ada pemimpin negara yang berani mengatakan demikian? Tidak ada seorang pun yang berani mengeluarkan kalimat seperti itu, kecuali Tuhan Yesus. Memang Dia bisa berdosa, tetapi Dia tidak berdosa. Oleh karena itu, Ia adalah satu-satunya yang sanggup memenuhi syarat sebagai Juruselamat dunia.

4. Pengganti yang Tunggal

Mengapa Yesus sanggup menjadi Juruselamat dunia? Karena Dia mati mengganti orang lain. Konsep ini merupakan konsep yang sangat mendalam dan penting, karena setiap kematian manusia, tidak mungkin bisa menggantikan orang lain. Kematian setiap orang adalah kematian akibat dosa. Jika saya berdosa, maka saya harus mengalami kematian, apa pun bentuknya. Saudara berdosa, maka Saudara juga harus mati. Kematian adalah akhir dari semua kehidupan orang berdosa. Tetapi Yesus tidak berdosa, maka Ia tidak harus mati. Karena Tuhan Yesus tidak berdosa, Ia tidak seharusnya menerima upah dosa, yaitu kematian. Maka, kematian Yesus bukan karena Dia telah berdosa.

Jika demikian, mengapa Yesus harus mati? Malaikat Gabriel berkata kepada Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau, sebab itu Anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut Kudus, Anak Allah.” (Lukas 1:35). Kalimat itu membuktikan apa yang telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya tujuh ratus tahun sebelumnya. Di dalam Bagian Kedua Kitab Yesaya (Pasal 40-66), sangat sering muncul satu istilah “Anak Domba Allah Yang Kudus”. Yesus Kristus adalah Sang Kudus, yang suci dari Allah. Bukan orang lain yang boleh disebut sebagai “Yang Kudus dari Allah”. Bukan Nabi Yesaya, bukan Nabi Yeremia, bukan Nabi Daniel, bukan nabi yang lain, melainkan Yesus Kristus, Anak Allah Yang Kudus. Pada waktu Yohanes Pembaptis mengatakan: “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29), ia sedang menunjuk kepada Yesus. Yesus suci dan tidak berdosa, namun Ia akan mengangkut dan menghapus dosa dunia, mengangkut dosamu dan dosaku. Puji Tuhan.

Yesus Kristus mati bukan karena dosa-Nya sendiri, karena Ia mati untuk mengganti dosa orang lain. Di Golgota ada tiga orang disalibkan, yang mewakili tiga macam orang yang ada di dunia. Yang pertama, mati di dalam dosa, karena ia berdosa (die in sin); yang kedua, mati terhadap dosa, karena ia bertobat (die for sin); dan yang ketiga, mati mengganti orang berdosa, karena Dia adalah Juruselamat (die to sin). Inilah kondisi dunia kita. Di dunia ada orang yang terus menerus berbuat dosa, dan akhirnya binasa di dalam dosa. Di dunia juga ada orang yang berdosa, tetapi kemudian sadar, ia bertobat, memohon pengampunan Kristus dan ia diselamatkan. Dan di antara kedua macam orang itu, di mana Saudara dan saya termasuk di dalamnya, ada satu macam orang lagi, dan itu hanya seorang saja di dalam sejarah, yaitu Yesus Kristus, yang sengaja datang ke dunia untuk mati mengganti orang berdosa. Itulah Juruselamat!

5. Penakluk Maut yang Tunggal

Mengapa Yesus Kristus di sebut Juruselamat? Karena Dia satu-satunya yang bangkit dari kematian tanpa pertolongan orang lain ataupun doa syafaat siapa pun, yang membuktikan Dia mempunyai kuasa hidup yang mengalahkan maut. Di mana para pendiri agama? Di manakah Confusius? Di sebuah kuburan di Shantung, kota asalnya. Saudara juga bisa menemukan kuburan dari nabi ini atau nabi itu. Itu berarti orang-orang saleh, para nabi, para rasul, tidak lepas dari kematian, karena mereka orang berdosa. Namun ada seorang yang bangkit dari kematian dan mengalahkan kuasa kematian, yaitu Yesus Kristus.

Sekalipun ada orang yang tidak ada kuburannya, seperti Musa atau Henokh atau Elia, — Musa tidak diketahui kuburannya, karena Alkitab mencatat jenasahnya mau direbut oleh setan (Yudas1:9); Henokh dan Elia terangkat ke sorga sebelum mati, sehingga tidak ada kuburannya — tetapi Yesus sudah mati dan bangkit.

Mengapa Yesus yang sudah mati bangkit kembali? Karena Dia adalah Penghulu Hidup. Istilah ini secara khusus tercantum dalam Kisah Para Rasul 3:15 : “Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup (Penghulu Hidup), telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.” [LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) menerjemahkan istilah ini sebagai “Pemimpin kepada hidup,” yang seharusnya lebih tepat diterjemahkan “Pemimpin atau Penghulu Kehidupan.” NIV (New International Version) menterjemahkannya sebagai “The Author of Life.”]. Dan yang menakjubkan, Tuhan Yesus memiliki kuasa kebangkitan yang berbeda dari semua nabi dan berbeda dari semua rasul.

Di dalam Perjanjian Lama ada dua nabi yang membangkitkan orang, yaitu Elia dan Elisa. Di dalam Perjanjian Baru ada dua rasul yang pernah membangkitkan orang, yaitu Petrus dan Paulus. Elia membangkitkan anak seorang janda di Sarfat (1 Raja-Raja 17:17-24), sedangkan Elisa membangkitkan anak dari seorang perempuan Sunem (2 Raja-Raja 4:16-37). Petrus membangkitkan seorang wanita yang bernama Dorkas (Kisah Para Rasul 9:36-42). Sementara Paulus membangkitkan seorang pemuda bernama Eutikhus yang jatuh dari lantai ketiga ketika tertidur mendengarkan khotbah Paulus (Kisah Para Rasul 20:9-12). Keempat peristiwa ini mempunyai ciri yang sama. Kebangkitan mereka dilakukan oleh seorang hamba Tuhan yang harus berdosa kepada Tuhan sebelumnya. Elia berdoa kepada Tuhan, Elisa juga berdoa kepada Tuhan, Petrus dan Paulus juga harus berdoa terlebih dahulu kepada Tuhan Yesus. Ini membuktikan bahwa kedua nabi di Perjanjian Lama maupun kedua rasul dalam Perjanjian Baru tersebut tidak mempunyai kuasa kebangkitan pada diri mereka sendiri. Mereka harus bersandar kepada Tuhan Allah. Sebagai manusia mereka dipakai oleh Tuhan Allah untuk membangkitkan.

Hal di atas sangat berbeda dari Tuhan Yesus. Alkitab juga mencatat tiga peristiwa Tuhan Yesus membangkitkan orang. Tuhan Yesus membangkitkan seorang pemuda yang sedang di usung ke pekuburan di kota Nain (Lukas 7:11-17), membangkitkan anak perempuan Yairus (Lukas 8:40-56; Markus 5:21-43); dan membangkitkan Lazarus yang sudah meninggal 4 hari dan sudah dikuburkan (Yohanes 11:1-44). Di dalam ketiga peristiwa tersebut Tuhan Yesus sama sekali tidak perlu meminta kuasa dari Tuhan Allah, karena Ia sendiri adalah Allah. Yesus berkata, “Talita kum,” yang artinya: “Bangkitlah, hai anak perempuan!” Maka anak perempuan Yairus pun bangun. Yesus berkata, “Hai pemuda, Aku perintahkan engkau bangkit!” Maka bangkitlah pemuda itu. Yesus berkata, “Lazarus, keluarlah!” Maka Lazarus yang sudah di dalam kuburan itu meloncat-loncat keluar dari kuburan dengan masih berbalutkan kain kafan. Mengapa Tuhan Yesus tidak memerlukan kuasa Tuhan Allah? Karena Dia sendiri adalah Allah. Ia adalah Allah yang berinkarnasi, Ia adalah Allah yang menjadi manusia.Ia adalah Allah yang hadir di tengah-tengah manusia.

Mungkin kita sering diperingatkan, “Jangan kita menjadikan manusia itu Allah!” Peringatan ini sangat benar. Orang Islam sering mengingatkan orang Kristen bahwa Yesus hanyalah seorang nabi. Ia hanya seorang manusia, jangan menjadikan Dia Allah. Tetapi bukankah kita juga harus sama berhati-hati, agar jangan menganggap Allah itu hanya menusia. Dia adalah Allah yang datang sebagai manusia, jangan kita hanya melihat Dia sebagai manusia.

Kita harus mengerti bahwa Yesus adalah Penghulu Hidup. Kalau Dia bukan Allah, mengapa Dia boleh disebut sebagai Penghulu Hidup? Kecuali Allah, siapakah yang mempunyai kuasa kebangkitan?Janganlah kita lupa, bahwa di dalam Yohanes 11:25, Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan: “Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” Itu berarti hidup ada pada Yesus dan kebangkitan juga ada pada Yesus. Yesus menegaskan Akulah kebangkitan dan Akulah hidup. Bukan Elia, bukan Elisa, bukan juga Petrus ataupun Paulus. Hanya Yesus satu-satunya kebangkitan dan hidup. Tidak ada satu kekuatan yang bisa menahan, dan tidak ada satu kekuatan yang bisa melarang, dan tidak ada satu pun kekuatan yang bisa menolak perintah Tuhan Yesus. Pada saat Tuhan Yesus berkata: “Keringlah kamu,” maka pohon ara itu menjadi kering. Pada saat Yesus berkata: “Bangkitlah kamu,” maka Lazarus keluar. Dia adalah Pencipta langit dan bumi, Dia menaklukkan dunia ini, dan Dia membuktikan bahwa Dia adalah Allah. Lalu, mengapa masih banyak manusia di dunia ini yang tidak percaya bahwa Dia adalah Allah?

Apakah Saudara beranggapan kita sedang bermain-main? Apakah Saudara anggap Dia sombong? Dia sendiri yang mengatakan bahwa Dia mewakili Allah dan Dia menjadi manusia (Yohanes 10:36): “Masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?” Dari sejak kekekalan ada Firman: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yohanes 1:1). Firman itu menjadi manusia (Yohanes 1:14). Itu berarti Allah telah menjadi manusia. Itu sebabnya Yesus adalah Penghulu Hidup.Ia adalah kebangkitan dan hidup. Ia memiliki kuasa hidup dan kuasa kebangkitan.

Yesus adalah Tuhan atas kehidupan, yang sudah mengalahkan maut, mengalahkan dosa, mengalahkan kejahatan, mengalahkan setan, dan memberikan pengharapan yang baru bagi umat manusia. Tidak ada agama yang memberikan kepada kita seorang yang bisa mengalahkan kematian kecuali Yesus Kristus. Dia sudah bangkit! Itu sebabnya, pada pagi itu, perempuan-perempuan yang datang ke kubur Yesus, mendengar suara dari malaikat: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?” (Lukas 24:5).Yang disebut orang mati adalah orang-orang yang berada di dalam kuburan. Yesus yang hidup sudah bangkit dan tidak ada di kuburan. Kuburan Yesus yang kosong menyebabkan hidup kita terisi. Kita bukan mengikuti orang yang berada di dalam kuburan. Jika kuburan itu berisi, maka pengikutnya akan kosong hidupnya; tetapi kuburan Tuhan Yesus kosong, maka kita yang mengikuti Dia akan mendapatkan hidup yang berisi. Hidup kita berisi hidup yang baru, cinta kasih yang baru, dan pengharapan yang baru. Jika orang membunuh kita, kita tidak perlu membalasnya, karena pengharapan kita bukanlah di dalam dunia yang fana dan akan lewat ini, sebaliknya pengharapan kita itu kekal. Tuhan yang bangkit menjadi pengharapan kita. Paulus mengatakan di dalam 1 Korintus 15:14, “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” Jikalau Yesus tidak bangkit, kita lebih kasihan dari siapa pun yang ada di dunia. Tetapi puji Tuhan,Tuhan Yesus telah bangkit, sehingga pengharapan kita tidak sia-sia.

Bersambung

SUMBER :
Nama buku : Yesus Kristus Juruselamat Dunia
Sub Judul : Bab IV : Syarat Mutlak Juruselamat?
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2004
Halaman : 86 – 129