Jack Ma merupakan sosok paling dibicarakan di dunia sepekan terakhir. Pria kelahiran 10 September 1964 di Kota Hanzhou, Provinsi Zhejiang, China, resmi dinobatkan sebagai pengusaha paling panas di kancah bisnis Internet tahun ini. Semua media massa ternama dunia, mulai dari Forbes, CNN, BBC, the Wall Street Journal, sampai Majalah Time, sepekan terakhir mengulik kisah hidupnya.
Pangkalnya adalah proses penawaran saham perdana ke publik (IPO) perusahaan bisnis Internet yang dia rintis sejak 1995: Alibaba Group. Hari ini, Sabtu (20/9) waktu setempat, saham Alibaba resmi diperdagangkan di Bursa New York Amerika Serikat (NYSE).
Sempat molor dua jam, saham Alibaba debut pada pukul 12.00 waktu New York. Permintaan pembelian menggila beberapa detik setelah IPO, kelebihan 35 persen dari jumlah lot ditawarkan. Dengan target awal USD 83 per lembar, nilai saham Alibaba dalam hitungan menit melonjak jadi USD 99, sebelum akhirnya bertahan lama di posisi USD 93 per lembar.
Sepanjang 20 menit melantai di bursa NYSE, 100 juta lembar saham Alibaba diperdagangkan para broker Wall Street, dilansir stasiun televisi USA Today.
Dana segar terkumpul dari IPO ini minimal USD 24,3 miliar atau setara Rp 243 triliun. Imbasnya, kapitalisasi pasar Alibaba mencapai USD 165,5 miliar (Rp 1.655 triliun). Berarti taksiran total aset Alibaba mendekati pendapatan sebuah negara berkembang. Sebagai perbandingan, Indonesia pada RAPBN 2015 menargetkan pemasukan dari pajak maupun sumber-sumber lain sebesar Rp 1.762,3 triliun.
Selain resmi menjadi raksasa korporasi multinasional, lewat IPO yang jadi buah bibir ini, Alibaba sukses melampaui kapitalisasi pasar pemain e-commerce kawakan seperti eBay (kapitalisasi USD 63,2 miliar) atau Amazon (USD 149,6 miliar).
Apa kunci sukses Jack Ma meniti karir jadi taipan raksasa? Dia menjawab lantaran ogah terus miskin.
Sebelum mendirikan perusahaan perdagangan via Internet, Ma bekerja sebagai guru bahasa Inggris sebuah kampus di kota kelahirannya. Gaji Ma dalam Yuan bila dikonversi ke rupiah hanya sekitar Rp180.000 per bulan.
Sewaktu muda, Ma Yun (nama aslinya) adalah anak yang suka berbahasa Inggris, tak lazim bagi warga China kala itu. Dari biografinya yang kerap dikutip media, sedari SD dia nekat bersepeda ke hotel berjarak 45 menit dari Kota Hanzhou, demi bercakap-cakap dengan turis asing asal Eropa dan AS.
Ketekunan itu mengantarnya kuliah di jurusan bahasa asing, dan bahkan terpilih menjadi dosen di kampusnya. Tapi gaji minim sebagai pengajar membuatnya tak tahan. Inilah awal pilihannya banting setir jadi pengusaha. Jack Ma bisa mengenal bisnis Internet, walau awalnya tak paham komputer sama sekali.
“Anda tidak akan sukses kalau tidak memiliki ambisi. Kalau tidak berhasil (dengan bisnis Internet) aku harus kembali ke pekerjaanku yang dulu,” ujarnya saat diwawancara situs berita Tencent.