UjianSemangat Shyoram Yadav dan tekadnya lulus dengan cara yang bersih bisa menjadi teladan generasi-generasi di bawahnya. Tangan renta itu membolak-balik buku. Seorang kakek berumur 68 tahun sedang menghadapi hari pentingnya. Hari ujian sekolah di distrik Alwar, India.

Yang tak umum, ini adalah upayanya yang ke-35 kalinya mengikuti ujian. Artinya, sudah tiga puluh lima tahun ia mengikuti ujian sekolah. Tapi, tak pernah lulus. Adalah Shyoram Yadav, si kakek yang gigih itu. Ia warga desa Tasing, distrik Alwar, negara bagian Rajasthan. Sebuah daerah yang jaraknya sekitar 160 km dari New Delhi, ibu kota India. Lelaki ini sudah mengikuti ujian sejak tahun 1969. Tapi, gagal. Ia mengulang di tahun berikutnya. Gagal.

Ia ikut lagi. Gagal … dan, begitulah seterusnya. Begitu pentingnya makna lulus sekolah, Shyoram menggenggam tekad. Ia bersumpah tetap membujang sampai lulus ujian. ”Pendidikan itu segala-galanya dalam hidup ini,” ujar Shyoram kepada BBC. Lewat ucapannya itu, seolah ia menjelaskan latar belakang perjuangannya selama tiga dasa warsa lebih.

ak heran bila ia berpendapat begitu. Angka buta huruf di distrik itu cukup tinggi. Data menunjukkan, sekitar 62,48 persen warga daerah yang sebagian besar penduduknya bekerja di ladang itu yang melek huruf.

Tersandung
Mengapa perjuangan Shyoram sampai selama itu? Sejauh ini, menurut pengakuannya, ia selalu gagal pada pelajaran yang berbeda tiap tahunnya. Saat mengerjakan soal-soal ujian, Shyoram tak mau menerima bantuan siapa pun. Bahkan, ia pantang menyontek pekerjaan orang lain. Malangnya, bila Shyoram berupaya memperbaiki satu materi ujian yang gagal di tahun berikutnya, maka materi ujian yang lain jeblok. Begitu dari tahun ke tahun.

Sekilas Shyoram Yadav sama seperti warga lainnya. Tampak sederhana dalam balutan busana tradisional India berwarna khaki. Begitu pulalah pakaian yang dikenakannya saat berjalan tiga kilometer dari desanya ke SMP Tasing setiap harinya. Guru-guru di sekolah itu pun terkesan. Wakil kepala sekolah Devi Sangh Yadav bercerita, ketika pertama kali bertemu Shyoram pada tahun 1999, ia berpikir lelaki itu penjaga salah seorang muridnya.

”Pak Shyoram berjalan dengan cepat menuju ruang ujian dan beberapa anak juga menuju ke sana,” kenang Yadav. Ia langsung menghentikan langkah Shyoram dan mengatakan, hanya anak-anak yang boleh masuk, orang tua tidak boleh. ”Tapi, yang mengejutkan saya Shyoram mengatakan, ia sendiri peserta ujian,” tutur wakil kepala sekolah SMP Tasing itu.

Tentu saja Yadav tak bisa langsung percaya. Lelaki ini meminta Shyoram menunjukkan bukti surat peserta ujian. ”Ketika ia menunjukkan surat itu, seluruh staf sekolah mengerumuni dan ini menjadi masalah besar yang kami diskusikan.” Sejak hari itu, Shyoram menjadi ‘pelanggan setia’ ujian di sekolah tersebut. Tahun ini sudah menginjak tahun yang kelima.

Dukungan warga
Seluruh warga desa Tasing mendukung upaya Shyoram. Semua petugas di dinas pendidikan di Alwar mengenal lelaki tua ini. Sebab, ia selalu muncul di tempat-tempat ujian di distrik seluas 8.380 km persegi yang dikenal sebagai produsen gandum itu. Warga desanya berharap, Shyoram bisa lulus tahun ini. ”Harapannya lulus ujian kelas 10 dan kemudian menikah, tapi sejauh ini Tuhan belum mengabulkannya,” kata Hanuman Goyal, juga dari Tasing. Lelaki ini juga mengikuti ujian yang sama beberapa tahun yang lalu.

”Upayanya mengikuti ujian 33 atau 34 kali. Mari kita lihat apakah harapannya terkabul kali ini.” Shyoram Yadav yang tahun ini, sayangnya, tidak lagi seperti Shyoram yang mengikuti ujian pertama kalinya. Pada usia 68 tahun, dia sudah mengalami gangguan pendengaran. Lekhraj, teman Shyoram yang mengambil ujian serupa pada tahun 1972 memuji dedikasi kakek ini. ”Ia ingin lulus ujian dengan upayanya sendiri.

Dia tidak mau menerima bantuan dari siapa pun dan dia tak pernah menyontek pekerjaan orang lain,” katanya. ”Itulah sebabnya kami menghormati dia.”

Sumber : https://www.airputih.web.id/2014/07/tiga-puluh-lima-kali-ikut-ujian-tanpa.html