Pdt. TongPRAKATA

Apakah yang menjadi kekayaan sejati dalam kehidupan seseorang? Apakah yang menjadi kekuatan perjuangan hidup manusia? Apakah yang menjadi jaminan keharmonisan hidup masyarakat? Apakah yang menjadi unsur ketabahan di dalam pembangunan dan kemajuan suatu bangsa atau negara? Kekayaankah? Sumber alamkah? Kekuatan militerkah? Ilmu dan teknologi yang mutahirkah? Semua itu memang penting, namun satu kekuatan yang melebihi semua itu adalah kepercayaan : Kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Sedangkan sumber dan dasar kepercayaan adalah iman kepada Tuhan. Pribadi yang teguh adalah pribadi yang beriman. Masyarakat, bangsa dan negara yang kuat adalah yang terdiri dari pribadi-pribadi yang beriman teguh. Untuk menghadapi segala tantangan dan semua tanggungjawab di dalam kehidupan ini kita semua memerlukan iman. Tetapi dari manakah kita mendapatkan iman yang sejati? Dengan jalan apakah kita dapat mengerti hal ini? Dan dengan apa kita dapat memperkaya iman kita itu? Alkitab berkata: “Pandanglah kepada Kristus yang mengadakan dan menyempurnakan iman.”

Di dalam kehidupan Kristen, iman adalah fondasi dan kunci kemenangan dalam setiap langkah di sepanjang perjalanan kerohaniannya. Kita dipilih menjadi umat Tuhan semata-mata karena anugerah-Nya, dan kita datang kepada Tuhan di dalam iman. Kita dibenarkan oleh iman. Kita diampuni dan didamaikan dengan Allah juga melalui iman. Kita menjadi anak-anak Allah karena iman. Kita menerima Roh Kudus dan kita dikuduskan dengan iman. Dan pada akhirnya kita akan dipermuliakan oleh iman juga. Sebagai orang Kristen, bolehkah kita mengabaikan iman yang demikian penting ini? Tentu tidak! Sebab iman merupakan pemberian Allah dan sekaligus menuntut tanggung jawab kita terhadap-Nya.

Di dalam situasi kehidupan beriman orang-orang Kristen yang sudah simpang-siur dewasa ini, kami yakin tugas pembinaan iman Kristen adalah sangat penting dan iman kita tidak bisa dikompromikan lagi. Oleh karena itu kami mengadakan Seminar-Seminar Pembinaan Iman Kristen untuk menegakkan ajaran Kitab Suci yang benar dan untuk meneguhkan umat Tuhan sendiri. Setiap Seminar dimaksudkan agar menjadi berkat bagi kaum pilihan, sehingga mereka boleh:

  1. mempersiapkan diri dengan keyakinan dan kepercayaan yang teguh;
  2. memperdalam pengertian akan kebenaran yang memberikan sukacita di dalam hidup beriman kepada Yesus Kristus;
  3. memperoleh kekuatan bersaksi bagi-Nya di dalam masyarakat yang berkebudayaan majemuk ini.

Kiranya melalui pembinaan-pembinaan ini kita pun mengembalikan segala kemuliaan kepada Allah Tritunggal yang menjadi sumber dan tujuan iman.

Jakarta, September 1989

Pdt. DR. Stephen Tong.

———————————————————————–

BAB I :
PENGERTIAN MENGENAI AGAMA

“Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Dia tidak jauh dari kita masing-masing.” (Kisah Para Rasul 17:26-27)

A. CARA MENGERTI AGAMA

Benarkah manusia “mencari Allah”? Apakah semua agama mencari Allah? Apakah manusia mempunyai kesanggupan mencari Allah? Kalau manusia diberi kesanggupan supaya bisa mencari Allah, mengapa di dalam kitab Roma 3:10-12 Allah sendiri menegaskan: tidak ada orang yang mencari Dia? Sekalipun agama-agama mengatakan manusia seharusnya mempunyai suatu potensi untuk mencari Allah, tetapi faktanya Allah mengatakan bahwa tidak ada orang yang mencari Dia. Jika tidak ada orang mencari Dia, kita bertanya: “Kalau demikian, apa yang dicari orang di dalam agama?” “Kalau tidak mencari Dia, apakah agama tidak membawa manusia kepada Allah?” “Dari manakah asal agama, dari Allah atau dari manusia?”

Untuk mengerti dan menjawab semua pertanyaan ini memerlukan banyak pemikiran kita. Tetapi, saya percaya iman Kristen adalah iman yang paling kuat dan paling memberikan kekuatan kepada manusia untuk mengerti kebenaran secara total. Itulah sebabnya di dalam seluruh perjuangan sebagai orang Kristen, khususnya sebagai pemimpin yang tidak boleh ketinggalan, kita pun perlu memakai rasio atau pikiran kita. Namun demikian, rasio tidak boleh diperilah. Orang Kristen harus menggunakan rasionya dengan sebaik-baiknya, tetapi tidak boleh memperilah rasio. Jika kita mau meneguhkan iman, rasio dan segala pengertian kita, itu bukan suatu hal yang mudah. Jika kita ingin benar-benar mengerti kebenaran Firman Tuhan, seumur hidup kita harus menjadi murid Kebenaran. Jika kita masih ragu-ragu akan kebenaran, lebih baik kita tidak banyak bicara, melainkan banyak belajar. Seorang pemimpin yang masih meraba-raba jangan memimpin orang lain, kecuali dia sungguh-sungguh mengatakan apa yang dia percaya dan mengerti dengan jelas, barulah dia dapat membangkitkan iman orang lain.

B. IMAN DENGAN AGAMA

Iman dan agama memiliki suatu kaitan yang tidak mungkin dipisahkan. Tidak ada agama yang tanpa iman dan tidak ada iman yang tanpa sifat agama. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan. Jika agama sudah kehilangan iman, agama hanya menjadi semacam topeng yang berisi pengetahuan misterius. Sebaliknya, jika iman tanpa agama, iman tidak mempunyai sarana dan tidak mempunyai kelengkapan yang sesungguhnya. Itulah sebabnya iman dan agama mempunyai hubungan yang sangat erat dan sangat penting. Namun, kita tidak boleh menyamakan semua iman dengan agama. Ada keyakinan atau kepercayaan yang bersifat agama dan ada yang tidak bersifat agama. Kita juga tidak boleh mencampur-adukkan takhyul dengan kepercayaan atau agama.

Kita perlu memikirkan apakah agama di dalam iman, atau iman di dalam agama, atau iman sejajar dengan agama? Semua ini memerlukan pemikiran yang lebih dalam lagi. Saya berpandangan: iman belum tentu adalah agama. Iman hanya mempunyai sifat agama. Atau, ada sifat agama di dalam iman. Iman tidak bisa dikatakan sama kuat dengan agama. Juga agama bukan takhyul dan takhyul bukan agama. Agama bukan keyakinan, keyakinan mungkin bukan atau belum jadi agama. Dalam hal ini ada dua hal yang sangat bertentangan, tetapi telah terjadi dalam kebudayaan beberapa abad terakhir ini. Orang-orang yang kuno selalu menjadikan takhyul menjadi agama. Lalu orang-orang modern mempunyai ekstrim yang lain, yaitu menjadikan semua agama sebagai takhyul. Orang bijaksana seharusnya bisa membedakan keduanya.

C. DISTORSI KONSEP AGAMA

Kalau demikian, kita perlu memikirkan apakah agama itu? Mengatakan agama ini apa, memang tidak mudah; mengatakan agama itu bukan apa, lebih mudah. Apakah agama itu takhyul? Bukan. Apakah agama itu liturgi? Juga bukan. Masih banyak orang secara tidak sadar menganggap agama hanya liturgi belaka. Sehingga mungkin saja ada orang yang belajar hidup dengan demikian sopan santun, beribadah dan dengan berjubah agama, lalu mengira sudah beragama. Agama bukan toga dan jubah pendeta atau imam; juga bukan liturgi. Agama bukan segala formalitas yang bersifat agama. Mungkin saja ada orang yang memakai jubah dan toga tetapi dibalik semua itu menyimpan setan-setan yang berliturgi seperti malaikat, tetapi hatinya murtad terhadap Tuhan. Malaikat menjadi setan karena Allah melihat di dalam hatinya sudah tidak ada ketaatan lagi. Pada saat itu ia masih menjalankan liturgi atau kebaktian, tetapi motivasinya sudah lain, tidak murni lagi. Saya sangat kuatir kalau agama sudah menjadi lawan atau musuh Tuhan. Kristus dibenci dan dibunuh bukan oleh orang-orang di luar agama, melainkan Dia dibenci dan akhirnya disalibkan oleh para pemimpin agama. Mereka itu orang-orang yang berliturgi, beragama, tetapi iman mereka tidak dikaitkan dengan Kristus. Agama dan Kristus itu juga berbeda lagi. Semua ini memerlukan pemikiran lebih mendalam.

1. Agama dan Takhyul

Banyak orang yang sengaja memakai salah satu unsur agama dan mengubahnya menjadi magic. Magic boleh dibagi dua macam: white magic dan black magic. White magic adalah tipu muslihat (trik), sedangkan black magic mengandung kuasa setan (demonic power). White magic adalah semacam keahlian untuk menipu mata orang lain sehingga dengan mata fisik mereka melihat hal yang mengherankan terjadi, karena belum sanggup menguji dengan matanya sendiri mengenai bagaimana taktiknya. Black magic memakai kuasa supra-alamiah, sehingga orang yang berada di dalam lingkungan hukum alam diganggu atau dikuasai oleh kuasa di luar alam; inilah yang dimaksud demonic power atau kuasa dari iblis atas pesuruh-pesuruhnya. Maka kita membedakan white magic dengan black magic. Tapi, keduanya bukan agama. Ada pemimpin-pemimpin agama yang sebenarnya bukan nabi dan bukan yang diutus Tuhan, namun mereka memakai cara demikian dan menggabungkannya dengan agama.

2. Agama dan Organisasi

Agama bukan sistem administrasi, bukan semacam wadah di mana manusia kelihatan beribadah. Agama lebih dalam dari semuanya itu. Bukankah kita melihat banyak gereja yang organisasinya makin menuju kesempurnaan namun hidup kerohaniannya makin kering? Mengapa sampai terjadi demikian? Karena sebenarnya mereka sudah kehilangan agamanya. Mereka mencoba memperbaiki wajah dan rupa agama secara lahiriah, tetapi tidak sadar sudah kehilangan sifat agama yang sesungguhnya. Sebaliknya, ada gereja-gereja yang sekalipun tidak mempunyai organisasi dan administrasi yang cukup baik, tetapi mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dari fakta ini kita perlu memikirkan kembali apa yang masih ada di dalam gereja dan apa yang sudah hilang dari gereja. Gereja hendaknya jangan hanya berpapan nama gereja, tetapi harus benar-benar berfungsi sebagai gereja. Jika kita tidak mendapatkan kembali sesuatu yang dijanjikan oleh Tuhan dan yang sebenarnya bisa kita capai di dalam karunia Tuhan, maka kita mungkin telah menjadi seseorang yang berjubah dan berorganisasi agama saja.

3. Agama dan Kebudayaan

Ini satu hal penting lainnya yang harus benar-benar dimengerti. Walaupun ada agama yang merupakan hasil dari suatu kebudayaan, namun agama berlainan dengan kebudayaan. Kebudayaan memang merupakan salah satu hal yang sangat penting di dalam hidup manusia. Hidup manusia memerlukan kebudayaan. Namun demikian, kebudayaan tetap tidak boleh disamakan dengan agama. Hal ini disinggung oleh teolog bernama Reinhold Niebuhr di dalam bukunya yang berjudul Christ Anda Culture (Kristus dan Kebudayaan). Ada beberapa pandangan mengenai hubungan antara agama dengan kebudayaan ini.

  1. Agama tunduk kepada kebudayaan
  2. Agama melawan kebudayaan
  3. Agama sejajar dengan kebudayaan
  4. Agama melampaui kebudayaan.
  5. Agama dan Politik

Agama kadang-kadang juga disamakan dan diperalat oleh politik, padahal agama mempunyai bidang yang berlainan dengan politik. Tetapi, ada orang-agama yang mempermainkan politik dan ada orang-politik yang mempermainkan agama. Cukup banyak orang yang mencampur-adukkan agama dengan politik, sehingga menyamakan agama dengan politik. Orang yang mencampur-adukkan segala yang berbeda menjadi sama adalah orang yang kurang bijaksana. Dan orang yang sengaja membedakan hal yang sama menjadi tidak sama adalah orang yang terlalu memperumit segala sesuatu.

Agama yang sungguh adalah agama yang mempunyai kewajiban yang sungguih-sungguh terhadap Allah, sesama manusia, negara dan bangsa. Namun demikian, agama yang sungguh juga tidak mau diperalat oleh politik yang tidak benar. Sebaliknya politik yang bijaksana sungguh-sungguh mengetahui bahwa agama adalah suatu anugerah dari Allah dan mempunyai pengabdian kepada Allah; tidak mempermainkan Allah dan agama, dan politik itu akan diberkati oleh Tuhan.

Indonesia mempunyai pemerintahan yang cukup diberi kebijaksanaan oleh Tuhan, sehingga pembangunan fisik dan spiritual pasti akan berkembang terus. Dan ini hanya bisa terjadi kalau anugerah Tuhan benar-benar ada di dalam diri setiap rakyatnya. Kalau seseorang harus mempunyai pengetahuan agama di dalam otak, tetapi hatinya tidak takut akan Tuhan, berarti orang itu belum benar-benar dididik secara agama. Adakah bangsa yang tanpa agama bisa menjadi bangsa yang kuat abadi? Tidak ada! Kalimat ini sudah dicetuskan oleh Plato, 2400 tahun yang lalu. Plato berkata: “Supaya suatu bangsa bisa menjadi kuat, perlu kepercayaan yang sungguh terhadap Tuhan.”

Agama menjadikan suatu bangsa kuat. Namun demikian, apakah agama itu menjadi suatu alat supaya pemerintah lebih mudah menguasai rakyatnya? Ini bisa terjadi kalau pemerintah itu kurang mengerti sifat agama. Ada orang beragama tetapi tidak mempunyai pengenalan yang sungguh akan arti agama; mereka dapat menjadi orang yang mempermainkan dan menyalah-gunakan agama, sehingga mereka yang memerintah maupun yang diperintah tidak bisa menjadi berkat di dalam masyarakat.

Kekristenan menyediakan segala jawaban terhadap semua pertanyaan penting di dalam pikiran, kebudayaan masyarakat dan hidup manusia, karena secara prinsip Alkitab sudah memberikan semua jawabannya.

Amin.

SUMBER :
Nama buku : Iman dan Agama
Sub Judul : Prakata & Bab I : Pengertian Mengenai Agama
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2011
Halaman : 1 – 6