Ini adalah bahan pembelajaran hidup yang sangat berarti dari dua sifat atau keadaan yang bertolak-belakang. Di satu sisi seseorang yang tengah berada di puncah karier merasa dan dianggap bisa meraih segalanya, di sisi lain ada seseorang yang dianggap tidak berpotensi dan bakal jadi pecundang.
Gambaran itu tampak dari sosok Mike Tyson dan James “Buster” Douglas. Keduanya bertemu di Tokyo pada 11 Februari 1990 dalam pertarungan yang dijuluki “Tyson is Back”. Judul itu bukan hendak menunjukkan Tyson yang sudah lama hilang lalu kembali, tetapi justru ingin melihat kembali kehebatannya mengkanvaskan lawan di ronde-rode awal, prestasi yang selalu membawa histeris para pendukungnya. Apalagi sebelum melawan Douglas, ia mengkanvaskan Carl William pada detik ke-93. Dengan prestasi 37-0, Tyson diperkirakan akan mudah mengkanvaskan Douglas sehingga opini yang berkembang, ronde berapa Douglas akan tumbang?
Douglas sendiri bukanlah penantang terhebat saat itu. Ia hanya penantang dengan menduduki ranking tujuh. Meski prestasinya tidak buruk, dibanding Tyson ia tak ada apa-apanya.
Pertandingan pun dilakukan. Meski di atas kertas Douglas adalah calon pecundang, namun di atas ring ia tak tampak ketakutan. Ronde pertama yang diperkirakan akan menjadi neraka baginya ternyata bisa berhasil dilaluinya dengan baik. Bahkan ronde itu menjadi miliknya. “Douglas menguasai ronde pertama,” kata legenda tinju Sugar Ray Leonard yang jadi komentator sebuah televisi.
Beberapa ronde kemudian Douglas masih bisa unggul dalam “jual-beli” pukulan itu. Namun di ronde kedelapan Tyson tak mau kalah. Ketika ronde tersebut mau berakhir, sebuahuppercut-nya membuat Douglas terjerembab ke kanvas. Untung ia bisa bangkit di hitungan kesembilan. Ia pun lolos dari kekalahan.
Ronde sembilan, Tyson menggempur Douglas dengan harapan ia masih kesakitan karena pukulannya tadi. Ternyata Douglas bisa menghindar. Ronde kesepuluh Tyson ingin menuntaskan kehebatannya, sekaligus mempertahankan juara. Tapi apa yang terjadi? Justru Douglas yang berhasil mengkanvaskan Tyson hingga hitungan kesepuluh ia tak bisa bangkit. Tyson kalah. Dunia tinju pun geger.
Bagaimana Douglas bisa membalikkan keadaan dari calon pecundang menjadi pemenang? Seusai pertarungan ketika ia telah dinyatakan sebagai juara dunia baru, Douglas dengan menangis mengakui pada wartawan. “Apa rahasianya sampai Anda bisa memenangkan pertarungan itu?” tanya wartawan. “Ibu saya,” katanya.
Ibu Buster Douglas, Lula Pearl, meninggal 23 hari sebelum pertarungan itu. Ia ingin mempersembahkan kemenangan dan juara dunia itu untuk ibunya. Itulah yang memunculkan kekuatan pada diri Douglas hingga mampu mengalahkan Tyson yang nyaris tak terkalahkan. Pertarungan tersebut menjadi salah satu pertarungan tinju paling inspiratif di mana seorangunderdog justru jadi pemenang.
…
Sumber : https://www.andriewongso.com/articles/details/12638/Kekuatan-yang-Tak-Diduga