Pdt. Dr. Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong

Firman : Yohanes  17:22-26 “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”

Sejak dahulu kala, hukuman di tempat umum menjadi daya tarik banyak orang yang ingin melihat. Jika hari itu engkau berada di Golgota dan melihat Yesus di salib, saya tidak percaya engkau bisa percaya kepada Yesus. Tetapi perampok itu percaya kepada Yesus. Ia seorang genius di dalam Kerajaan Allah yang salah profesi. Saya tidak berani menghina orang berdosa. Mereka mungkin orang yang sangat berguna tetapi sementara waktu salah profesi.

Seorang yang paling berbakat penginjilan adalah perempuan Samaria yang punya lima suami. Ia hanya berbicara sebentar dengan Yesus dibanding Nikodemus. Nikodemus begitu sulit percaya, tetapi perempuan Samaria ini percaya dan langsung begitu berkarisma membawa banyak orang datang kepada Yesus. Tuhan Yesus dengan halus menegur dosanya, ia sadar dan tidak lari atau memaki Yesus karena dosanya dibongkar. Perempuan itu pulang dan bersaksi. Kesaksianmu tentang bagaimana rusaknya dan berdosanya engkau, lalu kuasa Injil mengubah engkau, sehingga engkau kembali kepada Tuhan, memuliakan Tuhan, menyatakan firman, dan menguduskan nama Tuhan, adalah kesaksian yang akan dipakai Tuhan.

Petrus adalah nelayan di Galilea. Yesus memanggil dia menjadi murid-Nya, dan ia meninggalkan profesinya. Hamba Tuhan bukan mereka yang tidak punya profesi, pengangguran, lalu masuk STT. Matius, Yohanes, Petrus adalah orang-orang yang punya profesi dan melepaskan profesi mereka mengikut Tuhan. Jangan menyangka jika engkau kaya, saya akan menghormatimu. Kecuali engkau mempunyai kebajikan, moral yang tinggi, iman yang sejati, dan kekayaanmu bagi Tuhan, baru saya mulai menghormati. Saya juga tidak menghina orang miskin karena mereka miskin. Banyak orang miskin yang berjuang, hari depannya menjadi kaya. Tetapi jika setelah kaya ia menjadi sombong, saya akan hina dia. Orang miskin yang di dalam kemiskinannya tidak kompromi dan menjual diri, tetapi mencari kehendak Tuhan, saya hormati dia.

Miskin atau kaya adalah sama di hadapan Tuhan. Tuhan melihat engkau bersih dan sungguh-sungguh datang kepada-Nya atau tidak. Profesi awalmu mencari nafkah, itu tidak salah. Engkau mendapat gaji besar, Tuhan menguji engkau, bukan kebanggaan atau kehebatanmu. Engkau bisa bekerja apa saja untuk nafkah, itu adalah hak asasimu. Tetapi jika engkau memilih profesi, ada tiga prinsip:

  1. Harus memuliakan Tuhan;
  2. Profesi itu tidak mengikat dirimu dalam dosa; dan
  3. Menjadi berkat.

Di sini hamba Tuhan berhak mengintervensi mengubah profesimu. Jika profesimu benar, tidak mempermalukan Tuhan, tidak mengikat diri dalam dosa, dan menjadi berkat bagi sesama manusia, itu hakmu. Namun, saat panggilan Tuhan tiba padamu dan engkau berkarunia menjadi hamba Tuhan, mungkin engkau harus memikirkan untuk berhenti dari profesimu dan menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. Perampok melihat kemuliaan Yesus ketika Ia dipermalukan; perempuan Samaria menyaksikan kemuliaan Tuhan yang membongkar dosa dan mengubah hidupnya.

Di dalam ayat 11 dan 25, terdapat istilah “Bapa yang suci” dan “Bapa yang adil”. Allah itu setia dan adil adanya. Alkitab menyatakan ini ratusan kali. Di dalam Ulangan 32 mencatat Musa sebelum wafat mengatakan, “Allah adil adanya. Ia benar adanya. Ia memberi apa yang Ia ingin berikan.” Keadilan dan kebenaran adalah dasar takhta-Nya. Kasih dan kejujuran adalah pelaksanaan-Nya. Mazmur dengan jelas mengatakan dua hal: Dasar dan Pelaksanaan. Berdasarkan keadilan dan kebenaran, Allah itu Allah yang duduk di takhta-Nya; dengan kesejatian dan kasih, Ia melaksanakan kehendak-Nya. Orang yang memiliki dasar demikian tidak mungkin goncang.

Terkadang engkau digoncangkan oleh musuhmu, mereka yang tidak setuju kamu, baik di masyarakat maupun gereja. Jangan takut. Selama melayani Tuhan, berkali-kali orang ingin menjatuhkan saya dari kedudukan yang Tuhan tetapkan, karena ada hal yang mereka tidak terima atau tidak setuju; tetapi saya tidak mudah digoncangkan oleh siapa pun. Jika pemimpin mempunyai keadilan dan kebenaran sebagai dasar takhta-Nya, maka ia tidak perlu takut digoncangkan. Orang bisa membenci, iri, mengumpat, memfitnah, tetapi tidak bisa menggoncangkan dia. Sesudah itu, laksanakan semua dengan penuh cinta kasih dan kejujuran, maka ia akan memerintah dan berhubungan baik dengan orang.

Ada dua prinsip Alkitab yang muncul dalam nas penting tentang kuasa pengampunan Injil dan keselamatan Kristus dalam 1 Yohanes 1:9, di mana keadilan Allah menjadi dasar pengampunan. Keadilan menjadi dasar pengampunan sering kali dianggap tidak cocok. Jika setia dan adil, maka harus mengadili dan menghakimi, bukan mengampuni. Ia adil untuk melaksanakan hukuman, Ia setia pada kesucian-Nya. Semua pengadilan memakai keadilan sebagai alat menghukum, tetapi Allah justru terbalik. Ia memakai keadilan untuk mengampuni.

Keadilan menjadi landasan Tuhan mengampuni karena tuntutan keadilan Allah sudah dilunasi Yesus di atas salib. Yesus sudah menanggung hukuman dan memuaskan tuntutan keadilan Allah. Ia telah menghindarkan kita untuk diadili kembali. Yesus menyatukan keadilan dengan kasih. Maka satu prinsip jelas: Keadilan dan kasih hanya bertemu secara tuntas pada salib Kristus.

Persatuan keadilan dan kasih mustahil dalam hukum dunia. Tetapi di dalam Kristus justru keadilan dan kasih bertemu. Keadilan Allah Ia telan dan kasih Allah keluar dari-Nya. Hukuman Allah Ia terima dan pengampunan keluar dari-Nya. Ia menanggung segala dosa kita, maka Ia sanggup mengampuni segala dosa kita. Yesus itu Hidup tak terbatas, menanggung hukuman manusia berdosa pada diri-Nya sendiri. Hukuman tidak mungkin menelan hidup, karena Yang tak terbatas mengalahkan yang terbatas. Sumber yang tak terbatas berkuasa memberi anugerah kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Maka, hukuman berhenti pada diri-Nya dan pengampunan mulai dari diri-Nya. Inilah pengharapan seluruh dunia. Kita patut bersyukur karena didoakan oleh Tuhan Yesus. Amin.

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/kemuliaan-kristus-kasih-dan-keadilan-nya-di-atas-salib#hal-3